- un -

10.5K 224 0
                                    

...

Sendirian.

Sudah menikah, mempunyai tanggung jawab, sudah menjadi seorang istri. Tetapi rasanya sepi. Ia merasa selalu sendirian dirumah besarnya.

Padahal ia memiliki suami.

Kebahagiaannya hanya sesaat. Hanya saat hari pernikahannya dengan pria yang melamarnya seminggu sebelum pernikahan keduanya.

Sesingkat itu. Secepat itu.


"Haechan-ah, kamu sudah makan?"

"Belum, Mae.. Masih nunggu Mas Mark pulang"

"Sayang, makan ya? Mark pasti pulang. Jangan terus ditunggu"

"Mae, Haechan salah ya udah nerima lamarannya Mas Mark?"

"Enggak, sayang.. Haechan gak salah.."

"Harusnya Haechan tolak aja waktu itu lamarannya, Mae.. Haechan.. Haechan sedikit nyesel sekarang"

"Hey, gak boleh gitu. Sekarang Haechan udah jadi istri, harus kuat ngadepin suami.. Apapun kedepannya, Haechan gak boleh menyesali apapun dimasa lalu, ya? Haechan kuat, Mae tahu itu, sayang"

"Tapi Mae.."

"Mae kerumah ya? Mae udah masakin banyak buat Haechannie. Mae kesana sekarang ya"

"Mae, jangan.. Nanti Mas Mark marah kalau Mae kesini.."

"Enggak, sayang. Mae cuma bentaran aja. Okay? Mae kesana, tungguin Mae"

"Iya, Mae.. Hati-hati"

"Iya, Mae tutup ya"

tutt

"Menelpon siapa, hm?" Haechan berjengit kaget. Lalu membalikkan badannya.

"Mas? Udah pulang?" Tanya Haechan sembari meletakkan ponsel itu dimeja. Mark menatap dingin lalu mengambil ponsel Haechan dan membukanya.

Melihat siapa seseorang yang sudah membuat istrinya tak menyambut kepulangan dirinya hari ini.

"Menelpon siapa, Haechan?" Tanyanya lagi.

"Maaf Mas, aku tadi nelpon Mae.." Mark memutarkan matanya jengah. Ia tak suka jika ada orang yang mengusik kehidupan rumah tangganya. Sekalipun itu adalah mertua atau orang tuanya. Mark benar-benar benci.

"Kusita ponselmu" Haechan dengan cepat menahan Mark untuk pergi.

"Jangan, Mas. Nanti aku ada perlu sama Mas, gimana?"

"Gak ada yang aku perluin dari kamu lewat ponsel. Aku bisa pulang kesini langsung nemuin kamu" Hendak Mark melangkahkan kakinya menuju kamar. Haechan dengan cepat mencegahnya.

"Mas, jangan! Aku bener-bener butuh ponsel itu buat sehari-hari" Ujarnya dengan tatapan memelas.

"Jadi kamu selama dirumah hanya bermain ponsel? Kamu istri aku, Haechan! Bersihkan rumah dan layani aku!" Bentaknya. Haechan mundur beberapa langkah saat Mark membentaknya. Ia menunduk takut sembari meremat pakaiannya.

"Oh, atau sebenarnya kamu punya laki-laki lain? Sudah kuduga ada yang gak beres sama kamu selama ini" Haechan mendongakkan kepalanya menatap mata sang suami dengan tatapan tak percaya.

"Mas! Aku gak mungkin punya laki-laki lain! Aku istri kamu!" Teriaknya membela diri.

"Aku gak bilang kamu bukan istri aku"

Mata Haechan memanas. Dirinya ingin menangis. Teganya Mark menuduhnya memiliki hubungan dengan pria lain diluar sana. Hatinya benar-benar sakit.

"Aku gerah. Panaskan air, aku ingin mandi" Mark pergi dengan melonggarkan dasinya meninggalkan Haechan yang tertunduk dan sedikit terisak.

Mark tak peduli dengan itu. Ia hanya yakin bahwa Haechan benar-benar memiliki pria lain.

...

"Cepat selesaikan dan temani aku untuk sarapan" Mark datang menghampiri Haechan yang tengah mencuci pakaian dengan mesin cuci dan mengatakan hal itu pada sang istri.

Haechan tentu saja sudah memasakkan sarapan sebelum ia mencuci pakaian diruang cuci.

"Aku nanti nyusul. Mas duluan aja" Jawabnya.

"Temani atau aku tak pulang malam ini" Intrupsi Mark. Haechan mengangguk lalu dengan cepat membereskan pekerjaannya.

"Sudah selesai. Apa ada yang belum Mas masukin ke tas?" Tanya Haechan setelah selesai memasangkan dasi sang suami.

"Tidak. Aku berangkat" Haechan mengangguk lalu mengecup punggung tangan Mark lembut sebelum sang empu menariknya dengan sedikit kasar.

"Jangan lakukan itu lagi" Peringatnya. Haechan hanya bisa tersenyum kecil. Lagi-lagi Mark tak suka caranya memperlakukan pria itu dengan penuh perasaan.

Padahal ia ingin Mark seperti dulu. Mencintainya tanpa henti dan selalu memberikannya kasih sayang yang begitu banyak padanya. Tetapi itu masa lalu.

Setelah mobil itu pergi, dirinya masuk kedalam rumah dan menangis dibalik pintu itu.

tbc.

Mas?Where stories live. Discover now