Ring 5

316 66 4
                                    

Goyangan pada tubuhnya berhasil membuat Ameera terjaga dari tidur lelapnya. Perlahan ia membuka matanya dan alangkah terkejutnya ia ketika menemukan sepasang mata cokelat bulat seperti kelinci sedang menatapnya lekat-lekat dalam jarak yang sangat dekat. Ameera memejamkan kembali kedua kelopak matanya.

"Mami! Wake up!" teriakan itu sukses membuat Ameera membuka kedua kelopak matanya dan detik selanjutnya ia kembali melihat manik cokelat bulat itu berdiri tegak di sisinya. Siapa anak kecil ini? Dan siapa yang dipanggilnya dengan sebutan mami!?

"Kenapa susah bangut sih bangunin mami?" keluh anak perempuan bergaun pink dengan motif kotak-kotak. Wajahnya sangat cantik. Rambut panjang lurusdl dengan poni menutupi dahinya yg luas. Hidung mungil, bibir tipis dan matanya yg bulat. Kulitnya putih dan halus.

"Mami?" gumam Ameera penuh tanda tanya di dalam benaknya. Bagaimana bisa anak ini masuk ke dalam rumahnya? Rumah, ulangnya dalam hati. Tunggu! Ameera mengedarkarkan pandangan matanya dan saat itulah ia tersadar jika ruangan ini bukanlah kamarnya! Apakah aku diculik? Di mana ini? Jelas sekali dalam ingatannya jika ia tertidur di ruangan kantornya. "Ini di mana?" gumamnya pelan.

Anak perempuan itu bersedekap seraya menarik napas panjang. "Tentu saja di kamar mami sendiri." Sekarang dia memandang Ameera dengan kerutan jelas di dahinya. "Apakah demam bisa membuat seseorang amnesia?"

"Ka-kamarku?" tanya Ameera hati-hati.

Anak perempuan itu mengangguk. Sekali lagi Ameera mengedarkan pandangan matanya dan menemukan kamar asing yang luasnya sebesar rumahnya. Jendelanya yang dihiasi tirai putih tipis, dua kali lipat lebih besar dari jendela di kamarnya. Jelas sekali jika ini bukan kamarnya. Lalu di mana?

Tanpa Ameera sadari anak perempuan di hadapannya tidak membuang pandangannya sama sekali sejak tadi. "Um... Siapa namamu?"

"Mami tidak ingat namaku?"

"Um... Katakanlah seperti itu."

"Mami benar-benar amnesia. Sepertinya aku harus memanggil Papi."

"Pa-papi!?" pekik Ameera.

Anak perempuan itu memandang Ameera heran. "Sebaiknya aku memanggil papi," ucapnya sambil berlari dari situ tanpa memedulikan panggilan Ameera yang ditujukan untuknya.

Papi, Mami dan anak perempuan. Juga kamar asing ini. Ada di mana sebenarnya ia berada saat ini?? Handphone! Ya, ia membutuhkan ponselnya. Ia harus segera menghubungi Zack dan meminta pria itu menjemputnya secepat mungkin. Tapi sayangnya Ameera tak menemukan ponselnya. Di tempat tidur atau pun di nakas. Akhirnya ia memutuskan untuk turun dari tempat tidurnya dan bersamaan dengan itu pintu kamar kembali terbuka. Pandangan mata mereka bertemu. Sontak Ameera mematung. Di ambang pintu Ameera menemukan sosok tampan asing yang belum pernah ia lihat selama hidupnya.

"Ameera?" panggil pria itu pelan. Ameera terkejut. Bagaimana bisa pria asing ini mengetahui namanya?

"Papi lihatkan bagaimana cara mami memandang aku dan papi?" celetuk anak perempuan tadi yang tiba-tiba saja muncul dari balik kaki pria yang dipanggil papi.

"Mami-mu kan sedang sakit Nayla. Jadi wajar saja jika beliau bersikap seperti itu. Sekarang bolehkah Papi memeriksa Mami kamu dulu?" jelas pria itu lembut kepada anak perempuan bernama Nayla.

"Baiklah." Setelah mengucapkannya Nayla pun beranjak dari situ. Namun, sebelum ia membalikkan tubuhnya sekali lagi ia memandang wajah Ameera sejenak sebelum akhirnya pergi.

Pria itu menutup pintunya dan mulai berjalan menghampiri tempat Ameera. Sedangkan di tempatnya Ameera bergeming. Ia harus segera bertanya kepada pria ini dimana sebenarnya ia berada dan tidak lupa menanyakan ponselnya. Pria itu meraih kursi dari meja rias dan meletakkannya tepat di depan dan duduk. Sehingga saat ini mereka saling berhadapan. Pria itu memandang wajah Ameera lalu tersenyum tipis. "Kamu pasti terkejut."

Tentu saja! Perempuan mana yang tidak terkejut ketika tersadar dari tidurnya dan menemukan seorang anak perempuan memanggilnya dengan sebutan mami!? Tidak kena serangan jantung saja sudah bersyukur.

"Aku ada di mana?" tanya Ameera terus terang.

"Kamu ada di rumahku," jawab pria itu pelan. Hati Ameera terasa lega. Lalu pria itu kembali bersuara. "Rumah kita."

What!? Apa katanya? Ameera mengedipkan kedua matanya beberapa kali untuk memastikan jika ia tidak salah dengar.

"Apa maksud anda?" tanya Ameera hati-hati.

"Ameera, apakah kamu tahu aku siapa?" Ameera menggeleng.

"Sepertinya ucapan Nayla benar. Kamu mengalami amnesia," desahnya lalu memeriksa nadi dan menyentuh kening Ameera yang sukses membuat wanita itu menarik diri. Alhasil sikapnya itu membuat pria itu tertawa kecil. "Baiklah. Aku akan membiarkanmu beristirahat dan meminta Om Syahrul untuk memeriksamu."

"Tunggu sebentar," cegah Ameera yang berhasil membuat pria itu menghentikan niatnya untuk bangkit berdiri. "Di mana ponselku?"

"Ponsel? Ah.. Maafkan aku. Ponselmu tidak selamat dan belum sempat membeli yang baru," jawab pria itu.

"Tidak selamat?" ulang Ameera penuh tanda tanya.

"Ya. Ponselmu hancur dalam kecelakaan itu."

"Kecelakaan apa?"

"Kamu tidak ingat apapun?"

Ameera menggeleng.

"Termasuk aku? Suamimu?"

Pertanyaan pria itu sukses membuat Ameera terkejut sekaligus kesal. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? "Suami? Bagaimana aku bisa punya suami jika menikah saja belum pernah?" keluh Ameera yang sudah tidak dapat menahan kekesalan akibat semua kebingungan ini.

Raut wajah lelah tampak jelas tercetak di wajahnya yang tampan. Namun, ia tetap berusaha tersenyum tipis lalu tanpa diduga dia mencium kening Ameera. "Beristirahatlah," ucapnya pelan. Kemudian berlalu dari situ. Meninggalkan Ameera dalam kebingungan dan perasaan hangat di dalam dadanya.

Bagaimana bisa hatinya menghangat hanya karena ciuman singkat dari pria asing itu? Siapa dia dan apa yang sebenarnya sedang terjadi? Juga di mana dirinya saat ini?

***

(Maaf terlambat banget. Tp semoga kalian menyukai kelanjutan cerita ini. :)

The Magic RingWhere stories live. Discover now