1

2K 182 7
                                    

"Meeting selanjutnya dimana jay?"

"Meeting selanjutnya akan di adakan di gedung Hans company pada jam 8 malam, kita memerlukan waktu 30 menit untuk sampai ke sana."

"Ok,siapkan mobilnya"

"Mau langsung ke sana hoon?"

Pria yang ditanya, bernama park sunghoon. Menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah sekertaris sekaligus sahabatnya. Menatap lamat mata jay.

"Biarin gw bernafas sebentar jay"

Bernafas. Istilah yang selalu sunghoon gunakan untuk meminta keringanan dalam hidupnya yang padat.

Gila kerja memang, namun tak ada yang bisa ia lakukan selain kerja. Semuanya membuang waktu pikirnya. Jalan jalan? Untuk apa?
Lebih baik dia melanjutkan pekerjaannya, lebih bermanfaat.

Namun sekeras apapun sunghoon pada dirinya sendiri. Dia tetaplah manusia yang butuh waktu sendiri tanpa ditemani manusia ataupun berkas berkas penting.

Dengan langkah yang masih tegap dan pandangan yang tak kalah tajam seakan menantang siapapun yang melihatnya.
Sunghoon berjalan ke arah danau didekat kantornya.

Danau itu adalah danau buatan yang sengaja mama nya buat agar lingkungan kantornya tidak terlalu monoton. Malah danau itu sekarang sudah menjadi konsumsi publik, yang artinya orang lain bisa menikmati keindahan danau dengan kicauan burung-burung disekitarnya.

Sebenarnya bukan tanpa sebab seorang park sunghoon datang repot-repot healing ke danau ini. Jujur saja selama 10 tahun dia kerja dia baru tau akan adanya danau buatan ini. Dan dia selalu menyempatkan waktu di sore hari untuk menikmati ciptaan tuhan yang ada di danau itu.

Sunghoon tidak tau namanya, tidak pernah mendengar suaranya. Bertegur sapa pun tidak pernah sama sekali. Namun mata indah itu selalu memancarkan kilau nya.

Saat senja mengecup kulit nya atau saat semua galaxy berada tepat di dalam matanya. Semua tentang nya membuat park sunghoon bisa bernafas dan menjalani hari dengan lebih ringan.

Sunghoon mendudukan dirinya tepat di samping pria yang selama ini ia perhatikan. Kursi yang amat panjang, dimana posisi mereka masing-masing ada di ujung kursinya.

Mata sunghoon tak pernah berpaling bahkan sadari kejauhan ia berjalan tadi, matanya selalu memandang tepat pada mata pria di sampingnya.

Aneh nya pria ini tak pernah merasa terusik sama sekali dengan tatapannya.

"Apa dia pura-pura tidak menyadari keberadaan ku?" Pikir nya.

Detik dan menit berlalu, ketika senja mengecup kulit putihnya, si manis reflek tersenyum. Itu semua tak lepas dari pandangan sunghoon.

Bahkan ketika kuning senja berganti dengan gemerlap bintang. Sunghoon seperti tidak pernah puas memandang keindahan ciptaan tuhan.

'Semesta pasti samgat menyukaimu, karna ia tak segan menaruh gemerlap galaxy dimatamu'

Kalimat itu selalu sunghoon rapalkan setiap melihat kilau indah mata pria disampingnya. Baginya tak ada kilauan yang lebih indah dari pada kilau mata si manis.

"Kau terus datang kesini akhir-akhir ini"

Jantung sunghoon berpacu, ini pertama kalinya dia mendengar suara si manis ini.
Dari pada menjawab, dia malah terlihat shock dan bengong.

Karna tak mendapatkan jawaban, si manis ini menolehkan kepalanya memandang lawan bicaranya.

Kalah telak. Sunghoon kalah telak kali ini. Jika selama ini dia selalu terlihat angkuh,sombong dan berwibawa. Kali ini di hadapan si manis, dia seperti jelly.

Tatapan si manis, kilauan mata nya. Oh sudah berapa kali dia membahas kilauan matanya? Rasanya dia bisa membuat laporan,essay atau maklah tentang 'impack tatapan yang berkilau terhadap manusia.' Lebay memang. Tapi sunghoon serius.

"Em... aku- apa tadi? Kenapa?" Ah sunghoon mati kutu, kenapa dia bisa lupa pertanyaannya sih. Kan jadi terlihat bodoh.

" aku hanya bilang, akhir-akhir ini kau sering kesini"

"Oh benarkah? Iya mungkin"

Aduhh jawaban apa tadi itu park sunghoonnn bodoh.

"Ck, harusnya aku menjawab dengan lebih baik, mulut sialan" gumam sunghoon sambil menepuk-nepuk mulutnya.

"Hahaha kau lucu , siapa namamu?"

Ada jeda ketika si manis menanyakan nama sunghoon. Seakan semesta bernafas, semilir angin berhembus namun dinginnya malam tak membuat sang pemeran utama menggigil.

Suara si manis seakan akan menjadi unggun hangat yang kehilangan api nya, menyelimuti relung sanubari sunghoon.

Apa ini nyata?

Apa ini normal?

Sunghoon Hampir lupa bahwa si manis melontarkan pertanyaan padanya, malah dia bertanya pada dirinya sendiri.

"Sungh- ekhm sungho~on"

Aaah sial, suaranya nge crack, padahal tadi dia sudah berusaha se keren mungkin agar tak terlihat payah!

"Sepertinya kau kedinginan sampai suaramu seperti itu hahahah"

Tidak tidak tidak! Ini bukan karna dinginnya malam! Ini karnamu!

Ingin sekali sunghoon berteriak seperti itu, namun apa daya wajahnya skrng semerah tomat.
Dan si manis masih saja menertawakannya.

"Kak! Ini udah malam kenapa masih disini sih?!, ayo pulang"

Tiba-tiba seorang anak remaja datang marah marah pada si manis. Tak sampai disitu, pergelangan si manis pun dicekal dan dipaksa berdiri untuk dibawa pergi.

"Eh eh mau dibawa kemana?!"

Sunghoon mencekal tangan remaja yang akan membawa manis nya.

"Urusan sama anda apa ya? Ini kakak saya, udh waktunya untuk pulang!" Jawab nya ketus

"Yakan bisa baik baik"

Bisa sunghoon lihat di tangan si manis memerah akibat genggaman adik nya.

"Ahudah deh jangan ikut campur ya pak, ayo kak pulang"

Tak ada perlawanan, apalagi salam perpisahan. Rasanya percakapan dan kedekatan tadi hanya angin lalu. Semacam fatamorgana atau halusinasi sunghoon sendiri.

Di tengah gelapnya malam yang di terangi sinar lampu taman, sunghoon hanya mampu berdiri melihat manis nya pergi di bawa orang lain.

End

Hai haii, gaiss jngn lupa vote yaa biar aku semangat up nyaaa

sparks [SungSun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang