HAI ADIBO!
Di sini akan ada perubahan sedikit NAMA. Tenang aja, nanti ku revisi yang part atas itu biar nyambung.
Follow ig _wp.satebotak
Nanti kita ngobrol di sana, serius dm aja
aku anaknya kiyut menjelita dan baik karna itulah kalian panggil aku nona peri😘🚂🚃🚃🚃
"Hai, Biru."
Sapaan dari seseorang itu membuat Atapu yang hendak mengayuh kini menurunkan kakinya lagi, lalu menoleh. Orang itu berjalan ke samping Atapu Lembiru.
"Mau sepedaan bareng?" tawar Lovier kakak kelas Atapu. Dari yang Atapu dengar dari mulut kakak kelas laki-laki, Lovier menyukai Atapu.
"Gue mau mampir ke pangkalan, Mbak," balas Atapu sopan. Atapu sedikit merinding saat melihat tatapan tak mengenakan dari beberapa laki-laki yang masih duduk di kuda besi mereka. Pasalnya, banyak yang menyukai Lovier, dan ada beberapa yang mengungkapkan perasaan namun ditolak oleh Lovier dengan alasan 'Lovier calon Biru'.
"Pangkalan lo di mana?" tanya Lovier seraya membenarkan posisi tasnya yang ia sampirkan di pundak kiri.
"Lumayan jauh." Sungguh, Atapu semakin merinding melihat kakak kelas yang masih duduk di parkiran itu.
"Oke, gue ikut, Ru." Lovier berlari ke arah sepedanya untuk segera membawa ke dekat Atapu.
"Baiyoh," cicit Atapu saat melihat beberapa kakak kelasnya menuju ke arahnya.
"ATA!"
Panggilan nyaring itu berasal dari Lentara yang kini tengah berlari ke arahnya. Mau apalagi gadis satu itu? Kenapa belum melesat pulang dari tadi?
Atapu menoleh. Dua detik setelahnya dia dibuat kembali menghadap depan oleh beberapa kakak kelas berbadan tinggi-tinggi itu. Meskipun ada juga yang pendek. Bukan bermaksud body shaming.
"Gila, lo mau dilabrak, Ta?" tanya Lentara sesampainya di sana. Lentara berlagak sok syok dengan menutup mulutnya menggunakan dua tangannya.
"Lo terima tawaran Lovi?" tanya salah satu dari mereka.
"Kaga, dia yang mau ikut," balas Atapu kemudian menelan saliva.
"Biru, ayo!" Lovier yang sudah siap dengan sepedanya itu mulai mengayuh ke arah Atapu.
Lantas mereka semua melihat ke arah Lovier lalu kembali menatap sinis Atapu. "Besok gue tunggu lo di perpustakaan, kita adu bikin cerpen dalam waktu singkat," ujar salah satu dari mereka yang bisa disebut ancaman bagi Atapu. Mereka melenggang pergi saat Lovier semakin dekat.
"Mampus." Atapu menelan saliva. Ini yang ia takutkan sejak tadi. Kakak kelasnya tidak pernah mengajak adu jotos, melainkan adu otak. Sementara otak Atapu sangat mungil, apalagi ini cerpen? Dipelajaran Bahasa Indonesia saja Atapu mengantuk.
"Itu ancaman? Ah, bodo. Ta, gue nebeng, ya? Ban motor gue... Pecah." Di akhir kalimat Lentara memelankan suaranya. Lentara tahu pasti Atapu akan meledeknya.
"Mampus!"
Benar saja Atapu menertawakan Lentara.
"Sumpah serapah lo balik ke lo." Atapu semakin terpingkal-pingkal saat ingat bagaimana Lentara menyumpahi Atapu kalau sepeda Atapu akan pretel.
"Gue nggak ada tumpangan, temen-temen gue udah pulang. Lo tahu 'kan jam segini di sini minim banget taxi lewat," keluh Lentara dengan garis melas di wajahnya berharap Atapu memberinya tumpangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atapu Senja (Terbit)
Teen FictionSudah terbit + part masih lengkap "Ada kesempatan untuk yang berusaha." -Atapu Lembiru. "Jika diremehkan, berarti ada peluang membuktikan." -Lentara Senja. Bagaimana perasaanmu jika selalu dikenal bodoh oleh warga sekolah hanya karena sering membolo...