BAB 39

20 2 0
                                    

VITA 

Ini cewek makin tidak tahu diri aja, aku berdiri menamengi Tora. "Kon gak isok lungo ngono ae yo. Kon kudu (kamu nggak bisa pergi begitu aja, ya. Kamu harus) tanggung jawab."

Talitha si cewek laknat itu tidak jadi pergi, berbalik menghadapku. "Tanggung jawab opo cewek kampung? Perasaan aku gak pernah onok urusan ambek kon (ada urusan sama kamu)."

Gila ini cewek laknat, masih nggak mau ngaku aja dia? Aku yakin lima ratus persen kesialanku disebabkan oleh dia. Tora yang kembali diam ikut melirikku dengan bingung, mulutku terbuka dan mendekatkan bibirku ke telinga Tora. "Nanti aku jelaskan, Yang. Kamu sabar dulu aku lagi ngetes si cewek nggak tahu diri ini."

Kepalaku teralih ke Talitha dengan muka bengis dan kepala yang agak miring, kasihan keberatan rambut dia. "Kamu, kan, yang nyebarin komentar jelek di sosial media dan skandal video mesum terkait aku?"

Talitha mendengkus. "Kon kok senengane (kamu kok sukanya) fitnah seh? Deloken rai ayuku ngene (Lihatlah wajah cantikku ini)." Tangan Talitha melayang dari atas ke bawah, memamerkan penampilannya yang dilihat orang awam sekilas memang cantik. Walau laknat kuakui gaya Talitha naik kelas, bahkan kemeja dan rok span yang dia pakai aja kuyakin itu merk Zara atau Kate Spade.

"Iki rai (ini wajah) gak modal jaremu (katamu)?" Telunjuk Talitha menunjuk mukanya sendiri.

Tentu tidak, aku tidak akan kalah. Maaf maaf aja penampilanku lebih menawan, kemeja dan celana jins model thrifting aja bisa jadi kece kalau kita campur dengan baik.

Aku mendengkus dengan tangan terlipat di dada. "Kon budeg opo piye? Dudu raimu, Cok, tapi aku yakin kon sing ngelek-ngeleki reputasiku gae nyebarno (Kamu nggak denger apa gimana? Bukan wajahmu, Bedebah, tapi aku yakin kamu yang jelek-jelekin reputasiku dengan cara menyebarkan) video mesum."

Perempuan laknat itu terdiam, sedetik kemudian tawa setannya menggelegar sampai bikin aku, Tora, dan beberapa polisi – sama orang sipil – pada kaget dan melotot. Talitha menutup mulut pakai ujung jari lalu melempar senyum santun dan menggumamkan maaf, sungguh menjijikkan. Mana sekarang natap Tora penuh cinta kayak gitu lagi, langsung aja aku gandeng erat.

"Ada apa, Talitha? Muka kamu aneh begitu." Tora sepertinya tahu banget kodeku, makanya dia mancing-mancing. Manisnya, mana dia sekarang cium tangan kami yang bertautan gini. "Saya paham, kamu masih belum percaya kalau kita pacaran beneran? Bukti ini cukup jelas lho, kamu masih bilang ini bohong?"

"Kamu nggak pernah gitu ke aku, Sayang?" Talitha merengek manja, benar-benar tidak sesuai dengan gayanya yang elegan itu.

Asli, cewek kayak Talitha gini merusak reputasi cewek-cewek yang memang elegan beneran. Mainnya nggak cantik terus. Belum lagi hati dan jantungku kembali berirama, apa benar aku punya perasaan beneran seperti yang dibilang Lila?

Tora berdehem, dia merangkulku untuk minggir sedikit karena ada orang-orang lewat lagi.Sedangkan Talitha usaha sendiri dan bibirnya masih maju lima sentimeter. "Sekarang saya tanya, apa benar yang dibilang Vita tadi soal penyebaran komentar jahat dan mesum serta video entah asli atau palsu itu? Atau itu video orang yang diedit biar menyerupai Vita?"

Beneran ini cewek muka dua sekali, tadi merengek sekarang lempar wajah bengis seperti beberapa menit yang lalu kemudian muncul lagi itu ketawa setan. Suaranya setengah menggumam, tapi masih bisa kami berdua dengar. "Kalau iya, memang kenapa?"

Kali ini aliran darah di tubuhku sungguh panas, aku menerjang dan menjambak rambut Talitha, tapi Tora buru-buru menarikku menjauh dan membisikkan kata-kata tenang dan jangan gegabah. Talitha bersedekap, kali ini dia berjalan melewati kami berdua begitu saja masih dengan rambut yang dia sisir asal. Ingin rasanya sepatu ini melayang ke kepalanya, tapi sayang ini sepatu belinya seharga satu juta rupiah.

Slowly Falling [TAMAT DI KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang