6. Shopping

907 124 8
                                    

"Hari ini akan ku simpan dalam ingatan, selalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hari ini akan ku simpan dalam ingatan, selalu."

Mereka bertiga sampai di supermarket. Renjun berinisiatif mendorong troli sementara dua orang termuda didepannya memilih bahan-bahan, tentu saja dengan arahan dari Renjun.

Bagi Renjun, ini bukan pertama kalinya ia pergi belanja ke supermarket seperti ini. Namun ini pertama kalinya ia pergi bersama Jisung, termasuk bersama Chenle juga. Adik sepupunya itu sebelumnya tak pernah berkunjung lagi ke rumah Huang karena ayahnya yang begitu sibuk pada kerjaan.

Kenapa Chenle tidak pergi sendiri? Katanya ia malas. Padahal saat mereka bertemu, Chenle dengan cepat menghampiri Renjun yang ada di kamarnya. Mereka bermain game dalam waktu yang lama hingga Chenle bisa tertidur dikamar pria Huang itu. Lalu kembali ke rumah di kemudian hari dengan diantar secara sukarela oleh Yixing.

"Chenle, pergilah ke bagian perdagingan. Pilih beberapa daging sapi dengan kualitas terbaik, jika begini terus kita tidak akan selesai dalam waktu dua jam." Sungut Renjun kemudian.

Ia didiamkan dengan dua anak muda itu asik mengobrol didepan sana. Bahkan saat memilih bahan makanan mereka sangat lama sampai-sampai Renjun menjadi jengah.

Menyadari mood sang ayah mulai memburuk, Jisung terkekeh kecil sembari mendorong pelan tubuh Chenle ke arah kanan. Mengisyaratkan untuk menuruti perintah Renjun sebelum mereka berdua terkena amukan dari papa Jisung tersayang.

Setelah Chenle pergi, Renjun menyamakan langkahnya disamping Jisung dengan wajah tertekuk.

Sang anak yang menyadari itu lantas terkikik, "Maaf papa." Katanya sebelum berlalu ke rak-rak berisi saus dan antek-anteknya.

Renjun? Mana bisa dia menahan senyum. Jisung memang sudah berusia delapan belas tahun tapi tingkahnya masih seperti bayi usia dua tahun. Sangat menggemaskan dimata Renjun.

Dua jam berlalu sangat cepat. Chenle kembali cukup lama karena ibu-ibu mengantri panjang untuk mendapatkan daging sapi Korea itu. Renjun memaklumi nya karena sang mama pun juga pernah begini.

Troli yang awalnya hanya berisi sedikit barang, kini sudah terisi penuh dari bahan makanan untuk pesta barbeque mereka. Tumpukan snack dan minuman ringan pun tak terhitung jumlahnya. Bahkan ditangan Jisung masih ada satu keranjang kecil belanjaan mereka hari ini.

"Total semuanya adalah 2.508.000 won, tuan." Ujar kasir supermarket begitu belanjaan mereka selesai dihitung.

Renjun mengangguk-angguk kecil sembari memberikan kartu miliknya. Chenle dan Jisung membantu petugas yang mengemasi belanjaan mereka tadi, memasukkan kantong-kantong berisi bahan makanan tadi ke dalam troli untuk didorong menuju mobil.

Renjun pun menyusul setelah menerima kartunya lagi.

"Ge, aku menginap ya?"

Renjun yang sedang mencuci piring bekas makan siang ketiganya mengernyitkan dahi. Kemana perginya ayah dan ibu Chenle? Biasanya mereka berada dirumah, ya setidaknya salah satu dari mereka ada di gedung besar itu.

"Kenapa? Ayah dan ibu mu kemana?"

"Baba harus ke China, mengurus perusahaannya dan Mama bilang harus ada yang menemani baba. Kau pun tahu kalau kakak ku juga sudah berkeluarga, saat ini aku sedang malas ke rumahnya. Lebih baik aku disini, ada Jisung yang menjadi teman ku."

Renjun berpikir, "Tapi, sudah tidak ada kamar kosong disini.." goda Renjun.

Sudah lama sekali sejak ia dan Chenle bersenda gurau seperti sekarang. Pemuda Zhong itu dibuat berdecak, ia memasang wajah sememelas mungkin agar Renjun mengijinkannya menginap.

"Aku akan tidur dikamar Jisung, oh atau mungkin bersama mu. Ya? Ya? Ya? Ge, kau tega pada adik manis mu ini, hm?"

Jisung yang sedari tadi memperhatikan dua saudara sepupu itu memasang raut julid ketika melihat wajah memelas milik Chenle. Seketika ia berceletuk, "Jangan memasang wajah begitu. Kau terlihat aneh," Chenle mendelik dan Renjun yang tertawa puas.

Sepertinya Jisung mulai menuruni sifat miliknya, Renjun bahkan sering berucap savage pada Jaemin saat dikantor ketika pria itu mengajukan cuti padanya dalam waktu yang lama.

"Kau mau ku lempar cangkir, Ji?" Chenle memberi gestur ingin melempar cangkir yang ada didekatnya.

Renjun pun langsung melerai sebelum benda-benda kesayangan sang mama hancur ditangan adik sepupunya itu. Ia pun langsung mengiyakan permintaan Chenle dengan syarat,

"Tidur di ruang tengah mau?"

Mata Chenle berbinar. "Tidak masalah, hehe. Kau memberiku bonus jika begini."

"Ahh, yang ada kau dimarahi papa ku nanti karena berisik. Tidak jadi, tidur dikamar Jisung saja. Bagaimana Ji?" Renjun beralih meminta pendapat sang anak.

"Selama dia tidak tidur mendengkur, aku baik-baik saja."

"KAU BENAR-BENAR INGIN KU LEMPAR YA, HUANG JISUNG?!"

"AHAHAHA, PAPA!! TOLONG AKU!!"

Senja kini telah menyapa. Renjun yang awalnya sibuk sekali dengan pekerjaan dikantornya, mulai merasa rileks karena dia bisa melepas sejenak pangkat CEO nya disini. Bersama secangkir teh hijau, pria Maret itu duduk di pinggir sungai Han setelah melaksanakan jogging sore.

Hanya sendiri. Karena Jisung pikir sang ayah ingin melepas beban pekerjaan nya sejenak seorang diri saja. Jadi Jisung berada di rumah bersama Chenle, dibantu oleh mama Huang menyiapkan alat dan bahan untuk pesta barbeque mereka malam nanti.

Ingatannya terlempar pada beberapa hari kebelakang dimana ia mulai menerima semuanya. Memulai lagi dari awal bersama Jisung. Jujur saja, Renjun sendiri tak tahu mengapa dirinya sangat tidak menyukai panggilan ayah itu dahulu. Mengingat dirinya yang belum menikah, ia rasa itu kurang cocok.

Ingin rasanya Renjun memaki diri sendiri karena sering mengabaikan Jisung sejak ia mulai bekerja di perusahaan sang ayah. Kesibukannya sebagai seorang CEO membuat Renjun cepat merasa lelah, dan saat itu yang bisa ia lihat kalau Jisung tak terlalu memerlukan perhatian nya.

Pikiran yang kekanakan. Renjun akui itu. Ia mungkin mengira Jisung akan nyaman karena Renjun tak menganggu aktivitas nya sebagai seorang remaja, namun yang terjadi malah sebaliknya. Pemuda hamster itu ternyata sangat menginginkan sebuah keluarga yang benar-benar menganggap nya keluarga.

Renju tak pernah tahu kalau Jisung merasa asing ketika berada dirumah Huang walaupun mama Huang begitu memperhatikan Jisung, karena yang anak itu perlukan bukanlah ibu Renjun melainkan atensi dan perhatian dari Renjun sendiri dengan menganggap nya sebagai sosok ayah.

[A/N]

Maaf agak lama, kelupaan kalau udah ada draf nya😅

Jangan lupa follow instagram aku
uname : @zalphaco07_

See you LUV🍀

Son Or Brother?Where stories live. Discover now