4: DM

53 9 0
                                    

HEY, BROTHER! — 4: DM

***

"KENAN!"

Kedua orang itu—Tama dan Caesar—adalah sahabat Kenan.

Tama melepas kacamata hitam anti radiasi yang dipakainya saat berjalan di luar, lalu menyimpannya di kancing kemeja paling atas.

Caesar berjalan santai saja di sampingnya dengan sebelah tangannya masuk ke saku celana.

Sosok Keanu sudah menghilang. Entah kemana perginya.

"Kebiasaan lo. Jalan sendiri," sindir Tama, "apa gunanya liburan bareng kalo lo asik sendiri?"

"Lah, tadi yang nolak ajakan buat renang siapa anjir?" balas Kenan tak mau kalah.

"Gue bukan nolak, Kenan, tapi nunggu matahari agak turun dikit biar nggak gosong."

"Yee, sama aja."

Caesar diam saja, tidak ingin terlibat dalam perdebatan itu. Pandangan Caesar beralih menyisir isi meja; ada empat piring, dua gelas dan dua batok kelapa muda. "Ini pesanan lo semua?" tanyanya.

"Apa, Sar?" Kenan memutus perdebatannya dengan Tama.

Dia bertanya bukan karena tidak mendengar, tapi untuk memastikan kalau dia tidak salah dengar. Juga sedikit tambahan waktu untuk memikirkan jawaban.

Caesar menunjuk benda-benda di atas meja dengan gerakan alis. "Pesanan lo semua?" ulangnya.

"Oh, tadi ada orang yang duduk di sini karena meja lain udah penuh, terus dia udah cabut."

Caesar mengangguk percaya.

Tama bergeser untuk duduk dan Caesar mengikuti.

Tama kemudian mengintip isi batok kelapa muda di hadapannya. Seperti menemukan harta karun, laki-laki itu berseru senang, "masih banyak anjir," dan meminumnya dari sedotan yang ada.

Kenan dan Caesar hanya bisa menelan ludah dan berkedip berkali-kali akibat tingkah laku Tama. Mau heran, tapi Tama. Sementara yang ditatap fokus mengabiskan air kelapa yang masih tersisa banyak itu.

"Tadi lo berenang pake itu?" tanya Caesar saat matanya menangkap sesuatu di atas meja; sirip hiu palsu.

"Iya."

"Jadi hiu yang katanya tiba-tiba muncul di pantai itu lo?"

Yang ditanya hanya mengedikkan bahu.

Tama tertawa, mendengus kecil. "Gila lo, cari masalah banget pake gituan di tempat rame. Lo udah bikin heboh satu pantai."

Berita tentang kemunculan hiu secara tiba-tiba di pantai itu sampai juga ke telinga Tama dan Caesar, karena beritanya menyebar dengan sangat cepat dari mulut ke mulut.

Dan rupanya tidak ada satupun pengunjung yang menyadari bahwa yang mereka kira ikan hiu itu, adalah manusia.

Pengecualian buat satu orang, yang saat itu masih setia berdiri, seolah sedang menunggunya untuk bangkit dari air. Seolah dia tahu, kalau itu bukan hiu—Keanu.

Ah, iya Keanu. Kenan kemudian menoleh ke arah jam 3, pada lorong kecil menuju toilet. Anak laki-laki yang dia pikirkan itu tadi melipir ke sana.

Sudah hampir dua jam saat ia dan Keanu bertemu. Keadaan di luar sudah cukup terkendali. Meskipun bisik-bisik orang tentang hiu masih terdengar, tapi tidak seheboh tadi. Katanya, hiunya sudah pergi.

Pantai ini masuk ke dalam daftar pantai paling aman untuk berlibur. Tidak heran kalau orang-orang bisa seheboh itu saat melihat sirip hiu.

"WOY! MALAH BENGONG!" Tama menampar meja.

Mata Kenan berkedip-kedip, kaget. Laki-laki itu segera tersadar dari lamunannya.

Caesar tidak bengong, dia hanya sedang memerhatikan manusia yang lalu-lalang di depannya.

Sepertinya, Tama sudah selesai dengan kelapa mudanya—kelapa muda yang ditinggal begitu saja oleh Keanu. Dilihat dari gestur tama yang menggeser batok kelapa itu ke samping agar tidak menghalangi tangannya untuk bertumpu di atas meja.

"Cabs, yuk!" ajak Tama. Asik banget ya; datang, duduk, minum punya orang lain, terus cabut.

"Ayo." Caesar menyetujui.

"Hhhh." Kenan menyentuh kepalanya dengan kedua telapak tangan, matanya melebar, panik. Dia baru saja teringat akan satu hal.

"Kenapa? Kenapa?" tanya Tama yang ikutan panik.

Kenan menjawab sambil menyengir bagai kuda. "Gue lupa bawa dompet."

"Ya elaaa." Tama menutup mulut dengan tangan yang terkepal, sikutnya bertumpu pada sebelah tangan yang bersender di atas perut. Kemudian menggaruk kepala, bingung juga harus bagaimana, karena dia juga tidak sedang membawa dompet.

"Sar, bayarin dulu, ya," kata Kenan cengengesan.

Yang dimintai pertolongan hanya mengangkat sebelah alis, lalu mengangguk ringan tanpa beban. "Oke."

Sudah biasa.

Karena memang cuma Caesar yang selalu bawa uang kemana-mana. Dan yang paling banyak uang.

Caesar merogoh saku mengambil dompet, lalu memberikan empat lembar uang berwarna biru kepada Kenan.

"Nice, Sar. Lo emang sahabat gue yang terbaik!" Kenan segera meninggalkan meja dan berjalan ke arah konter.

Usai menyimpan kembalian ke saku celana yang setengah kering, Kenan lalu menyeret langkahnya menuju toilet, dia ingin berbicara dengan Keanu sebelum pergi.

"Keanu," panggil Kenan. Ia mencari saudaranya itu di setiap bilik, barangkali ada Keanu yang bersembunyi di sana. Namun alih-alih Keanu, yang keluar malah orang yang baru saja selesai dengan panggilan alam.

Keanu sudah pergi dari sana. Entah sejak kapan.

***

To: Keanu

Kenapa lo pergi?
Sent, 16.30

Kenan duduk di kursi lipat di samping mobil.

Papa, Tama dan Caesar sedang mempersiapkan menu makan malam mereka. Papa bertugas meracik bumbu untuk barbeque dan jagung bakar, Tama mengoleskan bumbu dan Caesar yang memegang kipas.

Untuk menyambut pergantian tahun, orang-orang yang berlibur di pantai ini mulai mempersiapkan acara mereka sendiri. Ada yang lagi checksound buat karaoke, anak-anak yang bermain bunga api, dan muda-mudi yang juga punya agenda bakar-bakar di depan tenda camping.

Keanu menggigit bibir. Kakinya bergerak naik turun dengan cepat. Kegelisahan menguasai dirinya kala pesan itu tak kunjung dibaca oleh Keanu.

Sekali lagi, dia menulis:

Lo nginep diman—

Dia menghapus kalimat itu dan menggantinya dengan:

To: Keanu

Sebentar sebelum acara kembang api, kita ketemuan lagi di tempat tadi. Lo bisa kan?
Sent, 19.00

Gue besok pagi balik. Lusa sekolah soalnya.
Sent, 19.01

Kalo lo kapan?
Sent, 19.01

Hey, Brother!Where stories live. Discover now