Chapter 7

12 2 0
                                    

Mentari pagi telah bersinar dengan terangnya, hujan semalam sepertinya memberi kesempatan pada sang surya untuk bersinar sepenuhnya. Bekas titik air masih membekas di dedaunan suasana sejuk masih mendominasi pagi ini awan putih yang menggantung dengan indahnya. Burung –burung pun ikut meramaikan pagi ini. Rika baru saja selesai memasang dasi di lehernya. Ia kemudian membuka tirai dan juga jendelanya membiarkan bias – bias cahaya matahari masuk ke kamarnya. Ia hirup udara luar dalam dalam hingga memenuhi rongga perutnya kemudian ia hembuskan secara perlahan "Huaaa segarnya," Rika tersenyum simpul.

Senin pagi yang cerah, semoga hari ini berakhir indah. Ia melihat ke arah jam yang berada di atas nakas jam menunjukkan pukul 06.48 pagi, ohh dia harus bergerak secepatnya hari ini senin dan dia mendapat bagian sebagai perangkat upacara ia berlari ke dapur mengambil bekal dan uang jajannya lalu berlari kearah depan menuju Kelly kesayangannya "Pelan – pelan dek!" teriak Maryam melihat kelakuan Rika.

"Udah hampir telat Bun!"balas Rika

"Bunda aku jalan yaaa!" teriaknya sambil membelokkan motornya.

"Hati – hati dek," ucap Maryam melihat tubuh putrinya menghilang di balik pagar.

Rika mengendarai motor dengan sedikit lebih cepat. Sampai disebuah rumah dengan nuansa warm white ia membunyikan klakson "Deelah Ayok berangkat!" teriaknya di balik pagar hingga seorang wanita paruh baya datang menghampirinya.

"Tante Deelah nggak kesekolah?" tanyanya sesaat setelah Aini sampai di Hadapannya.

"Deelah hari ini mau kontrol dulu, tante udah kasi kabar ke Miss Delia kok," ucap Aini ia kemudian mengeluarkan sebuah amplop putih dari tas yang di tentengnya " Ini surat izin Deelah ya Rika,tante minta tolong nanti berikan ke guru yang bertugas ya,"lanjut Aini sembari mengusap singkat puncak kepala putri sahabatnya itu.

"Ohh yaudah deh tante, kalau gitu Rika jalan dulu,"

"Wassalamulaikum," ucap Rika

"Waalaikumsalam," jawab Aini.

Aini kembali kedalam rumah, ia menghampiri putrinya yang masih duduk tenang di depan meja rias.

"Kak, Ayo bentar lagi om Farhan dateng," tutur Aini. Deelah mengerjap – ngerjapkan matanya lalu berbalik ke arah sang Ibu "Om Farhan yang nganter ya Ma?" tanya Fadeelah

Aini mengangguk "Udah sana izin dulu ke Papah," perintah Aini pada putrinya itu. Deelah mengangguk ia pun berdiri dari tempat duduknya mengambil sling bag berwarna creamnya lalu berjalan menuju teras.

"Tinn Tinnn," suara Klakson menghentikan langkahnya.

"Mah Om Farhan udah dateng!" teriaknya.

"Iaa bentar kak, kamu kedepan dulu Mamah lagi siapin adek kamu," ucap Aini. Fadeelah mengangguk dan melanjutkan langkahnya.

Di teras ia langsung menyalimi Tante Delia dan juga Om Farhan, tak lama kemudian Aini datang sambil menggandeng tangan Syila.

"Mas Kita jalan dulu ya," ucap Aini sambil mencium tangan suaminya. Fajar hanya mengangguk Takzim.

"Papah aku jalan yaa, papah juga hati – hati nanti jalannya," ucap Fadeelah pada Ayahnya.

"Iya, kamu hati – hati kak, sampai disana kabari Papah yaa," ucap Fajar pada putrinya. Tak bisa di pungkiri Fajar memang sangat menyayangi anak – anaknya namun ada saja hal yang kadang membuat hubungan mereka menjarak. Fajar bukannya buta untuk melihat luka yang diderita putrinya ia juga menyesal dengan sikapnya sekarang yang kadang tak terkontrol. Namun selalu ia diamkan agar tak makin melebar,

Ia memeluk putrinya singkat lalu mengecup keningnya. Syila tidak ikut Hari ini ia akan ikut bersama Papah, kakek dan Neneknya untuk berkunjung ke rumah kerabat mereka yang sedang mengadakan pernikahan.

Fadeelah (Ongoing)Where stories live. Discover now