My Feeling Still The Same[Revisi]

CHAPTER 5

Happy reading..
Enjoy it🥀❤️

Berangkat pagi adalah kebiasaan Anagata tidak ada yang aneh dengan itu, namun kali ini Dodo menjemputnya pagi sekali dan berniat untuk berangkat bersama. Dodo adalah salah satu murid yang tidak taat akan aturan sekolah, dia selalu bangun siang dan hampir setiap hari telat, bukan sekali orang tuanya dipanggil hanya untuk menghadap guru BK dikarenakan Dodo sering kali telat, tapi untuk kali ini berbeda Anagata pun sampai keheranan melihatnya.

“Tumben Lo kesambet apaan? Mimpi buruk ya makanya bangun pagi jemput gua pula.” Ucap Anagata dengan nadanya yang meledek.

“Udah untung gua jemput.” Dengan malas Dodo menanggapi.
   
Anagata mendelik mendengar kalimat itu.

“Untung? Gua selalu berangkat sendiri selama ini tanpa minta lu jemput, terus apa untungnya?.”
   
Tanpa memperdulikan Dodo, Anagata pergi meninggalkan Dodo. Tentu saja Dodo terkejut, ia menghela nafas lalu dengan santainya mengejar Anagata menggunakan motornya. Tidak terlalu jauh jaraknya, karena itu Dodo mengendarai motornya dengan pelan.
   
“Yaudah iya gua salah, udah cepet naik sini ah!.”
   
Walaupun masih sedikit kesal, Anagata menurut saja. Ia menaiki motor Dodo dengan raut wajah bad mood total. Sedangkan tanpa Anagata ketahui, Dodo di depannya tersenyum penuh kemenangan.
   
Kondisi jalanan pagi-pagi memang terlihat lebih sejuk walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa jalanan selalu macet dan udara jadi tercemar oleh asap-asap kendaraan. Dodo membawa laju kendaraannya dengan kecepatan sedang, mungkin karena masih pagi lelaki itu tidak ingin kebut-kebutan di jalanan. Tak terasa mereka sudah sampai di gerbang sekolah dan Dodo langsung menaruh motornya di parkiran, saat itu parkiran juga tidak terlalu ramai karena masih pagi sekali, hanya ada beberapa kendaraan yang sudah berdiam diri di tempatnya.
   
Setelah menempatkan motornya di bawah pohon rindang, Dodo melepas helmnya. Ia perhatikan Anagata yang sepertinya masih dalam proses penyembuhan dari moodnya. Selepas melepaskan helm itu Dodo berjalan mengomando Anagata di belakang nya.
   
Mereka beriringan melewati koridor yang sama sepinya dengan parkiran, tidak ada percakapan dari keduanya, Anagata tidak suka berbicara jika tidak penting, dan Dodo tidak suka jika tidak berbicara sedikit pun, namun minesnya Dodo takut jika salah kalimat seperti tadi karenanya untuk saat ini dia lebih memilih diam dan Anagata sadar akan hal itu.
   
“Tumben Lo diem.” Ucapnya sedikit keras.
   
Dodo menoleh “Dari pada gua ngomong terus salah.”
   
Dan ya mereka berdua kembali terdiam, Anagata tidak berniat bertanya lebih lanjut karena sebentar lagi dia sudah akan sampai dikelasnya. Sebagai salam perpisahan Anagata hanya mengucapkan sepatah kalimat pada sahabatnya itu.
   
“Gua masuk duluan.”
   
“Tunggu!.” Dodo menyela dan Anagata jadi berhenti mendadak.
   
“Apa yang bisa gua bantu untuk Lo?.”
   
Anagata kebingungan dengan kalimat itu, niatnya ingin membuka pintu kelas dan masuk ke dalam. Namun niatnya itu diurungkan, Anagata berbalik badan menghadap Dodo.
   
“Lo kelihatan lebih parah setelah ketemu sama dia.” Seru Dodo, singkat, padat, dan yang pasti Anagata mengerti apa maksud dari kalimat itu.
   
“Gak ada, everything is fine.” Jawab Anagata Datar.
   
Ia hendak kembali membuka kenop pintu itu, tapi lengan Dodo menahannya.
   
“Lo gak bisa lari gitu aja, Lo tahu itu kan?.”
   
Anagata menatap Dodo, “Harusnya Lo tahu, gua gak akan pernah bisa lari sampai kapan pun. Karena hati gua masih stuck di manusia itu.”
   
Tanpa menunggu tanggapan dari sahabatnya, Anagata melanjutkan aktivitasnya tadi yang sempat tertunda. Sedangkan Dodo menatap tanpa ada lagi arti dari nanar wajahnya itu.
   
Harus dengan cara apa merekatkan kembali sesuatu jika pelekat itu juga ikut menghilang?. Dodo tak mengerti, rasanya seperti berlari dan singgah di tempat yang sama lagi. Dodo merasa jika perkara hati sangat lah rumit untuk diperbaiki. Lantas jika tidak diperbaiki, apa akan terus dibiarkan tersakiti?.