04. Gadis putih abu-abu

3.8K 291 9
                                    

Hari ini adalah hari pertama kampus Salma memulai perkuliahan, di jam pertama ini materi kuliah Salma hanya 2 sks dari jam 08.30-10.00 sudah selesai, sambil menunggu jam kedua dia dan teman barunya berjalan menuju kantin kampus untuk mengisi perut mereka berdua tentunya.

Setelah memesan makanan, mata Salma bergerak mencari bangku yang kosong sampai ada suara yang mengintrupsinya.

"Woy Ma, sini gabung." Ucap seseorang dengan suara yang cukup keras, Salma yang mendengar itu hanya berusaha tersenyum ramah seraya mengangguk kecul. Pasalnya seseorang itu adalah sepupunya, si Paul yang masih seniornya, tentunya dia harus tetap sopan bukan di tempat terbuka seperti ini. Salma mengajak temannya untuk bergabung dengan Paul dan si Presma.

'Hei kenapa Paul bisa dengan si Presma pelit ngomong itu?' Pikir Salma.

Sedangkan di sisi lain, Paul dan Rony yang saat itu juga sedang istirahat melihat keberadaan Salma dan temannya yang terlihat kebingungan mencari tempat duduk, Paul yang peka pun menawari Salma dan temannya untuk bergabung.

"Woy ma, sini gabung." Teriak Paul sedikit keras tanpa mempedulikan sekitarnya. Rony yang mendengar itu hanya memandang tajam Paul.

"Santai Ron, santai, gue Cuma nawarin Princess lu gabung, biar makin gampang pedekatenya hahaha..." Ucap Paul seraya tertawa.

Lagi-lagi Rony menatap tajam Paul, "Suara lu Ul." Tegur Rony tegas.

Bukannya takut Paul malah semakin tertawa. "Lagian yah Ron, gue bingung, kenapa baru sekarang lu mau ngedekatin calon lu? Kenapa nggak dari 2 tahun yang lalu coba." Tanya Paul setelah berhasil menyelesaikan tawanya.

Rony yang mendengar pertanyaan Paul, matanya beralih ke arah gadis yang tengah berjalan ke tempat duduk mereka, dipandangnya gadis itu lekat-lekat, tanpa sadar ujung bibirnya melengkung indah, sungguh gadisnya semakin cantik saja, hah gadisnya? Rony menertawakan pikirannya sendiri, semoga saja.

"Dia gadis spesial yang cara mendapatkannya juga harus spesial, gue pengen suatu hari nanti jika sudah saatnya, dia tau perjuangan gue buat ngedapetin dia itu sangat indah. Dan biar gue yang memperbaiki jalan itu, dia cukup melewatinya dengan sangat indah." Ucap Rony dengan mata yang masih memandang lekat-lekat gadisnya?. Ntahlah melihatnya dari jauh saja rasanya dia sudah sangat bahagia.

Paul memandang lekat Rony, yang dilihatnya hanya sebuah ketulusan dan semangat yang berkobar. Mata Paul sedikit memanas namun ditahannya air mata yang sedikit ingin keluar itu, Paul tersenyum. Keputusannya 2 tahun yang lalu tidak salah. Pikiran Paul tiba-tiba melayang ke 2 tahun yang lalu.

Flashback On

3 tahun lalu di sebuah perusahaan terlihat seorang gadis yang masih memakai baju SMA nya, gadis itu mengikuti ayahnya dari belakang, dengan wajah kesal dia memandang ayahnya yang saat ini berhenti di lobi perusahaan ayahnya. Dilihatnya ayahnya yang sedang berbicara dengan seorang laki-laki yang mungkin juga mitra bisnis ayahnya. Dia memegang tangan ayahnya sebentar.

"Ayah, Caca ke tempak mbak Ani bentar." Ucapnya dan di balas anggukan oleh ayahnya. Salma atau yang kerap dipanggil Caca oleh keluarganya itu pun berjalan menuju Mbak Ani yang merupakan resepsionis di kantor ayahnya, dia cukup akrab dengan karyawan ayahnya itu.

"Itu Caca, anakmu Put." Ucap laki-laki yang menjadi lawan bicara ayahnya Salma.

"Yoi, anak gue, cantikkan?" Ucap Putra, ayah Salma seraya tertawa.

"Cantik banget, kaya nyokapnya hahaha.." Ucap laki-laki itu bercanda.

"Sialan lu Nayl, itu yang di samping lu, putra lu kan?" Ucap ayah Salma menanggapi candaan laki-laki itu.

Objek FavoritOù les histoires vivent. Découvrez maintenant