- cinq -

6.7K 158 2
                                    


...

Waktu pun bergulir dengan cepat. Bulan ini sudah memasuki bulan ke-9 usia kandungan Haechan. Haechan sudah mulai merasakan kontraksi-kontraksi kecil saat melakukan aktivitas rumahnya.

Sejak 3 bulan yang lalu, Mark pergi melakukan bisnis diluar negeri. Sebelumnya Mark menawarkan Haechan untuk ikut bersamanya. Tetapi, Haechan menolak dengan halus. Beralasan jika ingin tetap dirumah dan menunggunya hingga pulang dengan selamat.

Mark tak bisa memaksa ataupun melarang Haechan dengan keputusannya tersebut. Dan disini lah Haechan. Dirumah sendirian melakukan segalanya sendirian.

Pagi yang cerah mendadak menjadi sedikit mendung. Dengan cepat Haechan naik kelantai atas tempat ia menjemur pakaian dan membawa pakaian-pakaian itu turun.

"Kenapa harus tiba-tiba mendung? Aku baru aja jemur ini tadi" Haechan menggerutu dan sedikit kesal.

Ia perlahan turun menuruni anak tangga satu persatu. Ia sedikit kesulitan karena membawa keranjang pakaian dan kondisi perutnya yang sudah membuncit.

"Ahh.. Shh.." Haechan memegangi perutnya yang sedikit kram. Rasanya sakit, tetapi itu masih bisa ditahannya sementara.

Setelah menjemur pakaian yang masih setengah basah itu dijemuran dalam ruangan. Dirinya kembali naik kelantai atas untuk mengunci pintunya. Ia merasa hujan akan segera turun pagi ini.

...

"Mark, kau tak menghubungi istrimu?" Mark hanya diam tak menggubris pertanyaan tersebut.

"Kau mau aku potong gajimu atau langsung ku pecat? Tak perlu mengusik kehidupan rumah tanggaku" Pria yang menjadi asistennya tersebut menunduk dalam dan meminta maaf.

Ia hanya penasaran, atasannya itu memajang foto pernikahannya tetapi tak pernah sekalipun terlihat sedang menelpon istrinya. Itu aneh menurut dirinya.

cklek

"Membicarakan istri Mark yang misterius itu lagi, ya?" Seseorang masuk membawa banyak berkas ditangannya. Mark mendongak lalu menatap malas pria dihadapannya.

"Mark, bagaimana jika istrimu kenapa-kenapa? Kau tak khawatir padanya?" Tanyanya.

"Tak perlu mengusik kehidup―"

"Kehidupan rumah tanggamu. Okay, aku tahu itu. Tapi, bisa kan jika aku ada diantara dirimu dan dirinya?"

BUGH!

"Berhenti bicara sembarangan, sialan!" Mark meninju wajah pria dihadapannya hingga berkas yang dibawa pria itu berantakan dan kertas-kertas penting itu beterbangan hingga memenuhi ruangan. Sang asisten hanya bisa menggigit bibir lalu membantu pria yang ditinju hingga tersungkur untuk bangkit.

"Sial" Umpatnya.

Pria itu menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya. Hidungnya pun meneteskan darah. Kekuatan Mark benar-benar tak main-main.

Pria itu pergi setelah menatap tajam mata Mark yang menatapnya dingin. Ekspresinya begitu dingin dan datar. Ia hanya bercanda berbicara seperti itu pada pria Kanada tersebut. Tetapi dibalas dengan bogem mentah seperti ini. Sialan.

...

"Shh.. Ouhh.." Haechan bergerak gelisah dikasurnya. Ia merasa gerah entah kenapa, padahal diluar sana hujan deras tengah membasahi sekitar pekarangan rumahnya.

Mas?Where stories live. Discover now