Part 7 : Kepercayaan.

31 8 4
                                    

Hai guys, disini masih pada stay nggak sih? dimana kalian para seulmin lovers? kok nggak nampak batang hidungnya.. kapal kalian karam? ayo, kita bucinin lagi mereka! absen dulu yuk, sambil nikmatin cerita baru lagi~


***

Soraya tidak bisa berkata kata setelah mendengar penjelasan Gwen tentang kedatangan nya kerumah dan bagaimana sikap Kris pada nya kemarin. Soraya tahu, jika putra nya memang sulit di dekati oleh siapapun, tapi faktor utama nya adalah Melody. Sebagai seorang ibu, naluri nya kuat, rupanya hal yang ia takutkan pun mulai terjadi secara hati hati. Soraya menghela nafasnya perlahan, kemudian ia menatap Gwen dan tersenyum pada wanita itu.

"Aku, selaku ibu dari Kris, sangat prihatin dan menyesal atas apa yang telah diperbuat oleh putraku. Aku sama sekali tidak mengerti bagaimana dia bisa bersikap seperti itu pada mu. Tetapi, jujur saja.. aku tidak ingin hubungan kalian menjadi renggang sebab masalah ini." jelas Soraya pada Gwen yang sengaja menunjukkan raut wajah sedih.

Gwen mengangguk sembari memainkan jemari jemari lentiknya. "Sudah biasa, aku pernah menghadapi yang jauh lebih keji daripada Kris, tidak apa apa tante. Tante nggak perlu minta maaf, aku nggak sejahat itu kok sampai butuh permintaan maaf tante. Tapi, boleh aku menanyakan sesuatu?."

"Tentu, apa yang ingin kamu tanyakan?."

Gwen menyisir rambutnya sendiri menggunakan jemari jemari lentiknya, kemudian ia memamerkan senyuman manis dihadapan Soraya. "Apa, tante benar benar mengizinkan aku mendekati Kris? dengan cara apapun?." tanya nya.

Soraya mengangguk, lalu ia menyentuh punggung tangan Gwen sembari mengelusnya perlahan. "Apapun itu, kamu bisa melakukan nya. Aku sudah mengizinkan, dan aku percaya apapun yang kamu lakukan, pasti akan membuahkan hasil. Tetapi, bergeraklah dengan cantik dan jangan gegabah. Kris tidak terlalu suka dengan hal hal yang nampak buru buru, apalagi.. terlalu agresif." jelas Soraya diakhiri senyuman simpul.

Gwen paham, wanita itu tersenyum seolah mengerti apa yang harus ia lakukan pada Kris nanti nya. Yang terpenting adalah, Gwen sudah mengantongi izin dari Soraya, ini lebih dari cukup. Kemudian, keduanya kembali berbincang dengan begitu akrab.

***

Pagi pagi sekali, Kris dibuat terkejut oleh kelakuan Melody, bagaimana tidak? istrinya sudah bergelut dengan dapur dan beberapa makanan yang sudah rampung diatas meja. Begitu Kris menginjakkan kaki nya di lantai ruang tamu, beberapa pelayan menghampirinya dan memohon maaf, karena mereka tidak bisa menghentikan Melody. Sebab, pekerjaan itu harusnya dilakukan oleh pelayan, bukan nyonya besar dirumah ini.

Kris terkekeh dan memahami, pun ia tidak memarahi para pelayan, ia sadar jika sebagai seorang istri, pasti akan ada keinginan dari dalam diri sendiri untuk bisa menyajikan masakan buatan nya untuk sang suami. Tanpa banyak bicara, Kris langsung mengambil posisi duduk dan mengamati beberapa sajian diatas meja makan.

"Selamat pagi, Tuan Kris.. apakah makanan buatanku sudah membuatmu tergoda dan lapar?." tanya Melody setelah melepas celemek yang ia pakai untuk memasak tadi.

Kris mengangguk antusias. "Selamat pagi, nona manis, kamu benar sekali. Bisa siapkan makan untuk ku sekarang?."

Melody membalik piring yang ada di hadapan Kris, lalu ia mengambil sedikit nasi dan beberapa lauk yang sudah ia buat. Tak lupa, ia juga menuangkan segelas air putih untuk suaminya. "Silakan, kalau tidak enak.. itu berarti lidahmu bermasalah."

Kris yang mendengar hal itupun langsung terkekeh gemas. "Pasti enak, masakan istriku tidak pernah tidak enak."

Melody tersenyum mendengar pujian suaminya, pun ia juga menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri. Sebelum melahap masakan nya, ia terlebih dulu memperhatikan Kris yang tengah lahap memakan masakannya, ia lega melihat Kris begitu antusias dan menunjukkan gestur yang membuat Melody puas. Tentunya, masakannya tidak bermasalah, buktinya Kris bisa lahap seperti sekarang. Keduanya pun akhirnya fokus sarapan pagi, dengan Kris yang tiba tiba melirik Melody, kemudian mengedipkan satu matanya, untung saja Melody tidak tersedak.

TERANG DALAM GELAP.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang