5. First Mission?

7.8K 857 76
                                    

Dan di sinilah Moka berada saat ini. Di meja makan bersama Daddy dan si kembar yang sedang sarapan.

Sedari tadi ia hanya melamun sibuk memikirkan perkataan Zero. Sungguh ia sangat tertekan saat ini. Bagaimana bisa Zero memberinya misi seperti ini.

Bagaimana caranya agar dia bisa mendekati para setan yang sialnya adalah keluarganya.

Kemarin dia udah sok sokan nolak mereka mana pake nyumpah nyumpahin mereka lagi.

Yakali tiba tiba dia sokap ama mereka. Gengsi borr...

Padahal seandainya Moka tau yang sebenarnya.

Derick dan si kembar dari luar terlihat seperti sedang menikmati sarapan pagi mereka.

Padahal mereka sedari tadi sibuk memantau keadaan si kecil. Apa apaan ekspresi lucu itu. Inikan tidak adil!!

Mereka ingin menyentuhnya dan menguyel nguyel pipi yang nampak lembut itu.

Padahal bisa saja jika mereka memaksa Moka tapi mereka ingin perlahan saja. Perlahan membuat Moka merasa ketergantungan dan tidak bisa lepas dari mereka.

“Ehem, Moka berhenti memainkan buburmu dan cepat makan.” Tegur Derick gemas tapi tetap dengan wajah datarnya.

Moka tersentak dari lamunannya ketika mendengar suara berat Derick. Ia melihat sarapannya adalah bubur dengan banyak sayur dan hati ayam.

Melirik menu yang lain. Apa apaan ini? Ini namanya diskriminasi!!

Dia makan bubur yang penuh sayur dan mereka malah enak enakan makan daging sapi yang Moka tak tau dimasak apa itu.

Mereka pikir dia bayi? Dia juga ingin makan itu!!! Dan dia baru sadar selama dia berada disini. Makanannya selalu dibedakan dengan yang lain.

Melihat wajah cemberutnya membuat yang lain mengernyitkan kening. Kenapa pula ni bocah?

“Gak mau makan!” Tolak Moka sembari mendorong piringnya kedepan.

“Kenapa gak mau makan hm?” Tanya Dean pelan. Ya pelan pelan kita dekati si kecil yang sangat pemberontak selama seminggu ini.

Mereka sangat tertarik dengan perubahan si kecil yang mulai berani berbuat dan melawan mereka.

“Mau itu.” Tunjuk si kecil pada piring mereka.

Dean menggeleng pelan “No daging, makan bubur.”

Moka yang mendengar penolakan itu mulai berkaca kaca bahkan bibirnya sudah mulai melengkung kebawah.

Jangan lupakan hidung bangirnya yang mulai memerah. Matanya siap menumpahkan liquid bening kapan saja.

Derick dan sikembar mulai panik berusaha menenangkan si kecil dan memberinya pengertian agar tenang.

Bukannya tenang itu malah membuat Moka menangis makin kencang membuat mereka kelimpungan.

Pasalnya selama ini mereka tidak pernah melihat Moka menangis. Bahkan jika ia dibentak ataupun dibully, paling paling ia hanya akan meringis dan diam.

Tapi disisi lain mereka dibuat takjub dengan wajah kecil yang sedang menangia itu. Sangat menggemaskan membuat mereka terus dan terus ingin melihatnya.

“HIKS GA MAU BUBUR MAUUU DAGING!!!”

“Iya iya udah makan daging oke. Jangan nangis lagi udah sesek nanti dadanya.” Ucap Derick yang merasa tidak tega melihat Moka mulai kesulitan bernafas karena terlalu lama menangis.

Ia menggendong Moka dan kembali duduk dikursinya dengan Moka dipangkuannya sembari mengelus pelan dada si kecil.

Ah kenapa menggendong si kecil sangat menyenangkan. Apalagi aroma apel manis yang menguar dari rambut dan tubuhnya membuat Derick rileks.

Wanna Punch My SystemWhere stories live. Discover now