9: Kak...

35 10 0
                                    

HEY, BROTHER! — 9: KAK...

***

Berdiri di sebelahnya, Kenan menunggu Amanda selesai membayar. Semuanya dimasukan ke dalam kardus agar lebih mudah untuk dibawa, pengecualian untuk beragam camilan yang diisi dalam tas kain daur ulang. Camilan itu akan Amanda berikan untuk adiknya yang menanti kepulangannya di rumah.

Karena rutin berolahraga, khususnya angkat beban, Kenan dengan mudahnya mengangkat kardus berisi bahan makanan itu.

Sementara itu di dalam sebuah restoran, ada Keanu yang terjebak dalam situasi rumit. Dia harus berhadapan dengan dua orang yang tidak percaya kalau dia bukan Kenan, sahabat mereka.

"Wait-wait-wait, jadi maksud lo, Kenan punya saudara kembar dan itu lo?" tanya Caesar.

"Iya, betul."

"Terus sekarang Kenan ada di mana?" tanya Tama.

"Ya mana gue tahu. Gue ke sini bareng teman gue, terus gue pergi ke toilet dan tiba-tiba ketemu dia," ujar Keanu dan menunjuk Tama dengan gerakan alis.

"Wow." Caesar bersidekap, lalu bersandar. Ceasar juga mulai bingung dan capek dengan situasi yang terjadi. Mereka pergi ke mall ini untuk makan siang dan membeli oleh-oleh ke Bandung, tapi malah dihadapkan dengan masalah yang di luar nalar—itupun kalau apa yang dikatakan adalah benar.

"Gue bisa buktiin kalau gue bukan Kenan."

Tama yang sedang meminum esnya pun segera menaruh gelasnya. "Oke, silakan," balas Tama menantang.

"Kalian semua tunggu di sini."

"Hape lo ditinggal," kata Caesar.

"Apa?"

"Kalau lo beneran bukan Kenan, lo harus ninggalin hape lo di sini sebagai jaminan dan harus kembali dengan Kenan kalau mau ambil hape lo," ujar Caesar.

"Fine." Usai meletakkan benda pipih itu, Keanu pun bergegas pergi dari sana.

Saat langkah Keanu mulai menjauh, Tama dan Caesar saling bertatapan. Tama mengedikkan kedua bahunya, tidak tahu juga harus berkata apa.

Keanu mengayun langkah dengan cepat, kembali ke tempat dimana dia masih bersama Amanda. Semoga saja gadis itu masih ada di sana dan bisa menolongnya.

Keanu menyusuri rak demi rak, tapi dia tidak berjumpa dengan batang hidung gadis itu barang sesenti. Apa Amanda sudah selesai dengan urusannya di sini?

Tidak mau menyerah begitu saja, Keanu segera keluar dari sana dan menyusuri lorong demi lorong yang tadi mereka lalui, hingga matanya menangkap dua sejoli sedang melihat baju-baju thrift. Amanda lalu memilih satu pakaian dan meminta kepada penjaga toko untuk mengantarkannya ke ruang ganti.

Tangannya terkepal, marah. Bagaimana bisa laki-laki itu berpura-pura menjadi dirinya dan bersama Amanda seperti itu? Bagaimana kalau dia mencelakai Amanda dan malah nama Keanu yang menjadi jelek? Maka dari itu, dia menghampiri Kenan dengan muka yang merah padam.

"Kenan," panggil Keanu.

Yang dipanggil menoleh, terkejut dengan kehadiran Keanu. Keanu segera menariknya melewati pintu tangga darurat.

"Lo ngapain sama Amanda?!" serang Keanu dan mencengkeram kerah Kenan erat-erat. Dia akan menghajar Kenan di sini kalau perlu.

"Gue nggak ngapa-ngapain," balas Kenan. Kedua tangannya terangkat di udara.

"Terus kenapa lo bisa jalan barang dia?"

"Kita nggak sengaja ketemu terus gue dipaksa ikut?"

"Dipaksa?" Keanu menambah tenaga cengkeramannya, sehingga Kenan jadi sulit untuk bernapas. Kenan boleh saja mengaku sebagai saudaranya, tapi bukan berarti sifat laki-laki itu dapat dipercaya, apalagi ini bersangkutan dengan sahabatnya.

"Iya. Soalnya dia ngiranya gue itu elo."

"Terus lo nurut-nurut aja?"

"Ya terus gue harus gimana? Gue udah jelasin kalau dia salah tapi dia ngotot dan maksa."

Keanu menarik tangannya dari kerah baju Kenan. "Gue juga ketemu teman-teman lo di restoran. Dan lo harus balik ke sana sekarang juga!"

"Gue ke sini, datang untuk membawa misi penting," ujar Kenan tiba-tiba.

"Misi apa?"

"Tapi sebelum itu, lo harus lihat ini dulu."

Kenan membuka galeri di ponselnya dan menunjukan sebuah foto keluarga harmonis di kamar rumah sakit. Kedua orang tua di dalam foto itu masing-masing menggendong seorang anak sembari tersenyum dalam sebuah kamera. Keanu memperbesar gambar tersebut. Wanita di foto itu adalah Mama. Dan pria di foto itu adalah pria yang sama dengan yang ia lihat di pantai. Dan foto ini belum pernah dia lihat sebelumnya.

"Gue pengen kasih lihat lo ini karena gue tahu lo masih skeptis sama apa yang terjadi, kan."

"Dari mana lo dapat foto ini?"

"Dari dompetnya Papa. Setelah gue sadar ada sesuatu yang nggak beres tentang keluarga kita, gue mulai menyelidiki Papa secara diam-diam. Dan tentu saja dia nggak tahu kalau gue udah pernah ketemu sama lo. Dan ini." Kenan menggulir layar, menunjukan foto yang lain. "Fotokopi akta kelahiran yang gue bilang waktu itu."

Keanu mengusap wajahnya gusar.

Udara di ruangan ini berubah jadi panas dan sulit untuk dihirup.

"Sekarang lo percaya kan sama gue?" tanya Kenan.

Keanu menatap ruang kosong.

"Lo mau tau misinya apa?"

"Apa?"

"Misi ini seharusnya kita bahas waktu di pantai. Karena gue rasa itu timing yang pas. Waktu gue minta lo ketemuan lagi di restoran, tapi ternyata nggak datang-datang."

"Gue masih takut waktu itu."

"Gue paham. Jadi, misinya adalah—" Kenan meletakkan kedua tangannya di pundak Keanu, "Gue berniat menyatukan kembali keluarga kecil kita, tapi gue butuh kerja sama lo, Kak."

Kak.... Keanu masih asing dengan panggilan itu.

"Setelah semua bukti yang gue tunjukin tadi, lo juga pengen kan mereka balikan? Lo penasaran kan kenapa mereka dulu pisah? Kalau Papa sama Mama nggak mau kasih tahu, berarti harus kita yang cari tahu sendiri, karena itu adalah hak kita sebagai anak untuk tahu."

"Terus gimana caranya?"

"Kita harus bertukar peran sementara."

"Apa?!"

"Cuma satu bulan sampai ulang tahun kita. Untuk pertama kalinya dalam hidup gue pengen ngerasain ulang tahun gue dirayain sama orang yang udah ngelahirin gue ke dunia ini. Gue penasaran banget sama Mama, Kak. Lo juga penasaran, kan, sama Papa?"

Keanu mengangguk.

"Jadi lo mau?"

"Ini agak beresiko. Gue nggak—"

"Selama kita nggak ketahuan, semuanya aman."

Keanu bepikir dengan keras cukup lama.

"Cuma satu bulan, Kak."

Hey, Brother!Where stories live. Discover now