21 - Last Wish

3K 232 25
                                    

Langit tampak cerah pagi ini, Natha bisa melihat ada beberapa burung yang bertengger di jendela. Seandainya dia bisa bergerak bebas saat ini, Natha pasti sudah menghampiri hewan bersayap itu, sekadar menyapa atau berkenalan.

Netra hazelnya beralih pada alat-alat medis disana, dadanya terekspos bebas, menampilkan perban yang melilit tubuhnya. Natha menarik napas berkali-kali, rasanya masih sangat aneh. Ventilator pun belum bisa dilepas setelah beberapa hari terpasang disana, katanya paru-paru baru itu butuh banyak penyesuaian dan belum bisa bekerja sendiri untuk saat ini.

"Anak bunda sudah bangun daritadi?"

Suara itu membuat Natha langsung menoleh. Ayu baru saya melangkah masuk ke ruangan itu.

"Natha butuh sesuatu, sayang?"

Natha menggeleng pelan, jujur saja saat ini dia sangat kesulitan. Tubuhnya benar-benar lemas, belum lagi seluruh alat bantu itu yang semakin membatasi pergerakkannya. Natha rasanya ingin menangis, dia benci jadi merepotkan seperti ini.

Ayu kemudian duduk di kursi yang tersedia disana, tangan wanita itu lantas terulur untuk mengusap punggung tangan Natha yang terbebas dari infus. Rasanya dingin, bertolak belakang dengan dahi Natha yang terasa panas.

"Ayah lagi ke ruangannya sebentar, ada yang visit. Adek gapapa kan sama bunda dulu?" Tanya Ayu yang hanya dibalas anggukan pelan. Dia tahu pasti semua penopang hidup itu benar-benar tidak nyaman bagi puteranya, Ayu hanya berharap Natha segera melewati fase ini.

Bibir pucat itu bergerak, Ayu menyadarinya, "Kenapa, dek? Pake isyarat aja kalo butuh sesuatu."

Natha menggeleng beberapa kali, air mata juga lolos begitu saja membasahi bantalnya. Entah kenapa semua bagian tubuh Natha terasa sakit, sensasi panas juga menjalar pada dadanya. Natha meringis pelan dan itu cukup untuk membuat beberapa mesin disana menunjukkan peningkatan, termasuk mesin EKG yang ikut berbunyi nyaring.

"Adek?! Adek kenapa?!"

Ayu berulang kali menekan tombol diatas ranjang, dia berusaha memberikan ketenangan bagi sang putera. Namun, nihil, Natha semakin bergerak gelisah.

Pintu ruangan itu terbuka lebar, menampilkan sosok Arya yang masih lengkap dengan atribut dokternya dan diikuti beberapa suster di belakang. Sebuah kebetulan Arya berada di koridor itu saat ada panggilan darurat berasal dari ruangan rawat Natha.

"Dek? Tenang, ya? Ada ayah dan bunda disini, sayang." Arya memberi interupsi seraya memberi suntikan pada Natha. Perlahan-lahan, Natha kembali melemas, matanya kembali memberat, setelah itu Natha mulai terlelap.

 Perlahan-lahan, Natha kembali melemas, matanya kembali memberat, setelah itu Natha mulai terlelap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Paru-paru itu masih perlu adaptasi, Arya. Kau tahu sendiri kan dalam beberapa kasus malah ada penolakan langsung dari si pasien, bersyukur saja Natha tetap mau bangun." Reno melepas kacamatanya, dia baru saja selesai dengan pasien-pasiennya saat Arya tahu-tahu sudah ada di ruangannya dan langsung mencecar dengan berbagai pertanyaan.

Broken Piece of Me [END]Where stories live. Discover now