8. Our Holiday

465 82 4
                                    

"Teruslah tersenyum, Jisung"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Teruslah tersenyum, Jisung"

"KAU KALAH TARUHAN JISUNG!!!"

"TIDAK, AKU TIDAK MAU MENGATAKAN ITU PADA NYA!!"

"Hei, kau melanggar persyaratan nya." Protes Chenle dengan suara lumba-lumba nya.

Kedua anak Adam itu terus berdebat hingga Renjun yang saat ini sedang berada di dapur bersama mama Huang menghampiri mereka. Lantas berkacak pinggang ketika melihat anak dan adiknya itu berdebat di pertengahan anak tangga.

"Yakk, ada apa dengan kalian? Turun dari sana sebelum kalian terpeleset!!"

Mereka bungkam. Aura Renjun terlihat menyeramkan setelah ia menyelesaikan kalimatnya. Chenle menyenggol lengan Jisung yang dibalas delikan oleh lelaki tinggi itu. Keduanya turun dengan perlahan, dan ketika sudah sampai dihadapan Renjun--

Srek!!

"Aduhhh!!"

"Berhenti berdebat sebelum kakek dan paman kalian bertindak." Ujar Renjun di telinga Chenle dan Jisung.

"I-iya. Papa, lepaskan. Ini semua karena Chenle, aku tidak melakukan apapun." Rengek Jisung.

Chenle tidak terima hingga ia pun membalas celotehan Jisung itu, "Yakk, kenapa jadi aku? Kau harus mengatakan nya karena itu adalah syarat jika kau kalah."

"Sudah ku bilang aku tidak mau."

"Mana bisa begitu! Kau sudah menyetujuinya sebelum taruhan kita mulai."

"CUKUP!!" Chenle dan Jisung diam, sementara Renjun menghela nafas lalu memberikan perintah yang tak dapat dibantah.

"Pergi ke ruangan ku, sekarang!!"

Detik dan menit sejak tadi terus terdengar di ruangan minimalis tapi elegan itu. Tidak adanya suara yang Jisung dan Chenle keluarkan membuat suara jam terdengar begitu keras. Keduanya berdiri menghadap meja kebesaran dimana Renjun menggunakan nya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kantor yang kadang ia bawa pulang untuk diselesaikan.

Ceklek!!

Renjun kemudian masuk dengan nampan berisi dua susu hangat dan teh diatasnya. Matanya memandang dua punggung remaja puber didepan sana. Bisa ia lihat aksi saling senggol yang mereka lakukan, menyalahkan satu sama lain. Mereka tentunya sadar jika ia sudah berdiri didekat pintu sejak tadi.

"Duduk!" Titah Renjun sebelum bergerak menuju tempat duduknya.

Dua anak adam itu menuruti ucapan yang lebih tua, setelahnya Renjun meletakkan nampan yang ia bawa dihadapan Chenle dan Jisung dan dibalas tatapan bingung keduanya.

Son Or Brother?Where stories live. Discover now