Bab 10: Dua Wajah

33 3 3
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aku menatap layar laptop dengan bingung, sebab tidak tahu apakah harus menekan tombol vote di website sekolah untuk pemilihan Remaja Sampul SMA Citra Buana atau tidak. Sebab, aku tidak bisa memilih Ghea-Bhanu dan Yasmin- Rafa sekaligus. Selain karena tidak akan dihitung, juga aku akan dianggap munafik oleh Shena dan Ghea.

Tapi kalau aku tidak melakukannya, Shena dan Ghea akan kecewa sementara Yasmin juga Kak Agreya bisa jadi semakin mengerjaiku. Jadi, aku harus gimana nih?

"Voting, enggak.. voting, enggak.. voting, enggak, voting, enggak...." gumamku sambil menghitung jari seraya bersandar di kursi meja belajar. Mataku semakin perih karena terlalu lama berada di depan layar pc, jadi kepalaku juga terasa pusing.

"Garin, ayo makan siang dulu. Ada Shena, Ghea sama Sean." suara Ibu yang tahu-tahu membuka pintu kamarku, membuat aku terperanjat sampai tak sengaja menyenggol mouse di meja belajar.

"Ibu... Garin kira siapa. Soalnya tumben Ibu enggak ketuk pintu dulu, hehe."

"Maaf ya Nak, Ibu ganggu ya?"

"Enggak kok Bu, nanti Garin keluar ya."

"Ya sudah, ibu tunggu."

Aku pun lantas panik karena sudah tak sengaja menekan tombol vote untuk Yasmin dan Rafa. Aduh, gimana dong kalau sampai Ghea kalah? Bisa-bisa dia makin galau, apalagi kalau Yasmin sama Rafa jadian.

Selama makan, pikiranku juga tidak fokus sehingga membuat Ayah dan Ibu kerap menegurku sebab banyak melamun.

"Om, Tante, kami izin ajak Garin ke acara Earth Day ya di sekolah. Nanti pulangnya, kita antar lagi pakai mobilnya Sean." Shena menyalami orangtuaku selagi bersiap pamit. 

"Boleh, kalian hati-hati ya. Mau bawa bekal juga? Atau minum?" tawar Ibu seraya beranjak ke dapur. Aku lantas menghampiri beliau dan mengusap lengannya dengan lembut.

"Enggak usah Bu, disana banyak jajanan kok. Uang saku Garin masih ada, hehe."

Ayah lantas mendekatiku sambil memeluk dengan penuh kasih sayang. 

"Nih, ayah tambahkan uangnya. Jangan  boros ya, Nak." 

"Makasih Ayah." Aku menyambut pelukan Ayah, membuat beliau berdeham lalu beralih pada teman-temanku. 

"Sama-sama. Kalian sering-sering ajak Garin main ya, supaya enggak belajar terus. Om kasihan lihatnya, takut kecapekan."

"Siap Om, urusan gampang itu.."
Shena tersenyum sambil menatapku dan menaikkan alisnya sehingga aku tertawa. 

"Oh iya, kalian kenal Vanno pacarnya Garin? Dia sekelas sama kalian nggak ya? Anaknya sopan, baik, pula."

Pertanyaan ayah membuat aku tersentak dan saling beradu pandang dengan Shena, Ghea dan Sean hingga akhirnya Ghea buka suara.

BANANA CHIPSWhere stories live. Discover now