18

87 15 11
                                    

18. With You

💐

Sabtu pagi, Sean menjemput Airin di restoran milik gadis itu sesuai permintaan Airin. Ia sedikit terkejut bahwa ia akan disambut oleh Ibu Airin.

"Pagi, Tante," sapanya sedikit salah tingkah.

"Sean? Ayo masuk," ajak Ibu Airin. "Kapan balik ke Jakarta?"

"Sudah hampir dua bulan, Tante."

"Wah, udah lama ya? Airin belum cerita ke Tante."

"..."

"Kamu juga kok gak main lagi ke rumah Tante?"

"Maaf, Tante, saya belum—"

"Sean? Kok Mama gak panggil aku kalau ada Sean?" suara Airin menginterupsi.

"Mama kan pengen ngobrol sama Sean," jawab Mama Airin. "Kirain kamu pergi sama Sheila, eh ternyata sama Sean. Mama juga pengen denger kabar Sean juga kali... Yaudah kalo gitu, Tante titip Airin ya, Sean. Kalo Airin belanjanya boros, kamu omelin aja," goda Mama Airin. "Bye, Sayang, nikmati waktu kalian ya," ujar Mama Airin pada putrinya. Sean pun pamit.

Sesampainya di venue tempat pameran tersebut berlangsung, Sean yang baru pertama kali mengunjungi food & beverage exhibition tampak takjub karena ternyata ramai sekali. Bahkan Sean sempat kesusahan mencari tempat parkir.

Airin terlihat sangat antusias berada di acara tersebut. Ia pun menjelaskan berbagai hal terkait acara itu. "Aku mau cari referensi buat resto aku. Makanya aku ke sini. Sebelum punya resto aku sempet dateng ke acara seperti ini juga, tapi waktu itu karena mau lihat demo masak. Belum kepikiran buat buka resto," jelas Airin.

"Oh, I see. Kamu gak pengen ikutan demo masak juga?" tanya Sean kepo.

"Aku gak pede, Sean."

"Tapi kamu punya channel masak-masak di Youtube, Rin."

"Haaa... Kamu tahu darimana? Aku kayaknya gak pernah cerita ke kamu."

Sial, Sean keceplosan.

"Ah, itu... Sheila yang ngasitau," Sean berkata jujur.

"Oh, dari Sheila. Aku emang suka bikin konten, tapi untuk tampil di depan publik secara live aku gak pede," jawabnya.

"Ah, I see... Jadi, kita mau kemana dulu?"

"Kita lihat demo masak dulu yuk. Kebetulan hari ini ada chef idolaku yang masak."

Setelah hampir satu jam menyaksikan para chef beradu skill, Airin mengajak Sean untuk melihat beberapa stand makanan. Sesuai dugaan sang ibu, Airin tidak tahan untuk tidak berbelanja. Gadis itu pun memilih beberapa makanan. Namun, saat hendak membayar, ia tidak menemukan dompetnya di dalam tas.

Sean yang melihat Airin sedikit panik bertanya ada apa gerangan. Airin hanya menggeleng sambil mengatakan tidak apa-apa. Airin pun tidak kehabisan ide. "Mbak, bayarnya bisa pakai QRIS gak ya?" tanyanya pada kasir.

"Maaf, Bu, QRIS nya lagi error. Kami menerima pembayaran tunai atau dengan kartu," jawab kasirnya.

Melihat raut wajah Airin yang masih terlihat panik, Sean pun menyodorkan kartu miliknya kepada kasir tersebut. "Pakai ini aja, Mbak," ucap Sean.

"Sean, jangan, aku gak mau—"

"Gak apa-apa," jawabnya menenangkan. Pembayaran akhirnya diproses.

"Totalnya sembilan ratus lima puluh ribu menggunakan kartu kredit suaminya ya, Bu," ucap sang kasir yang tidak tahu apa-apa. Kalimat itu sontak membuat Airin dan Sean saling melempar pandang. Salah tingkah.

Love Again ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang