1. Soojin's POV (seorang dokter dan wakil direktur)

37 3 8
                                    

Langit indah dan biru diiringi kicauan burung-burung membuatku tersenyum yang kini membiarkan sinar matahari pagi menembus kulit. Memejamkan mata dan menghirup oksigen pagi membuat tubuhku terasa segar.

"Sarapannya kenapa di sini?"

Mendengar seseorang bertanya aku membuka mata dan menoleh ke kiri mendapati seorang laki-laki tersenyum cerah padaku.

"Males banget di kantin. Kamu udah sarapan?"

"Udah, masak mie instan."

"Kan aku kata ga boleh sering-sering."

"Aku telat bangun ga sempet masak."

"Kebiasaan kamu tuh kalau aku kena jadwal piket bangunnya telat. Sempet mandi ga?"

"Sempet, sayang." Laki-laki itu mengusap lembut rambutku lalu menyandarkan kepalaku di bahunya. Aku memeluk pinggangnya dan kembali menutup mata. Setidaknya kami masih memiliki waktu beberapa menit sebelum jam kerja dimulai.

Ah, ya. Akan kuperkenalkan pada kalian. Laki-laki itu suamiku, Hui. Dia seorang wakil direktur rumah sakit yang merupakan putra dari direktur rumah sakit. Dan aku seorang dokter spesialis bedah saraf di sini.

Kehidupan yang kumiliki sangat berbeda dengan kehidupannya sebelum kami menikah. Dia yang terlahir dari keluarga mapan sedangkan aku yang terlahir dari keluarga sederhana. Meski begitu aku tak sedikitpun menginginkan untuk menikah dengan seorang laki-laki kaya.

Banyak orang menyebutku beruntung bisa menjadi istri dari seorang wakil direktur rumah sakit yang terkenal akan kebijakannya. Hidup mewah, mengenakan barang branded, bahkan liburan pun kami jarang mengunjungi wisata lokal. Namun bukan karena itu aku menjadi berbangga hati, aku bangga karena dia mampu menjaga perasaanku meski banyak wanita-wanita malam menunggu bahkan menggodanya saat dia berkumpul dengan teman-temannya. Aku bersyukur dia memahamiku dan aku percaya dia laki-laki yag baik yang Tuhan ciptakan untukku.

"Soojin."

"Hm.. Eh, aku ketiduran ya?"

Segera aku duduk tegak mengingat baru saja aku tertidur saat bersandar di bahunya padahal jam masih menujukkan pukul tujuh pagi.

Hui tertawa lalu mencubit pelan dan menggoyangkan hidungku.

"Ngantuk ya abis jaga malam."

Aku sedikit terkekeh lalu berdiri dan berjalan ke arah tempat sampah yang ada di taman ini. Usai membuang sampah bekas sarapan aku berjalan berdampingan dengannya bersiap memulai kerja hari ini.

Hui merangkul bahuku lalu mengecup puncak kepalaku sebelum akhirnya kami berpisah di lobi karena kantor kami tak searah. Tak lupa dengan kebiasaannya yang melambaikan tangan ke arahku sebelum menuju ke lantai 5 tempat di mana kantornya berada.

Aku bersyukur mengenal laki-laki sepertinya sejak 12 tahun lalu. Awal yang kukira menikah dengannya akan menyiksaku, ternyata pada akhirnya malah membuatku tercandu-candu akan kehadirannya. Perlakuan yang selalu kudapatkan tak pernah membuatku bosan. Meski sederhana, itu terkesan manis.

Baiklah, anggap saja aku orang yang bucin hahaha.

Daisy - [Pentagon Hui - Seo Soojin]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin