Step One : Canvassing

6 0 0
                                    

Tidak ada tes psikotes yang ribet atau interview user yang panjang. Hari keempat aku sudah tanda tangan kontrak di perusahaan pialang : Siber Futures.

Pada saat tanda tangan kontrak, kubaca dengan teliti semua poin-poinnya. 

1. Jam kerja 08.30 - 17.30. Pastikan anda check in ketika masuk dan check out ketika akan pulang

2. Datang terlambat lebih dari 15 menit, gaji akan dipotong sebesar Rp. 20.000

3. Performa akan ditinjau setiap bulannya. Jika dalam 3 bulan pertama target tidak tercapai, maka dalam bulan berikutnya gaji yang diberikan hanya sebesar 50%. Jika tidak ada deposit dalam bulan-bulan berikutnya maka gaji tidak akan diterima!

Yeah, daripada gak ada penghasilan sama sekali. Setidaknya ada 3 juta yang menanti bulan depan.

Aku dan dua orang cowok, Firman dan Bondan bergabung dengan tim Ferrari yang dipimpin Pak Charli (di sini semua nama tim diberi nama mobil). 

"Pak Charli, saya mau tanya. Waktu wawancara tempo hari saya ketemu sama Pak Roy. Tim Pak Roy dimana, Pak?" Aku penasaran karena gak pernah ketemu Pak Roy selama training.

"Roy? Huh, dipecat dia. Sengketa perebutan klien."

Aku kaget. Waktu mau bertanya lebih lanjut kami sudah dibawa Pak Charli ke sebuah ruangan. Dimana karyawan wanita dan pria sibuk mondar-mandir menelpon seseorang. Tapi bukan menggunakan telpon kantor, tangan mereka menggenggam HP kecil.

"Bila bapak join hari ini untuk saham Microsoft dengan deposit hanya 40 juta rupiah untuk 1 lot maka potensi profit yang menanti bapak sebesar 50 juta rupiah."   

"Saat ini yang perlu bapak lakukan adalah mengirimkan dokumen untuk proses registrasi yang mana hanya butuh 15 menit saja." 

"Setelah itu, bapak bisa transfer depositnya ke rekening segregated akun. Nanti uang deposit ibu bisa langsung dilihat di akun yang sudah diaktivasi."

 Tak bisa dibohongi, nyali kami para telesales newbie begitu masuk ke ruang pertempuran ini langsung ciut. Apalagi untuk orang yang gak pernah berinteraksi dengan orang asing baik secara langsung ataupun via telpon jelas ini adalah neraka!

Kami dibawa Pak Charli ke meja tim Ferrari dan langsung berkenalan dengan anggota yang lainnya.

"Selamat datang di tim Ferrari, tim para juara. Kalian siap kan, untuk jadi juara di tim ini?"- Pak Charli.

"Siap, Pak." -Jawab kami bertiga sok yakin.

"Bagus. Karena Tim Ferrari itu selalu di depan. Simbolnya aja kuda jingkrak ya kan. Seperti yang kalian lihat, ini jamnya SALE. Jadi semua telesales ambil posisi HOT SEAT."

Aku mengamati lingkungan sekitar. Selain para telesales yang mondar-mandir, ada 3 monitor yang menampilkan berita luar negeri dan grafik-grafik naik turun kayak monitor pasien di rumah sakit. Lalu ada dua ruangan bersekat di sudut, dimana di salah satu ruangan itu aku bisa menemukan sosok Massimo Torricelli yang kemarin kutemui di lift. Dia lagi ngomong sama temannya bule yang botak. 

Pak Charli mengatur posisi meja kami anak-anak baru, sengaja diletakkan diantara telesales senior, katanya supaya langsung dapat closing-an. Aku ditempatkan di dekat Mbak Dwi, yang diperkenalkan Pak Charli sebagai jagoannya tim Ferrari yang sering closing gede.

"Halo Mbak Dwi, saya Lena. Mohon tularkan keberuntungannya ke saya ya Mbak," sapaku ke Mbak Dwi yang dibalas dengan senyuman.

"Kalian bertiga," Pak Charli membagikan HP nokia senter, "coba kalian ngomong sendiri dulu ya, sebelum saya kasih database. Latihan terus, yang kencang sampai kedengaran ke ruangan Mr.Oskar dan Karol. Latihan canvass aja dulu."

THE NAKED JOBSEEKERWhere stories live. Discover now