Part_21

220 53 2
                                    

Terima kasih karena telah hadir dan menjadi objek di setiap karya ku, dan akan ku pastikan kau akan abadi di dalam karya-karya ku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terima kasih karena telah hadir dan menjadi objek di setiap karya ku, dan akan ku pastikan kau akan abadi di dalam karya-karya ku.

~Nafisya Syaquell Ivander Caittline

*
*
*
*
*

Seperti yang dijanjikan sebelumnya, Ray akan mengajaknya jalan untuk menebus kesalahannya pada gadis itu.

Acha yang kini tengah berdandan, mengoleskan foundation diwajahnya dan juga mengoleskan lipstik berwarna merah muda di bibir tipis.

Acha memakai baju berwarna hitam dipadukan dengan rok span berwarna cream di atas lutut, dan jangan lupakan kamera yang akan ia bawa. Siapa tau mereka akan ke tempat bagus nanti.

Saat ia ingin beranjak dari meja rias, Tiba-tiba saja ada notifikasi masuk di whatsapp. Ia pun segera membalas pesan tersebut.

Bukan kah tadi sore pria itu berjanji untuk pergi jam 19:30? Lalu saat ini masih ada waktu lima belas menit.
Dengan buru-buru ia keluar dari kamar dan berlari-lari kecil menuju halaman rumahnya karna tadi sore ia sudah mendapatkan izin dari Bunda dan Kakaknya.

Lihat lah, pria yang kini duduk di atas kuda besi berwarna hitam di sana. Sangat menyebalkan menurut nya Acha menatap nya dengan tidak suka.

Mau tidak mau ia mulai berjalan mendekati pria itu.

Ray membuka kaca helm miliknya lalu berkata. "Gak salah gue bilang lo monyet. Liat aja dandanan lo! Tebel kaya gitu, udah cocok jadi badut monyet!"

Apa dia bilang? Badut monyet? Ayolah Dandannya tidak begitu tebal, ia hanya memakai foundation dengan tipis dan lipstik, itu saja.

"Apa? Puas ngata-ngatain gue?" tanya gadis itu dengan sinis.

"Sebenernya kurang sih, tapi gak papa deh. Kasian gue liat lo ntar malah nangis lagi," celetuk Ray.

"Ya udah naik!" perintah pemuda itu.

Acha tidak langsung naik ke atas motor itu, gadis tersebut tampak kebingungan. Bagaimana ia naik, sedangkan ia memakai rok yang lumayan ketat?

Ray melirik ke arah Acha."Kok diem? Ayo naik nanti keburu malem loh."

Tidak ada jawaban dari gadis itu, dan Ray paham akan isi pikiran Acha.

"Susah ya naik nya? Pegang bahu gue aja," ujar Ray.

Acha menatap pemuda itu. "Beneran gak apa-apa?" Ray mengangguk.

Setelah mendapat persetujuan dari Ray, Acha kemudian memegang bahu pria tersebut untuk memudahkan ia naik ke atas motor.

Setelah berhasil naik ia pun menjauhkan tangannya ke bahu yang lebar tersebut.

Ray mulai mengendarai motor itu.

Tidak ada percakapan selama perjalanan, Ray maupun Acha keduanya sama-sama tidak membuka suara.

NEOPOLIST (On Going) Where stories live. Discover now