Chapter 2

15 2 0
                                    

Chapter 2
Sang mentari mulai menunjukkan sinar hangatnya pagi ini, embun yang beku didedaunan mulai bergerak meleleh sebab tersentuh cahaya sang mentari. Udara yang masih cukup dingin membuat gadis itu masih meringkuk di atas kasur lengkap dengan mukena yang masih di kenakan setelah sholat subuh tadi, suasana seperti ini membuatnya ingin bermalas – malasan saja namun sekejab ia tersadar untuk segera bangun dan beranjak mempersiapkan diri dan juga adiknya untuk kesekolah.

Dengan langkah gontai ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, 10 menit berlalu ia keluar dari tempat tersebut dengan pakaian yang lengkap. Selain karena suhu air terdampak udara dingin dia memang tidak suka berlama – lama dikamar mandi ia merasa tidak nyaman dan ia merasa bahwa untuk apa menghabiskan waktu yang begitu lama di kamar mandi, seperti tak ada pekerjaan lain saja.

Masih banyak waktu yang tersisa dan seperti biasa disetiap pagi ia membantu sang mama untuk menyiapkan adiknya kesekolah, mulai dari memakaikan baju, menata rambut, dan menyiapkan bekal untuk sang adik. Aina Nur Asyila tau sering di panggil Syila kini duduk di taman kanak – kanak kelas A, Syila merupakan kebalikan dari sang kakak dia anak yang sangat hyperaktif hingga tak jarang mamah dan papah mereka pun heran dengan perangai putri bungsunya itu.
Pukul 07.00 Fadeelah berangkat kesekolah yang kali ini dia di antar oleh papahnya, bukan karena Rika tak menjemputnya hanya saja tadi Rika kelebihan penumpang karena mengantar sepupu dan juga keponakannya kesekolah. Deela tidak tega melihatnya kerepotan jadi menyuruhnya duluan saja.

Sepanjang jalan mata gadis itu tak pernah lepas menatap keindahan alam yang masih asri, suasana yang sejuk dan menenangkan membuatnya tak ingin pergi dari tempat ini. Tempat ia lahir dan tempatnya menuntut ilmu.
Sampai disekolah ia turun dari motor, menghadap kearah sang papah menyalimi tangan sang papah. Ia mempunyai kebiasaan menunggu sang papah untuk berlalu dari hadapannya baru setelah itu ia akan melangkahkan kaki masuk ke lingkungan sekolahnya. Seperti saat ini setelah melihat sang ayah sudah melewati gerbang sekolah ia pun berbalik dan melangkah menuju pos satpam untuk mengisi absen umum.
Ditempat Fadeelah bersekolah memang punya aturan salah satunya yaitu setiap siswa harus mengisi absen umum di pos satpam yang memang sudah disediakan, dan tepat sekali hari ini Rika mendapat giliran untuk membantu bu Huda untuk berjaga.

Rika yang melihat Sahabatnya di gerbang segera mengisi limit waktu dari Fadeelah sembari berteriak.

“Deelah jam 7:10 yaa,kamu tanda tangan cepat”, Ucapnya sembari menyodorkan map berwarna merah itu kepada Sahabatnya yang kini tepat berada dihadapannya.

“Iya sabar,"Jawab Fadeelah dengan santai lalu membubuhkan tanda tangannya pada benda yang disodorkan oleh Rika tadi.

Melihat dan mendengar hal itu Rika hanya bisa menggeleng gemas dan membatin ‘andai saja ia tidak sayang pada Fadeelah, mungkin sudah ia tenggelamkan sahabatnya ini di kolam ikan sekolah’ namun segera ia tepis pikiran jahatnya itu mau bagaimanapun gadis itu adalah sahabatnya.

“Rika, aku duluan ke kelas,kamu masih lama kan? Tuh masih banyak orang, ” Tanya Fadeelah tiba-tiba, mendengar hal itu Rika tersadar dari lamunannya ia hanya mengangguk mempersilahkan sahabatnya pergi dahulu dan ia dengan cepat mempersilahkan siswa dan siswi lain untuk mengisi daftar hadir karena sebentar lagi akan diadakan apel pagi.
Apel pagi yang sudah dimulai sejak 10 menit yang lalu kini telah selesai semua siswi mulai berhamburan menuju kelas masing – masing, namun sebelum itu mereka di kagetkan dengan arahan dari guru yang menyuruh mereka semua untuk kembali kelapangan. Fadeelah dan Rika yang sudah sampai di depan kelasnya pun saling melempar pandangan tak mengerti.

“Yaudahlah Deela,siapa tau emang penting,"ujar Rika sembari menarik lengan sahabatnya itu untuk kembali kelapangan.

Dan dengan langkah gontai Fadeelah yang sebenarnya sudah sangat malas pun hanya mengedikkan bahu serta mengikuti kemana Rika akan membawanya.

Fadeelah (Ongoing)Where stories live. Discover now