Country Behind The Door (1)

1 1 0
                                    

_Ting!_

[Ama, aku akan datang terlambat. Ayahku baru saja datang bersama saudara yang lain. Aku harus menyambut mereka dulu. Kerjakan tugasnya sama Ali, ya! Aku yang akan membayar biaya _cafe_-nya.]

Pesan masuk dari Fiora berhasil membuat Ama berseru tertahan. "Apa-apaan anak itu? Dia pikir apa yang bisa Ali lakukan? Bisa mengingat tugasnya saja sudah hebatnya luar biasa," gerutu Ama sambil sesekali menatap lelaki yang ada di ujung _cafe_ itu.

Ama hanya bisa mengembuskan napas pasrah. Tugas mendesain bukanlah keahliannya.
Satu-satunya orang yang bisa membantunya datang terlambat. Sekarang hanya tersisa seorang lagi yang sedang terlelap di seberang kursi tempat dia duduk.
Gadis itu menghela napas sekali lagi. Tidak habis pikir, kenapa hari ini dia begitu sial?

Beberapa waktu berlalu. Tidak banyak yang berubah. Desain yang sejak tadi diajak tempur oleh Ama pun tak banyak perbedaan seperti sebelumnya.

"Gawat! Ini harus selesai. Besok sudah presentasi. Tapi, bagaimana aku membuatnya?" gumam Ama seorang diri.

"Lebih baik kau gunakan warna netral untuk _background_-nya!"

Ama seketika hampir terjengkang saat suara itu tiba-tiba menggema dari hadapannya. "Astaga! Kau-"

"Atau kau bisa ubah konsep-nya menjadi lebih ceria," imbuh Ali tanpa mempedulikan Ama yang sudah merah padam menahan kesal.

"Apa?" tanyanya tanpa dosa.

"Kau itu bisa lebih normal sedikit tidak? Jangan mengagetkan orang seperti itu!"

Lelaki dihadapan Ama hanya menatap datar. "Hey, aku biasa saja sejak tadi."

"Mana ada! Kau tiba-tiba datang dihadapanku."

"Tidak. Aku sudah di sini sejak tadi. Kau yang tidak sadar."

Ama kembali menghempaskan tubuhnya ke atas kursi. Tidak ada gunanya berdebat dengan manusia absurd satu ini. Tidak akan pernah menang.

Setengah jam kembali berlalu. Desain yang sedang digarap Ama tak kunjung ada perubahan. Gadis itu masih kewalahan memilih warna yang sesuai.

"Akh ... kelamaan, Ama! Sini, biar aku saja!"

Ali menarik tablet yang ada di hadapan Ama. "Ee, jangan! Kamu tidak tau konsepnya, bagaimana mau kamu kerjakan?"

"Enak saja! Saya lebih ahli kalau urusan seperti ini ketimbang kamu." Wajah Ama mematut. Kesal agaknya diremehkan Ali.

By: Ukara Fareeda

Cerbung Kelompok AkusaraDär berättelser lever. Upptäck nu