V. Jendela Terbuka

100 40 10
                                    

Happy reading..

•••

Malam hari sudah tiba, dan keesokan paginya aku dan Kle akan langsung pergi ke Kekaisaran Heavell, tempat Pangeran Mahkota Helles berada. Tapi sebelum itu, malam ini aku akan menemani Kle untuk meminta izin kepada orang tuanya.

Saat sudah sampai di ruangan tempat orang tua Kle berada, kami berdua langsung dipersilahkan duduk oleh orang tua Kle. Sepertinya orang tua Kle adalah tipe orang tua yang lemah lembut.

"Ada apa, nak, datang kesini malam-malam begini?" tanya Ibu Kle.

Ibu Kle memiliki rambut yang sama warnanya dengan Kle, dan warna matanya memancarkan keindahan layaknya matahari terbenam.

"Aku dan Eclis kesini ingin meminta izin kepada kalian untuk pergi ke tempat Pangeran Mahkota Helles berada," jawab Kle.

"Pergi ke tempat Pangeran Mahkota Helles berada... maksudmu Kekaisaran Heavell?" tanya Ayah Kle.

Ayah Kle memiliki mata yang sama persis dengan Kle, sementara rambutnya bergelombang dan berwarna seperti kulit kacang almond.

"Iya, Ayah," jawab Kle.

"Bukankah terlalu berbahaya jika hanya kalian berdua yang pergi ke sana?" ujar Ibu Kle dengan cemas.

"Benar sekali, lagian tujuan kalian kesana untuk apa?" sahut Ayah Kle, ekspresinya penuh kekhawatiran.

"Maaf, Ayah dan Ibu Kle, izinkan aku menjawab pertanyaan kalian. Awalnya, hanya aku yang ingin pergi ke sana untuk suatu urusan yang menurutku cukup penting. Namun, maaf, aku tidak bisa memberi tahu detailnya. Kemudian, Kle memutuskan untuk ikut denganku agar dapat membantuku," jelasku kepada orang tua Kle dengan sopan.

"Benarkah begitu, Kle?" tanya Ibu Kle.

"Iya, Ibu, ini memang keputusanku untuk ikut menemani Eclis, karena Eclis satu-satunya temanku di penginapan ini yang benar-benar mau berteman denganku," ujar Kle dengan nada yang sangat serius.

Jujur, aku tidak menyangka tidak ada yang mau berteman dengan orang sebaik Kle. Aku tahu dia memang agak cerewet, tapi menurutku dia adalah anak yang sangat cocok dijadikan teman baik. Aku akan mencoba membantunya lebih banyak dalam hal ini.

"Baiklah jika memang ini keputusanmu, Ayah dan Ibu sebenarnya sangat takut untuk membiarkanmu pergi dari penginapan ini, tapi kami tidak bisa menghentikan niatmu untuk membantu teman baikmu," ucap Ayah Kle.

"Benar, Ibu juga tidak bisa memaksamu jika memang kamu serius dengan hal ini. Lagian kamu juga sudah besar dan bisa memutuskan masa depanmu sendiri," sahut Ibu Kle dengan lembut.

"HUWAA MAKASIH, AYAH IBU! AKU SAYANG KALIAN," balas Kle dengan histeris sambil menangis dan memeluk Ayah dan Ibunya.

Sungguh keluarga yang harmonis. Seharusnya, saat aku melihat suasana yang begitu hangat ini, aku menjadi ikut senang atau bahkan ikut bahagia bersama mereka. Tapi, mengapa aku sedih? Air mataku rasanya tiba-tiba mau keluar.

"Baiklah. Ayah dan Ibu Kle, aku juga meminta izin kepada kalian untuk membawa Kle bersamaku. Terima kasih telah mengizinkan Kle untuk ikut denganku," ucapku dengan senyuman kepada orang tua Kle.

"Kami sebagai orang tua Kle menitipkan anak kami padamu, Eclis," ucap Ibu Kle.

"Dan sebelum kalian pergi, kami akan memberikan beberapa perlengkapan yang berguna untuk perjalanan kalian yang jauh ini, termasuk kendaraan yang akan kalian pakai. Kami akan memberikan 2 ekor Kuda Magis. Kuda Magis akan mengeluarkan suara pertanda minta tolong kepada pelindung hutan di sekitar kalian ketika kalian sedang dalam bahaya," jelas Ayah Kle.

My Life's WayWhere stories live. Discover now