- deux -

4K 159 0
                                    


...

Haechan baru saja selesai membersihkan kamar dirinya dengan sang suami. Saat hendak beranjak, dirinya menemukan sesuatu dibawah bantal yang biasa Mark tiduri.

Sebuah buku jurnal.

Haechan mengambilnya dengan hati-hati. Ia takut merusak jurnal itu. Tetapi ia terlalu penasaran.

Dibukanya lembaran demi lembaran, saat lembaran baru ia buka sesuatu jatuh dari selipan buku jurnal tersebut.

Haechan mengambilnya. Itu sebuah foto polaroid lama. Sedikit usang dan gambarnya nyaris tak dikenali. Tetapi Haechan ingat foto itu foto dirinya saat Mark datang kerumahnya dan memotretnya saat sedang belajar dikamarnya.






"Kamu cantik sekali. Boleh aku foto?"

"Jangan! Aku belum mandi!!"

"Hahaha, tidak apa-apa. Fotonya juga tidak akan bau, sayang!"

"Jangan, Markk" Haechan bangkit dari bangku belajarnya dan,

cekrek

"Hehe, dapet satu!"

"Markk"

"Jangan cemberut gitu, aku cuma fotoin kamu. Aku simpen ya? Buat kenang-kenangan"







"Kamu masih nyimpen ini, Mas? Aku kira kamu udah lupa semua yang kita lakuin dulu" Haechan menyimpan foto polaroid itu kembali ke tempatnya. Ia tak tahan, rasanya ia ingin menangis.

Ia tak tahu apa yang menyebabkan Mark yang sekarang membuatnya tak lagi mengenal pria itu seperti dulu mereka saling mengenal. Mark membuatnya ketakutan setiap hari.





"Haechan! Kamu mau pulang?"

"Ya, Mae dirumah udah nunggu Haechan pulang. Mark, mau kemana?"

"Gak tau, mungkin pulang juga"

"Gimana kalo Mark ikut aku pulang kerumah?"

"Ngapain?"

"Nanti Mark tau sendiri kalo udah disana. Ayo!"

"Haechan! Jangan ditarik!"

"Hehe, biar cepet sampe. Ayo!"











"Hahh!" Haechan terbangun dari tidur siangnya. Ia menoleh lalu meraih jam digital di nakas disamping tempat tidurnya. Melihat jam sudah menunjukkan waktu jam 5 sore, dengan cepat ia bangkit lalu membersihkan diri.

"Aku harus cepat menyiapkan makan malam sebelum Mas pulang" Monolognya.




"Mas kemana ya? Kok belum pulang?" Haechan berjalan mengelilingi sofa diruang tamu hampir setengah jam. Menunggu Mark pulang hingga makanannya hampir dingin. Haechan benar-benar khawatir.

cklek

"Mas?" Haechan bangkit lalu berjalan menghampiri Mark yang berjalan tak tentu arah. Haechan dengan cepat menahan tubuh Mark yang hampir ambruk.

Tercium kuat bau alkohol dari suaminya. Haechan yakin suaminya baru saja pesta alkohol dengan rekan-rekan kerjanya.

"Haechan?" Haechan mendongak menatap Mark yang menatapnya sendu. Wajah itu juga memerah karena efek mabuk. Tak ada garis wajah yang serius seperti biasanya.

"Iya? Mas mau mandi dulu atau makan dulu? Atau mau langsung tidur?" Tanya Haechan.

"Aku mau kamu" Mark lalu mendorong tubuh Haechan hingga sang empu jatuh diatas sofa panjang dibelakangnya. Mata Haechan melotot terkejut.

"M-Mas? Mau ngapain? Ma―shh.." Haechan melenguh saat Mark mulai mengecup lehernya. Haechan berusaha menghentikan Mark untuk melakukan hal yang lebih lagi.

Ia takut Mark akan memarahinya karena ia memanfaatkan dirinya yang mabuk untuk leluasa menggoda dan menjarahi tubuhnya.

Haechan tak mau Mark marah dan benci padanya.

"H-Hentikanhh Mas.. Masshh.. Ahh..." Haechan tak bisa menahan desahan yang keluar dari mulutnya. Sentuhan Mark benar-benar membuatnya terlena.

"Mas, hentikannhh.. Mas!" Haechan terpaksa membentak Mark yang terus berusaha membuka piyamanya. Mark berhenti lalu menatap Haechan tak suka.

"Jangan coba-coba membuatku berhenti melakukan ini, Haechan! Kamu istriku! Aku mau kamu melayaniku, sekarang!" Haechan memejamkan mata saat dengan mudahnya tangan Mark masuk kedalam celananya.

"Ahh.. Jangan!" Haechan memberontak saat Mark mulai menarik celananya turun. Mark lagi-lagi marah, ia tak suka diganggu saat dirinya sedang ingin seperti ini.

Mark berhasil melucuti pakaian Haechan. Mark bangkit lalu membuka seluruh pakaiannya juga. Membawa Haechan masuk ke kamar keduanya.

"Aku gak mau kamu merusak suasananya lagi"

tbc.

Mas?Where stories live. Discover now