1

2.8K 177 8
                                    

❀❀

"Kata gue mending lo ikut kencan buta." Kalimat yang sama Renjun dengar hampir seminggu belakangan ini.

Ia menghela nafasnya pelan, "kalo lo dateng jauh-jauh kesini cuma mau bilang kayak gitu, kata gue mending lo pulang."

"Yaelah gue kesini niat baik mau jenguk lo."

"Gue gak sakit anjir."

"Gak ada yang bilang lo sakit. Gue kesini jenguk lo yang hampir seminggu ini kagak pulang ke rumah."

"Kerjaan gue belum kelar, kalo gue pulang malah gak kelar-kelar."

Jaemin melirik lukisan yang hampir jadi dihadapannya.

"90%?"

Renjun mengangguk.

"Kira-kira kapan lo keluar dari tempat ini?"

"Dua hari lagi mungkin?"

Helaan nafas berat terdengar, Renjun menoleh mendapati Jaemin yang sedang duduk di sofa panjang dengan segelas americano ditangannya.

"Kenapa?"

"Gue bosen."

"Keluar sana kalau bosen,"

"Gue maunya keluar sama lo! Ayoo dong kita main, lo apa gak sumpek disini mulu? Gue yang baru beberapa menit aja rasanya sesak nafas."

Renjun mengangkat bahunya acuh, "Gue senang disini." Ucapnya lalu kembali berkutat dengan lukisannya.

Lagi-lagi helaan nafas dapat Renjun dengar. Renjun tersenyum tipis, walaupun Jaemin selalu mengeluh ia akan tetap berada di sana untuk menemani Renjun.

15 menit berlalu, suara omelan Jaemin tak lagi Renjun dengar.

Jaemin ketiduran, dan Renjun sudah tau itu. Ia sudah terlalu hafal kelakuan teman sedari kecilnya itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, ia berjalan kearah sebuah lemari sedang dan mengambil sesuatu disana.

Ditangannya kini terdapat sebuah selimut dan satu buah bantal kepala. Ia perbaiki posisi tidur Jaemin dan menyelimutinya.

"Hhh kayaknya gue butuh udara segar."

Meninggalkan pekerjaannya sebentar tak akan membuatnya menjadi seorang penjahat bukan?

Sekiranya itu yang Jaemin katakan pada Renjun ketika melihat Renjun tak beranjak seinci pun dari kursinya.

Renjun berjalan kaki disekitaran kompleks perumahan, ia tak mungkin berjalan jauh sedangkan masih ada Jaemin distudio nya.

Renjun langkahkan kakinya memasuki mini market, ia berencana membeli beberapa cemilan dan minuman segar.

"Berapa mba?"

"Totalnya jadi lima puluh enam ribu ya kak."

"Bentar mba, aduh saya kayaknya lupa bawa dompet."

"Bayar sekalian dengan punya saya aja mba." Ucap Renjun yang sedari tadi memperhatikan dari belakang.

"Eh gausah, punya saya batalin aja mba."

"Aduh gabisa dibatalin mas, ini udah keinput." Ucap mba kasir.

Renjun masih setia berdiri disamping pria itu.

Pria itu menoleh kearah Renjun, dengan senyum malu ia berkata. "Tolong ya mas, hehe."

Renjun mengangguk dan memberikan belanjaannya pada mba kasir agar segera dijumlahkan.

"Sekali lagi makasih ya mas, masnya kasih aja nomor rekeningnya biar nanti saya ganti."

Renjun tersenyum tipis, "gak usah diganti, saya iklas nolongin kok. Saya duluan ya."

Renjun segera berlalu meninggalkan pria tersebut yang masih berdiri mematung di depan mini market.

"Gila manis banget senyumnya."

✿︎✿︎

BLIND DATE [ʜʏᴜᴄᴋʀᴇɴ] ✔Where stories live. Discover now