2. Magnus Harr

72 16 17
                                    

(Warning 17+)

Magnus menarik lembut beberapa helai rambut pirang gadis montok yang sedang bergelung manja di atas pangkuannya, memilin-milinnya pelan, kemudian mencium aromanya dalam-dalam. "Aku bisa melakukan ini seumur hidupku," bisik Magnus dengan suara serak yang dibuat-buat. Sepasang matanya bertemu dengan mata biru si gadis, kemudian turun menyoroti bahu mulusnya yang terbuka.

Gadis itu terkikik manja seraya menenggak gelas tequila di tangan kanannya. "Kau terlalu berlebihan, Tuanku. Aku pasti bukan satu-satunya gadis yang pernah berkencan denganmu, 'kan?"

Magnus Harr menelengkan kepalanya, menatap gadis pirang bergaun off shoulder dari bahan sutra tipis itu. Si pirang jelita itu lumayan seksi, tetapi dia jelas-jelas bukan tipe favorit Magnus. Namun, tentu saja Magnus tidak dapat menolak ketika seorang fans garis keras yang tergila-gila padanya, melemparkan diri ke dalam pelukannya. Ia tidak akan melewatkannya begitu saja. Keindahan adalah titik lemah Magnus.

"Yah, harus kuakui, kau bukan satu-satunya, Sayang, tetapi kau adalah salah satu teman kencanku yang terindah."

Gadis yang terlihat setengah telanjang itu memberengut manja. "Magnus Harr benar-benar seorang Perayu ulang yang bermulut manis. Kau tahu, aku tidak memercayaimu sedikit pun, Tuanku."

"Tidak?" Magnus berpura-pura memasang tampang kecewa. "Bagaimana aku harus meyakinkanmu, Sayangku? Kau suka bunga, cokelat, atau perhiasan?"

"Kau harus menebaknya sendiri," tantang gadis itu yang kini bergeser untuk menantang wajah Magnus. Sepasang mata birunya berkilat penuh hasrat.

Sebelah tangan Magnus yang memainkan rambut pirang si gadis berhenti bergerak, sementara salah satu sudut bibirnya tertarik lebih lebar. Tantangan telah bersambut. Sekadar menebak barang kesukaan gadis itu adalah perkara mudah bagi Magnus. Dia bahkan dapat melakukan yang lebih dari itu untuk membuat gadisnya terkesan. "Baiklah, aku akan memberimu apa yang paling kau sukai," sahut Magnus lembut. Satu tangannya kini menyusuri bahu gadis itu, menggerayanginya secara terselubung.

Sihir memang telah lama mati di Alegra, bahkan cerita-ceritanya pun telah lama terkubur modernitas dan kegemerlapan ibu kota. Namun, Marcus Harr masih memilikinya dan menggunakannya secara diam-diam. Kekuatan-kekuatan yang mirip sihir inilah yang membuat Magnus dapat dengan mudah mencapai posisi karir gemilangnya sebagai aktor seperti saat ini. Dan, untuk hal-hal kecil, seperti membuat wanita-wanita yang tergila-gila padanya semakin terkesan, Magnus tidak akan ragu untuk menggunakannya.

"Jika kau berkenan, maukah kau menutup matamu sebentar?"

Gadis pirang itu menjilat bibir sensualnya. "Apa yang akan kau lakukan padaku? Aku lebih menyukainya dengan mata terbuka agar dapat melihatmu."

Magnus tertawa. Tawa elegan yang benar-benar dikendalikannya. Salah satu lesung pipinya merekah, menambah daya pikat pada paras kaukasianya yang langka di Alegra. "Baiklah, kau boleh melakukannya dengan mata terbuka," sahut Magnus pura-pura mengalah. Ia tak melanjutkan kata-katanya untuk beberapa detik, hanya terus memainkan helai-helai rambut pirang si gadis. Kemudian, Magnus menarik sesuatu dari helaian rambut pirang itu dan menyembunyikannya dalam genggaman. Magnus melanjutkan ucapannya, "benda ini pasti benda kesukaanmu."

Gadis itu membelalak takjub, ketika Magnus mengulurkan kepalan tangan kanannya. "Ini untukmu, Sayang," bisik Magnus dengan suara menggoda. Lelaki dua puluh tujuh tahun itu telah membayangkan apa yang akan dilakukan si gadis pirang ketika membuka kepalan tangannya sebagai ucapan terima kasih sehingga membuatnya bergairah.

Dengan gerakan lembut nan menggoda, gadis itu membuka kepalan tangan Magnus. Sebuah cincin bermata berlian putih berkilauan seketika tertangkap penglihatannya. Gadis pirang itu kembali membelalak, lebih lebar dari sebelumnya, sementara kedua tangannya refleks menutup mulut.

LOKI; The Actor of Mischief (END)Where stories live. Discover now