Chapter 8

5 0 0
                                    

Chapter 8

Suara deru angin malam itu tak membuat pria muda itu lantas tertidur, Alif melihat ke langit – langit kamarnya. Potongan memori kemarin di rumah sakit belum ia lupakan, ia masih mengingat jelas bagaimana gadis itu keluar dari ruangan dokter, tepatnya ruang spesialis Onkologi. Deelah punya penyakit kronis? Entah karena apa ia menjadi begitu khawatir, perasaan yang memang tak bisa ditampiknya itu membuatnya sedikit tak dapat berpikir jernih.

Ia mengusap kasar wajahnya "Lo kenapa Deela!?" ucapnya agak frustasi, ia mematikan lampu lalu menghempaskan badannya ke kasur, "Lupakan Alif... lupakan," ucapnya membatin. Tak lama kemudian ia akhirnya tertidur. Sekitar jam 5 pagi ia akhirnya terbangun, ia segera beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

...

Deelah begitu menikmati sujud sepertiga malamnya, dingin nan damai sejenak menguasai dirinya. Sesekali air matanya menetes ke atas sajadahnya. Luka ini ingin sekali ia ikhlaskan ya Allah. Bangkit dari sujudnya lalu salam ia kembali menengadahkan tangannya memunajatkan serangkaian permintaan maaf atas segala kesalahan yang telah dilakukannya.

"Ya Allah lindungilah setiap langkahku, lindungilah setiap langkah yang ditempuh orang tuaku,lindungilah aku dari rasa putus asa, sesungguhnya aku tidak ingin menjadi beban siapapun, ya Allah janganlah kau biarkan aku berjalan sendiri karena aku takkan mampu Ya Allah,"

Selesai berdoa ia mengamalkan dzikir yang waktu itu Hanna sarankan padanya. Sekali lagi tenang seketika menyusupi setiap relung pembuluh darahnya.

Ia terus melantunkan Dzikir sampai terdengar kumandang Adzan subuh. Selesai Adzan berkumandang ia segera mendirikan solat sunnah qobliyah terlebih dahulu lalu dia lanjutkan dengan sholat subuh.

....

Dingin udara pagi menyentuh lembut pipi wanita itu. Hanna gadis itu tengah berjalan dikoridor sekolah yang masih cukup sepi dan memang waktu baru menunjukkan 6.45 pagi itu masih terlalu awal untuk seorang Siswi berada disekolah. Hal itu memanglah bukan hal tabu lagi baginya, belajar dilingkungan sekolah yang asri membuatnya begitu nyaman berkecimpung dengan berbagai rumus yang ada di bukunya. Matanya dan tangannya begitu jeli menyelesaikan kisi – kisi soal miliknya.

Menuju jam 7 pagi beberapa siswa dan siswi sudah terlihat memadati pos sekolah untuk mengisi daftar hadir. Satu per satu kelas telah dibuka oleh petugas Hanna dan beberapa anak kelas XI MIPA kemudian berjalan menuju kelas mereka yang terletak di lantai 2

"Ya Allah hari ini ulangan matematika semoga engkau lancarkan Ya Allah," ucap Rika sesaat setelah ia memasuki ruang kelas. Tak lama kemudian ulangan pun dimulai semua siswa dan siswi tampak begitu serius menatap dan berusaha memahami yang hanya terlihat angka saja. Menuju waktu 60 menit beberapa orang mulai mengumpulkan jawaban yang mereka telah kerjakan sampai sekian waktu berjalan semua telah berhasil menyelesaikan soal – soal angka itu.

Fadeelah berjalan Bersama Hanna menuju musholla untuk beristirahat disana dan sekalian menunggu waktu sholat Dzuhur.

"Han, aku boleh nanya?" Deelah membuka suara

Hanna kemudian mengangguk " Iya boleh, mau nanya apa?"

"Hanna pernah nggak merasa kalau di tengah keramaian Hanna kayak nggak tenang dan takut gitu,"

Hanna Kembali mengangguk kecil "Pernah pas awal – awal, sempat ngerasa nggak bisa istiqomah dihantui rasa gelisah yang entah datangnya darimana, iya kan?"

"Bener Han"

"Selalu hadirkan Allah dalam hatimu, itu aja. Aku pernah mendengar sebuah kalimat seperti ini " hanya dengan mengingat Allah Swt maka hati akan menjadi tenang"

Fadeelah (Ongoing)Where stories live. Discover now