Part 8 : Dia bukan siapa siapa.

35 9 1
                                    

Hai guys, disini masih pada stay nggak sih? dimana kalian para seulmin lovers? kok nggak nampak batang hidungnya.. kapal kalian karam? ayo, kita bucinin lagi mereka! absen dulu yuk, sambil nikmatin cerita baru lagi~

***

"Mel, jangan bilang.."

Melody tertunduk sembari mengelus jemarinya sendiri, ingin sekali ia menjelaskan semuanya namun ia tidak tahu apakah tindakan nya benar, jika ia menjelaskan hubungan nya dengan Kris. Sedangkan Soraya menentang keras.

"Ah ini? haha, ini.. cincin, cincin biasa.. lebih bagus di pake di jari manis." jelasnya singkat.

Ada kelegaan tersendiri yang tersirat di wajah Keenan, pria itu tersenyum sumringah lalu kembali menatap danau yang tenang. "Mel, banyak hal yang terjadi.. banyak yang udah aku laluin, dan semua sama aja Mel. Rumahku itu kamu."

Melody menelan salivanya sendiri, berusaha tetap terlihat tenang meski perasaan nya campur aduk, sungguh, kedatangan Keenan adalah hal yang sangat ia nantikan sejak lama. Andai saja kecerobohan rumah sakit tidak membuatnya berada di posisi ini, Melody tidak akan bertele tele dan memilih untuk kembali dengan Keenan.

"Aku... nggak tau harus jawab apa, Keenan." balasnya.

Pria itu meraih ponselnya, lalu ia berikan pada Melody. "Nomormu." ucapnya sembari menyerahkan ponselnya pada wanita yang ia sayangi.

Melody pun mengetikkan nomornya di ponsel Keenan, lalu ia serahkan lagi ponsel pada pemiliknya.

"Kamu masih tinggal di panti? aku tadi nggak mampir kesana, sih."

Melody tercekat. "Emm? aku? aku, aku nggak disitu. Aku, emmm."

"Kenapa? oh, kamu kerja agak jauh dari sini ya? jadi kamu tinggal sendiri?."

Melody menganggukkan kepalanya mengiyakan tebakan Keenan. "Nah, iya.."

***
Tanpa Melody sadari, dirinya tengah diperhatikan oleh seseorang, yang tidak lain adalah Kris. Ia hanya memperhatikan keduanya dari jauh, namun ia tahu jika pria itu bukan sembarang orang dalam hidup Melody. Kris ingat, hari dimana ia meminta izin pada ayah Melody untuk menikahi putrinya, sang ayah menjelaskan bahwa Melody masih belum siap untuk sebuah hubungan baru, apalagi pernikahan, dan saat itulah Kris mengerti, jika Melody masih terbayang akan sosok pria bernama Keenan, dan kini, Kris tahu seperti apa pria itu.

"Apa dia jauh lebih baik dariku?." lirihnya sebelum ia pergi mengendarai mobilnya.


***
Keenan begitu senang dan tidak menyangka jika dirinya bisa bertemu dengan Melody secara tidak sengaja begini, apalagi ia bisa mendengar suara Melody dan menatapnya dari dekat.

"Melody.. hari hari ku kemarin bener bener berat banget, aku kangen, dan sekarang kita ketemu."

Melody menatap Keenan dalam dalam, ia paham bagaimana perasaan pria itu, sama halnya Keenan, tetapi keduanya masih canggung, sebab Keenan masih kepikiran dengan cincin yang dipakai oleh Melody, meski wanita itu sudah menjelaskan padanya.

"Sama, andai kamu tahu, setelah perpisahan kita itu.. aku ngerasa, unworth it, not deserve to be loved, feel so unlucky for everything, die inside. Aku harus bangkit sendiri selama 4 tahun, dan lucunya.. sampai detik ini, aku masih belum sepenuhnya bisa lupa, gimana aku habisin malam malam yang bikin aku sesak." Melody menitikkan airmatanya.

Greb.

Keenan memeluk tubuh Melody dengan begitu erat, mengelus punggung Melody dan menenangkannya. "Aku minta maaf, semua terjadi diluar kendali kita, kan? Melody, aku disini, kapanpun, buat kamu. Tolong jangan pernah ragu buat noleh ke belakang, ada aku."

TERANG DALAM GELAP.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang