Prospek

15 0 0
                                    

Di Siber Futures, ada ritual membunyikan lonceng kalau telesales dapat closing-an. Lonceng itu persis kayak lonceng waktu aku SD, digantung di delat pintu masuk. Ketika baru sampai di kantor, lonceng itulah yang pertama kali kami lihat. Begitu juga saat akan pulang, lonceng itu yang terakhir kami lihat. Setiap orang di kantor ini setidaknya sekali pasti pengen membunyikannya.

Hampir sebulan kerja di sini dan sudah ada dua orang yang kulihat membunyikan lonceng itu. Yang satu deposit 25 juta, yang satu lagi deposit 50 juta. Setelah membunyikan lonceng, mereka juga menuliskan namanya di white board, dimana terdapat nama-nama telesales lain yang sudah closing juga. Nama Mbak Dwi tentu sudah ada di sana dengan jumlah deposit terbanyak.

Aku sih pengen menuliskan namaku juga di sana. Tapi apa daya. Jumlah KYC (Know Your Customer) aja cuma 10. Prospek untuk closing? Nol!

Jangan salahkan aku. Salahkan tuh database kantor yang gak beres. Namanya tertulis di data Yanti pas ditelpon yang ngangkat Yanto. Belum lagi nomor tidak aktif, dialihkan, tidak diangkat, atau kalau pun ada nomor yang tersambung langsung teriak penipu. Tut.tut.tut.

Game over.

Tapi kalau kami komplen soal database kantor sama Pak Charli, dia balas gini.

"Jangan pernah menyalahkan database kantor. Dial aja terus. Karena kalian gak pernah tau orang seperti apa yang akan kalian telpon. Kita memang sedang nyari jarum di tumpukan jerami. Susah, tapi bukan tidak mungkin. Makanya perbanyak KYC kalian. Semakin banyak KYC, semakin besar prospek kalian."

"Kita bisa nawarin keluarga atau kerabat gak sih, bos buat trading ini?" -Bang Ayub, tukang kerak telor.

"Siapa bilang gak bisa? Kalau perlu semua anggota keluarga lu, Yub dari pihak ibu sama bapak join semua."

Aku pun jadi rajin bikin status WA tentang investasi saham. Gak peduli lagi malu karena ketahuan sama kawan seangkatan kalau aku gak kerja di tambang. Semua calon klien KYC yang udah aku save nomor dan ada WA-nya langsung kukirimi info pasar modal internasional. Teman-teman kuliah yang kerja di tambang dan (pasti) bergaji besar kuchat satu per satu. Semua itu demi harapan ada yang prospek setidaknya satu.

"Eh, Mael. Berapa harga saham sekarang?" suatu malam Kak Duma iseng nanya. Aku bilang iseng karena emang di gak mungkin pengen trading kan.

"Pertanyaan tidak cerdas macam apa itu? Saham tuh banyak Kak. Saham apa dulu?!" kujawab sengit.

"Emang ada apa aja, Mael?" Yanti ikutan penasaran.

Aku buru-buru membuka grup WA dan membaca satu per satu. "Nih ya, ada beberapa kategori. Saham teknologi ada Apple, Amazon, Microsoft, Nvidia. Saham-"

"Harus deposit berapa itu?" Kak Endang yang malam itu lagi main ke rusun memotong penjelasanku.

"Ya pastinya lebih mahal dari harga stainless steel, maklum, produk kami bukan kaleng-kaleng."

"Cih, sombong kali kau. Emang udah dapat klien?"

"Belum. Hahah. Kenapa guys, kalian mau deposit kah? Pasarnya lagi bagus loh. Tadi malam aja Apple naik 2 poin. Artinya naik DUA JUTA!"

Dan malam itu kawan sekamar pun ikut kuprospek. Aku jelaskan mulai dari nama aplikasi trading-nya, gimana bisa dapat profit, berapa potongan komisi untuk broker dan minimal deposit setiap saham.

"Kalau misalkan aku punya duit 1 juta bisa gak itu untuk trading saham di tempatmu?" -Kak Duma.

"Bentar ya. Kalau saham yang paling murah sih Coca Cola di tempatku. Itu juga 7 juta, Sist."

THE NAKED JOBSEEKEROù les histoires vivent. Découvrez maintenant