Ring 7

198 44 3
                                    


"Kamu terlalu keras kepadanya. Ingat Ameera baru saja pulih."

"Maafkan aku. Emosiku muncul begitu saja ketika nama itu muncul di antara kami."

"Lagipula belum ada bukti jika Ameera memiliki hubungan dengan Zack bukan? Toh mereka teman sejak kecil. Buang kecemburuan itu jauh-jauh."

Rahang Anthony mengeras. Tanpa sadar kedua tangannya terkepal erat. "Semoga saja ucapanmu benar," geramnya menahan amarah.

"Sekarang biarkan istrimu beristirahat. Kamu sudah berhasil membuatnya pingsan. Jadi, jika kamu memanggilku untuk masalah yang sama, aku akan mengadukanmu ke polisi," ancam Brenda.

"Baiklah. Aku mengerti."

"Satu hal lagi, sepertinya Ameera mengalami amnesia total. Jadi, tolong jaga sikapmu dan pastikan memberikan obat kepada istrimu tepat waktu dan jangan mencoba membuat dia mengingat kenangan yang buruk yang akan membuat dirinya tidak ingin mencoba mengingat masa lalunya."

"Terima kasih," jawab Anthony sembari menganggukkan kepalanya. Setelah itu Brenda pun pamit karena harus kembali ke rumah sakit. Namun, sebelum keluar dari kamar Brenda memberikan pesan kepadanya untuk tidak perlu memikirkan pekerjaan sejenak. Yang terpenting fokus pada pemulihan Ameera. Mendengar ucapan Brenda, ingatan Anthony melayang pada hari sebelum kecelakaan itu terjadi. 

Malam itu hujan sangatlah deras. Petir terus memperlihatkan kekuatannya kepada manusia melalui cahaya dan suaranya yang megah. Di dalam kamar yang seharusnya memberikan kehangatan, malahan terasa dingin. Tatapan mata Anthony yang terbakar api memandang wajah istrinya yang dipenuhi dengan kekecawaan. Air mata mulai naik ke pelupuk matanya. Hanya saja Ameera terus menahannya. Ia tidak boleh terlihat lemah. Karena itu dia diam saja ketika suaminya yang sangat dicintainya menuduhnya dengan tuduhan yang tidak dia lakukan. Hatinya terlalu hancur. Kata-kata tuduhan yang keluar dari bibir suaminya bagaikan sebilah pisau tajam yang menancap lekat di atas dadanya. Sakit dan perih. 

"Aku sangat mencintaimu. Dan kamu tahu itu, tapi apa yang kamu berikan padaku? Pengkhiatan!" Anthony memandang Ameera dengan amarah sekaligus kepedihan di dalam manik cokelat milik pria itu. "Mengapa kamu lakukan ini padaku, Ameera!?"

Ameera tak dapat membendung lagi butiran bening yang memaksa untuk keluar dan mengalir di atas pipinya. Namun, hujan yang tak kunjung berhenti menyamarkan air yang mengalir itu. Membuat Ameera tidak tahu harus merasa bersyukur atau kecewa. "Ton, ini..."

"Cukup!! Aku tidak membutuhkan penjelasan darimu. Apa yang aku lihat tadi sudah menjelaskan semuanya." Dada Anthony naik turun begitu cepat. Membuktikan jika amarah masih memenuhi dadanya. Detik berikutnya Anthony menaikkan jari telunjuknya ke udara. "Aku akan memberikan apa yang kamu inginkan."

"A-apa?"

"Surat cerai," jawa Anthony dan melangkah pergi dari situ. Meninggalkan Ameera yang bergeming dipenuhi dengan rasa sakit yang mendalam. Hati kecilnya begitu kecewa melihat sikap yang dilakukan oleh suaminya itu. Ke mana perginya kelembutan dan kehangatan yang selama ini dirasakannya? 

Ameera beranjak dari situ dan melangkahkan kakinya pelan dan semakin cepat hingga akhirnya berlari. Mencoba mengejar mobil hitam yang baru saja keluar dari halaman parkir apartemen itu. Sayangnya seberapa cepat Ameera melangkahkan kakinya, mobil itu semakin jauh dari pandangan matanya dan saat itulah suara rem berdecit sukses membuat Ameera menoleh ke belakang dan detik berikutnya ia merasa jika tubuhnya melayang dan kesadarannya pun hilang.

Anthony membuka pintu kamar perlahan dan menemukan Ameera tampak pulas di atas tempat tidurnya. Tidak ingin membangunkan istrinya, Anthony melangkah pelan mendekati tempat tidur itu lalu duduk di tepi tempat tidur. Pandangan matanya tertuju lurus pada wajah pucat milik Ameera. Wajah yang membuat Anthony merasakan cinta kembali setelah empat tahun hidup dalam kepahitan dan kekecewaan. Senyum Ameera-lah yang memunculkan rasa hangat di dalam dadanya. "Mengapa kamu melakukan itu kepadaku?" ucapnya pahit.

Perlahan Ameera membuka kedua matanya pelan dan detik berikutnya ia tersadar jika ia berada di dalam kamar itu lagi. Kamar yang sama seperti sebelumnya ketika ia membuka kedua kelopak matanya untuk pertama kalinya. Ameera memejamkan kedua matanya sejenak dan membukanya lagi. Jika ini bukan mimpi, lalu apa yang sebenarnya sedang terjadi? Manakah kehidupan sebenarnya? Dan di mana dirinya saat ini? Ameera memandang lurus langit-langit kamarnya yang putih bersih. Jika ia tidak bisa kembali ke saat di mana dirinya menjadi Ameera yang dulu, untuk sementara yang perlu dilakukannya adalah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan menjadi Ameera di dalam kehidupan ini. Jika itu adalah satu-satunya jalan, Ameera yang ini akan menjadi Ameera di dunia ini, seorang istri dari pria tampan bernama Anthony. Dan menjadi istri dari pria tampan itu sepertinya bukan-lah ide yang buruk.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Magic RingWhere stories live. Discover now