01 - The Twin

10.3K 538 8
                                    

Sinar matahari langsung menerobos masuk melalui jendela kamar yang dibuka lebar-lebar itu. Natha, si pemilik kamar, beberapa kali mengerjapkan mata mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelah penglihatannya cukup jelas, kehadiran Ayuㅡsang bunda, langsung menarik perhatiannya.

"Dek, sarapan dulu, yuk?"

Ada semangkuk bubur dan segelas susu diatas nampan yang dibawa Ayu, wanita cantik itu kemudian membantu menyamankan posisi duduk putranya. Natha menghela napas melihat makanan lembek yang ada dihadapannya, ah.. Natha kangen fast food.

Melihat putranya itu hanya diam memperhatikan menu sarapannya, Ayu lantas tersenyum. "Kalau adek udah sembuh, nanti gak bakal makan bubur lagi kok," ucap Ayu memberi pengertian.

Sembuh apanya? Gerutu Natha dalam hati.

Setelah dilakukan sedikit pemaksaan dengan disuapi oleh Ayu, akhirnya bubur itu habis juga. Natha hanya bisa pasrah, dia terlalu lemas untuk membuat penolakan. Begitupula saat Ayu memberikan beberapa butir obat dengan warna serta ukuran yang berbeda pada Natha, pemuda 16 tahun itu meminumnya tanpa protes.

"Pinter anaknya bunda! Sekarang adek tidurㅡ"

Brak!

"Adekkkkkk!!!"

Suara pintu yang dibuka cukup keras tiba-tiba terdengar. Ayu dan Natha langsung menoleh ke sumber suara, dilihatnya Juna dan Leon disana. Dengan seragam sekolah lengkap, juga dengan wajah panik yang terlihat lucu dimata Ayu.

"Kakak! Abang! Bisa buka pintu dengan normal, kan?" Tegur Ayu. Dibandingkan dengan Natha, kedua putranya yang lain itu tak pernah bosan menguji kesabarannya. Ada saja kelakuan mereka yang membuat Ayu geleng-geleng kepala.

Baik Juna maupun Leon, keduanya malah tertawa alih-alih meminta maaf. Setelah itu, mereka berhambur untuk mendekat kearah Natha.

"Dek, gimana keadaan lo?"

"Masih ada yang sakit gak?"

"Pusing? Lemes? Mual?"

"Mau gue pijitin gak, dek?"

Juna dan Leon bergantian bertanya. Natha memutar bola matanya malas melihat itu, kedua kakaknya itu selalu saja berlebihan jika menyangkut dirinya. Tanpa menjawab satupun pertanyaan yang didapat, Natha memilih untuk menatap kearah Ayu, meminta bantuan.

"Adek gak apa-apa, kalian gak perlu khawatir."

Seolah tidak puas dengan jawaban dari Ayu, Juna kembali menatap kearah Natha. "Terus kenapa masih diinfus? Itu juga di hidung lo masih ada selangnya tuh," ucap Juna.

Ayu kemudian memegang tangan Natha, menunjukkan angka pada oxymeter yang entah sejak kapan sudah terpasang disana pada Juna dan Leon. Saturasi oksigen dalam tubuh Natha masih cukup rendah ternyata.

"Terus apanya yang gak apa-apa?" Kini giliran Leon yang bertanya.

"Kak Juna, bang Leon. Aku beneran gak apa-apa, lagian kondisi aku begini juga udah sering." Natha bersuara, "Kalian aja yang berlebihan."

Juna dan Leon memandang tajam adiknya itu, berlebihan katanya? Tidak tau saja bagaimana panik dan khawatirnya kedua pemuda itu setiap kali menerima kabar kalau Natha kambuh, apalagi kambuhnya Natha semalam tepat di depan mereka. Ini adalah bentuk kasih sayang dan kepedulian mereka. Bukan hal yang berlebihan, kan?

"Udah, udah. Lebih baik kalian berdua cepat berangkat sekolah, nanti telat," ucap Ayu.

Tanpa ada perdebatan lagi, Juna dan Leon kemudian beranjak dari kamar itu. Natha sadar dia sudah membuat kedua kakaknya itu marah, tapi dia sendiri juga lelah terus-terusan diperlukan seperti itu. Diperlakukan layaknya barang yang rapuh dan bisa hancur kapan saja, walaupun sebenarnya memang iya.

Broken Piece of Me [END]Where stories live. Discover now