4

1.1K 142 3
                                    

❀❀

Akan ada hari dimana Renjun merasa dirinya stres, ingin menangis secara tiba-tiba, dan hal lainnya yang Jaemin anggap itu tidak waras.

Jika kalian berfikir Renjun gila, maka tolong jauhkan itu dari pikiran kalian. Ia hanya stres dengan pekerjaannya, tak dapat menemukan ide untuk dilukis yang membuatnya menjadi seperti itu.

Dan hari itupun tiba, hari ini Renjun secara tiba-tiba mengetuk kencang pintu unit apartemen Jaemin di jam 12 malam.

"Ngapain sih anjir?" Tanya Jaemin pertama kali ketika melihat Renjun yang berdiri dengan pakaian rapi didepan unitnya.

"Ayok kita ke club."

Rasanya Jaemin ingin mengutuk makhluk dihadapannya ini.

"Lo gila? Jam berapa ini anjir? Gue ngantuk."

Tidak menyerah, kini Renjun duduk tepat di depan pintu unit Jaemin. Seperti anak kecil yang tak diberikan mainan oleh ibunya.

"Ayooooo Jaemin gueee butuh idee buat ngelukiss."

Kini sepertinya gantian Jaemin yang merasa stres.

"Sebotol aja habis itu pulang ya." Renjun mengangguk dengan cepat.

"Tunggu bentar, gue ganti baju."

"Okeeee!!!"

●●

Club malam yang selalu ramai dan tak pernah sepi pengunjung, adalah salah satu tempat yang sering Renjun datangi jika kehabisan ide. Ia tidak ikut berjoget bersama Jaemin, ia lebih senang duduk di stand bar dan memesan coctail kesukaannya.

"Chan, ada yang cakep chan." Ucap Mark yang langsung menghampiri Haechan ketika melihat pengunjung yang sedang duduk sendiri di stand bar.

"Kagak mau, ambil aja sono." Haechan masih asik menggulir sosial medianya.

"Liat dulu sana anjir, kalo beneran kagak mau gue ambil."

Haechan menghela nafasnya kesal, ia lantas melirik dan lirik kan itu berubah menjadi pelototan.

Itu adalah mas yang ia cari selama beberapa hari ini.

Tanpa mengatakan apapun, Haechan langsung berdiri meninggalkan Mark yang saat ini sudah mengomelinya.

"Hai, sendirian aja mas?"

Renjun paling tak suka seperti ini, waktu mengumpulkan idenya terganggu.

"Se-rt."

Haechan tertawa, "lucu banget, btw mas ingat saya gak?"

Tanpa melirik Renjun menggeleng.

"Mas liat saya dulu dong, saya yang beberapa hari lalu mas tolongin di mini market itu loh."

Renjun melihatnya, disampingnya kini ada seorang pria dengan leather jacket hitam yang sedang duduk dan tersenyum kearahnya.

"Lo,"

"Hm?"

"Muka lo ngeselin, jauh-jauh sana." Haechan tertawa lebih kencang kali ini.

Ini pertama kalinya ada yang bilang muka nya ngeselin, biasanya orang-orang akan memuji wajahnya.

Renjun kembali meneguk minumannya dan tak memperdulikan Haechan yang sedang tertawa itu.

"Btw ini pertemuan kedua kita loh, tau kan artinya apa?"

Renjun mengangguk, "artinya lo harus jauh-jauh dari gue."

Haechan menggeleng, "salah. Artinya ini takdir, nanti kalau kita ketemu ketiga kalinya tau lah yaa artinya apa."

"Sinting."

Belum sempat Haechan membalas, Jaemin sudah muncul dan merangkul pundak Renjun.

"Udah berapa gelas?"

"Baru dua."

Jaemin menggeleng, "Udah kan? Balik dah yuk, besok gue ada kerjaan pagi."

Renjun menekuk wajahnya, dan semua yang terjadi didepannya Haechan saksikan dengan jelas.

Siapa sih ni tiang, sok akrab banget rangkul-rangkul pundak gitu. - Hc

"Bisa jalan gak? Mau digendong?" Renjun menggeleng, "bisa jalan aman."

Mereka langsung pergi, meninggalkan Haechan yang seakan tak terlihat.

"Lo suka sama pacar orang Chan?"

"Sialan."

✿︎✿︎

BLIND DATE [ʜʏᴜᴄᴋʀᴇɴ] ✔Where stories live. Discover now