3

871 142 10
                                    

Tak pernah sunghoon fikir bahwa akan datang hari dimana ia malas kerja. Entah sudah berapa kali jay menelponnya tapi satupun tak ia angkat.

Jam 10 pagi tapi kasur terasa semakin lebih nyaman. Bahkan untuk bangun sarapan pun rasanya sulit.

Sunghoon masih galau, rasanya benar bahwa si manis sangat berpengaruh pada hidupnya.

Lihat saja sunghoon sekarang, berguling-guling di atas kasur tak ada niat untuk cuci muka atau mengisi perutnya yang dari jam 7 sudah berteriak lapar.

"Huff belum perang tp rasanya gw udah kalah"

Sunghoon berbalik mengubah posisi baringnya menjadi terlentang, menatap langit-langit kamarnya. Menaruh telapak tangan di keningnya.

"Kayanya gw demam deh, buset g ketemu si manis sekali udah penyakitan gini huft"

Yah gimana, tadi malam sunghoon bersikeras menunggu si manis, takut jika ia pergi manisnya malah datang. Jadi sunghoon tetap menunggu sampai jam 11 malam tanpa jaket tanpa ada niat mengubah posisinya, hanya diam duduk di tempat ia dan si manis biasa duduk.

Kruukkk

Oke sunghoon kalah, rasa laparnya lebih besar dari pada rasa galau nya.

Sunghoon bangun sambil mengusak rambutnya, malas sekali rasanya. Tak perlu berganti pakaian, jadi dengan bermodal piama lengan dan celana panjang warna putih bercorak bebek kuning, sunghoon melenggang keluar apartemennya.
Membeli Mie instan adalah opsi terbaik saat ini, berhubung ia malas memasak.

Memasuki minimarket sunghoon galau lagi, err lebih ke bingung sih.

"Enaknya mie cup rasa apa ya?"

Maklum saja, karna sunghoon jarang makan makanan instan. Terlebih dia pintar masak jadi setiap waktu makan pasti ia memasak, atau membuat bekal.

Bisa dibilang ini adalah kedua kalinya sunghoon memakan mie instan di hidupnya.

Yang pertama adalah ketika waktu itu sunghoon dan jay terlibat sebuah projek besar yang membuat mereka jadi super sibuk. Jangan kan makan mie instan, untuk ingat waktu makan saja tidak bisa.

Kalau di ingat-ingat kembali, waktu itu adalah awal perusahan sunghoon berdiri, karna itu sebagian tugas lapangan masih sunghoon dan jay yang handle.

"Mas mau beli atau engga nih?"

Sunghoon kaget, sepertinya ia berdiri di depan rak mie instan terlalu lama sampai ditegur pegawainya begini.

"Eh- anu jadi kok kak"

Setelah menyeduh lalu membayar mie, sunghoon berjalan untuk duduk di depan minimarket.

Hampa, membosankan , adalah gambaran perasaan sunghoon saat ini. Harusnya ia masuk bekerja saja tadi agar tidak terlalu membosankan seperti ini.

Saat sedang asik menyeruput mie, sunghoon tiba-tiba mendengar suara yang familiar.

"Humm~ hum~ hummm~"

"Apa ini halusinasi?"

Suara tadi terdengar seperti gumaman yang selalu sunghoon dengar setiap sore.

"What was i made for- hum~hum~"

Sunghoon melepas sumpit yang sadari tadi bertengger di tangannya, menyisakan mie yang sedikit lagi habis.

" but i wanna try "

Sunghoon bangun dan mencari suara yang dari tadi ia dengar. Tidak salah lagi, ini suara manisnya. Lagu yang selalu manisnya gumamkan.

Langkah sunghoon terhenti ketika kakinya berhenti melangkah, tepat di gang belakang minimarket.

Sunghoon melihat manis nya terduduk di tangga yang menghubungkan lantai dasar ruko dengan lantai dua, manisnya duduk di tangga pertama, dan disamping kiri si manis ada tempat sampah yang menyatu dengan tembok belakang minimarket.

"Think I forgot how to be happy
Something I'm not, but something I can be
Something I wait for
Something I'm made for-hum~"

Sejujurnya ini pertama kalinya sunghoon mendengar manisnya bernyanyi sebanyak ini, biasanya sunghoon hanya mendengar gumaman gumaman yang tidak jelas.

Sunghoon benar-benar hanya berdiri di depan si manis, bahkan ketika lagunya selesai sunghoon hanya terdiam.

Ada rasa ingin menghampiri, namun kaki sunghoon tak bisa bergerak, seakan lagu tadi adalah akar yang mengikat kakinya.

Tanpa sunghoon lihat pun, sunghoon tau bahwa ada sesuatu yang menjadi penghalang antara ia dan si manis. Bahkan ketika si manis dekat dengannya, sunghoon selalu merasa ia masih jauh dengan manis nya.

"Enggak, sampai kapan akan terus begini?"

"Bukannya lo mau deket sama dia hoon? Jadi ayok, berani ambil langkah!"

"Seenggaknya harus tau namanya!"

Dengan sisa tekad yang sunghoon punya, akhirnya sunghoon mengambil langkah berani.

Langkah pertama, langkah kedua, setiap langkah yang ia ambil rasanya sangat berat.

Jarak 3 meter terasa seperti 10 kilo meter, dan ketika sunghoon berhenti tepat di depan si manis, jantungnya terasa berdetak 2× lebih cepat dari biasanya.

"Hei, kenapa duduk di sini?" Ucap sunghoon, syukurlah sekarang suaranya stabil.

Si manis yang dari tadi hanya menatap tanah, kini mengangkat kepalanya, tanpa sadar mata itu menatap tepat pada mata sunghoon.

"Hum? Aku cuma numpang duduk aja sebentar" ucap si manis dengan senyum lembut.

Ah kaki sunghoon rasanya seperti jelly, seakan sunghoon baru menyelesaikan lari marathon.

Mata itu, mata yang selalu sunghoon banggakan, mata yang selalu sunghoon agung-agungkan. Kini menatap tepat pada matanya.

Sunghoon harus mencatat tanggal hari ini, ini akan menjadi hari yang bersejarah bagi sunghoon.

"Oh,um.. ingat a-aku gak? Aku yang kemarin malam di taman deket danau itu"

"Duh matanya natap gw terus, gw kan jadi makin gugup"

Ingin rasanya sunghoon memalingkan wajahnya dari si manis, tapi sayang. Kapan lagi bisa natap si manis se deket ini.

"Oh- cowo yang kedinginan sampai suaranya nge crack itu ya?"

Sial. Kenapa yang di ingat malah itu, sunghoon kan jadi malu. Telinga sunghoon sekarang semerah tomat.

"Sunghoon, namaku sunghoon, nama kamu siapa? Kemarin gak sempet tau" ucap sunghoon mengingatkan kembali namanya pada si manis.

Lagi-lagi ada jeda ketika sunghoon bertanya. Seakan semesta memberikan waktu bernafas untuk momen keduanya.

Posisinya masih sama, si manis duduk di tangga pertama seakan menatap pada sunghoon yang berdiri di depannya.

Mata simanis yang sesekali berkedip memperlihatkan bulu mata yang panjang nan lentik.

"Sunoo, kim sunoo"

Hembusan angin melingkupi tubuh mereka, menggeser awan yang sedari tadi menutup matahari.

Kini sinar matahari tersebut membelai wajah sunoo.

Selama ini sunghoon hanya melihat bagaimana jingga nya senja mengecup kulit sunoo.

Tak tau bahwa belaian mentari pada kulit sunoo akan membuatnya terlihat 2 kali lebih indah.

Sunghoon juga baru tau, bahwa warna mata sunoo itu coklat.

Dengan wajah yang sedekat ini

Dengan paras yang seindah ini

Bagaimana sunghoon tak jatuh cinta?






END

Lagu yang dinyanyiin sama sunoo itu judulnya : what was i made for - dari billie elish

Aku lgi suka denger lagunya jadi kepikiran buat jadiin lagu itu tema hidup nya sunoo.

Anyw makasih buat yang selalu nunggu ceritaku yaaa 💖

sparks [SungSun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang