Bab 8 serangan

7 3 0
                                    

Prangg

Suara kaca pecah yang dihantam oleh batu besar membuat kaget semua murid di SMA Cakrawala yang sedang bersiap untuk pulang, seketika semua murid langsung buru-buru membereskan semua peralatannya dan bergegas keluar kelas. Alarm kebakaran juga berbunyi di seantero sekolah, membuat suasana di sekolah menjadi kacau seketika.

Semua guru maupun murid, berteriak histeris, karena batu berkali-kali menghantam beberapa kaca jendela sekolah.

" KEPADA SELURUH SISWA-SISWI, AGAR SEGERA MENGOSONGKAN AREA SEKOLAH SEKARANG JUGA, TERIMAKASIH " ucap pak Bayu dari speaker sekolah.

Neska, Starla, dan Stella langsung berlari menuju toilet, untuk menyusul Alezya yang baru saja pamit ke toilet.

Namun mereka berpapasan dengan inti Dominus yang baru saja selesai berganti baju " kalian mau kemana?, Cepetan keluar! " Ujar Ervin tegas.

" Ta-tapi i- "

Ucapan Neska langsung terpotong oleh Izhar. " Cepet keluar kalau Lo mau selamat, Nara sama via udah gue arahin keluar " tekannya.

Mereka pun terpaksa berlari menuju ke gerbang belakang sekolah tanpa menyusul Alezya yang masih berada di toilet.

Anggota Dominus saat ini sedang berada di gerbang utama. Mereka berbaris membentuk benteng untuk melindungi sekolahnya.

Hoshi berdecak seraya menatap kearah depan, lebih tepatnya pada barisan anggota Terrax yang berada di luar gerbang. " CK, ngapain juga mereka nyerang sekolah, nggak tau apa gue lagi cape habis tanding "

Ervin menyumpal mulut Hoshi menggunakan sebelah tangannya.
" diem Lo, dari tadi berisik Mulu " tukasnya, membuat Hoshi yang berusaha melepaskan tangan Ervin pun menyengir.

Rio-selaku wakil ketua Terrax pun maju dan menatap tajam Keanno.
" Keluar Lo semua, pengecut " ujarnya.

Keanno hanya diam, seraya tersenyum miring, ia memberi kode pada salah satu anggotanya untuk membuka gerbang utama.

Setelah terbuka, anggota Terrax mengambil ancang-ancang untuk menyerang anggota Dominus, namun langsung berhenti ketika Athar berteriak. " BANCI LO SEMUA, KITA SELESAIN DI LAPANGAN, KALAU KALIAN MAU LAWAN KITA " teriaknya lalu anggota Dominus berbondong-bondong berlari menuju lapangan yang sudah biasa di jadikan tempat tawuran, untungnya lokasinya tidak terlalu jauh. Hal itu pun sontak membuat anggota Terrax mengejar mereka.

Alezya bernafas lega setelah menuntaskan hajatnya, setelah mencuci tangannya, ia langsung berjalan keluar. Ia mengerutkan keningnya, ketika melihat keadaan sekolah yang agak berantakan. Pecahan kaca di mana-mana, serta Mading yang tergeletak di bawah.

Tiba-tiba ponselnya bergetar, dan mendapati Via, yang menelponnya.
" halo Vi?, Ini sebenarnya ada apa?, Kok sekolah berantakan gini? " tanyanya langsung.

Sebenarnya Alezya tertidur di toilet tadi, makanya ia tidak bisa mendengar keributan yang terjadi. Ditambah toilet yang ia gunakan berada di dekat gudang yang berada di ujung. Emang dasarnya Alezya, ketika tertidur sudah seperti simulasi mati saja.

" tadi Terrax nyerang sekolah, bikin semua panik, jadi sekolah berantakan. Ditambah, anggota Terrax itu ngelempar lempar batu, jadi kaca pada pecah " jelas via.

Alezya mengepalkan tangannya. " gue nggak bisa nahan lagi, nanti malam, kita main " ucapnya dingin. Di seberang sana, via mengangguk seraya tersenyum miring.

" banci Lo anjing, pake nyerang sekolah tercinta gue lo " teriak Izhar pada lawannya yang sudah tergeletak tak berdaya di bawahnya, namun terus saja ia memberikan pukulan.

Sementara Naren sedang berhadapan dengan dua lawan sekaligus. Ia memukul perut salah satu dari mereka yang langsung membuatnya berjalan mundur. ketika salah satunya lagi ingin memukulnya dari belakang menggunakan tongkat, ia langsung menghindar dan membuat tongkat itu malah terkena pada temannya sendiri.

Keanno tersenyum miring ketika Rio sudah tertunduk lemah. Ia langsung meludah kesamping lalu mengusap sudut bibirnya. " lemah "

Namun entah kenapa Rio malah tersenyum tipis menatap kearah nya, membuat Keanno mengerutkan keningnya.

" no awas " teriak Athar, ketika salah satu anggota Terrax berniat memukul Keanno menggunakan tongkat besi dari belakang. Dengan cepat cowok itu berguling.

Keanno mengeram marah. Ia langsung merebut tongkat besi itu dan melemparkannya ke sembarang arah. Ia langsung memberikan pukulan pada cowok tadi. " berani-beraninya Lo nyerang gue dari belakang?, Pengecut Lo " desisnya seraya menendang perut lawannya itu.

Tawuran pun berakhir dengan kemenangan yang di dapatkan oleh Dominus tentunya. Meskipun ada beberapa yang terluka, karena sebagian anggota Terrax membawa senjata.

" kita ke markas dulu, obatin luka kalian " ujar Keanno seraya berjalan menuju sekolah untuk mengambil motornya, diikuti oleh anggota lainnya.

Alezya berpapasan dengan anggota Dominus di gerbang. Ia menatap kearah mereka yang dipenuhi luka. Biar dirinya tebak, pasti mereka baru saja selesai tawuran.

" eh Zey, Lo masih di sekolah ternyata?, Nggak pulang Lo? " tanya Ervin.

Hoshi melirik kearah Alezya dengan senyum menggoda. " ohhh, gue tau, Lo pasti nungguin Keanno kan?, Biar bisa pulang bareng "

Alezya melotot tak percaya. Ia langsung memukul perut Hoshi, membuat sang empu meringis. " ehh, jangan asal ngomong ya, asal Lo tau, gue tadi ketiduran di toilet, makanya gue nggak tau kejadian tadi " ujarnya kesal, ia langsung berjalan menaiki mobil yang dikirim oleh ayahnya.

Hoshi masih memegang perutnya yang masih terasa sakit, meskipun cewek tenaga Alezya tidak bisa dikatakan main-main.

Alezya menatap kearah supir kepercayaan ayahnya itu. " bagaimana, apa sudah ditemukan lokasi mereka? " tanyanya datar.

Supir itu mengangguk. " sudah, kami juga sudah menemui nona naya dan nona tami untuk menemani nona Ale malam ini "

Alezya pun mengangguk. Akan ia pastikan, mereka pasti akan menyesal telah berani mengganggu sekolahnya.

" Lo serius? " tanya tami terkejut. Kini mereka bertiga sedang berada di sebuah ruangan bawah tanah, rumah Alezya. Gadis itu menggeleng. " nggak, nggak, gue nggak mau lakuin itu lagi, udah cukup gue dihukum sama mama, sampe gue belum ketemu dia lagi " tolaknya mentah-mentah.

Alezya menatap tajam kearah tami.
" pokoknya lo harus ikut, ini juga demi kebaikan semua orang " tekannya.

Tami tetap menggeleng. " gue tetep nggak mau, biar Lo berdua aja yang pergi, gue nggak mau ikut ". Ia hendak berjalan keluar ruangan, namun ditahan oleh naya.

" Lo nggak perlu banyak gerak, cuma awasi kita aja dari jauh, dan gerak kalau situasi udah mulai nggak terkendali " ujar naya memaksanya.

Alezya mengangguk setuju. " Ya bener itu, Lo awasi kita aja "

Akhirnya tami menghela nafas pasrah. " oke, gue cuma ngawasin kalian, kalau situasi bisa kalian tangani gue nggak bakal gerak "

Naya dan Alezya mengangguk. Mereka bertiga pun segera berganti baju dengan pakaian serba hitam, Tak lupa pisau lipat, dan hand gun.

Di ruang tengah mereka berpapasan dengan Alex yang baru saja pulang.
Alex mengerutkan keningnya. " kalian bertiga mau kemana, pake baju serba hitam gitu?, Kayak mau ngelayat orang mati aja " kekehnya.

Alezya mendengus. " ishh, Abang, kita tu mau main. Kan mi, nay? "

Tami dan Naya mengangguk. " iya bang, udah lama juga, kita nggak main " balas Naya dengan cengiran.

Alex mengangguk paham. " ohhh, oke, selamat bersenang-senang. Awas abis main, di beresin lagi mainannya, jangan sampai berantakan " pesannya.

Ketiga gadis itu mengangguk dan mengangkat tangannya membentuk hormat. " siap, laksanakan " ujar mereka kompak. Setelahnya mereka pun berangkat menuju lokasi yang sudah di lacak oleh orang kepercayaan Alezya.





The Story Of AlezyaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt