13

552 94 9
                                    


Suara Derap langkah kaki bergema, sautan demi sautan suara manusia terdengar sibuk.

Di dalam rumah megah yang hanya di isi perabotan dan pelayan, sang Nyonya tampak mewah bertahta akan apa yang sedang terjadi di rumah nya.

"Dimana sunghoon?"

"Di dalam kamar-nya Nyonya"

Sang Nyonya menghembuskan nafas lelah akan sikap anak semata wayangnya.

"Telponkan Jay, suruh jay bujuk sunghoon untuk keluar kamar"

Printah mutlak dari sang Nyonya membawa langkah pelayan tadi menuju telpon Rumah.

Menelpon jay adalah opsi terbaik untuk mebujuk sunghoon dengan tingkah kekanak-kanakannya.

Ia Menatap lamat pintu kamar sang anak, lalu melangkahkan kakinya mendekat.

Tok tok

Tak ada jawaban dari dalam. Sedari kemarin sore sunghoon mendekam mengisolasi dirinya.

Mina paham, sunghoon marah akan perkataannya tempo hari. Namun jika tidak seperti itu ia harus bagaimana lagi?

Ia seorang ibu yang mengharapkan hal terbaik bagi anaknya. Terlebih dalam memilih pendamping hidup.

Seseorang yang mampu mengurus sunghoon setelah ia tiada.

Seseorang yang bisa menjadi tempat berpulang bagi sunghoon setelah ia meninggal dunia.

"Sunghoon" sahut nya dari depan pintu.

Hari ini merupakan hari yang penting. Kalau sunghoon terus bersikap seperti ini, mau ditaruh dimana wajahnya nanti malam?

"Sunghoon, kamu belum makan dari kemarin sore. Kalau marah ya marah aja. Jangan sampe nyakitin diri kamu sendiri sayang"

Tetap saja, sunghoon berkeras kepala tak ingin menjawab perkataan sang mama.

Terkesan kekanak-kanakan memang, mogok makan, mogok bicara, bahkan tak sekalipun keluar dari kamarnya.

"Tante Mina"

Sapaan lembut dari jay menyadarkan Mina, melihat bagaimana repotnya jay yang selalu turun tangan membantu anak nya membuat Mina kasihan dan takut.

'Gimana kalau suatu saat jay cape ngurus sunghoon? Terus minta surat pengunduran diri?'

Membayangkan saja membuat Mina bergidik ngeri. Ini lah kenapa Mina selalu menyuruh sunghoon agar segera menikah. Kalau jay yang duluan menikah, takutnya jay jadi tak sempat lagi mengurus sunghoon.

"jay, tolong bujuk sunghoon keluar ya, dia gak mau makan dari kemarin" ucap Mina

"iya tante, tante tenang aja"

Mendengar kata penenang dari jay membuat Mina lebih rileks. Mina kemudian melangkah pergi dari depan kamar sunghoon, namun kakinya berhenti dan menatap jay.

"Jay....."





".....kalau kamu mau nikah sama sunghoon. Aku restuin langsung loh"

Jay membalas perkataan Mina dengan senyum yang dia paksakan.
Bahkan para pelayan yang tadinya sibuk pun tiba-tiba senyap.

"Hahah tante Mina tau kan, aku gak mungkin suka sunghoon" jawab jay masih dengan senyum terpaksa.

Mina menghembuskan nafasnya sedih, ini bukan penolakan pertama. Mina sering kali kepergok melamar jay untuk sunghoon. Dari awal jay bertemu sunghoon, mina sangat amat menyukai sikap jay terhadap sunghoon.

Bagaimana jay yang selalu memperhatikan kebiasaan, kesukaan, dan bagaimana jay yang selalu ada ketika sunghoon bertingkah kekanak-kanakan.

"Yah ditolak lagi" ucap Mina, kemudian berlalu pergi dari hadapan jay.

sparks [SungSun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang