4. After Party's Threat

30 9 6
                                    

Magnus mengerjap beberapa kali. Pandangannya kabur. Lampu-lampu kristal di langit Alegra Convention Center mendadak berubah menjadi bintang-bintang. Bintang yang banyak sekali, sehingga Magnus merasa dirinya bagaikan berada di luar angkasa.

Ini bukan karena dua gelas Tequila yang telah Magnus tenggak pada pesta After Party perayaan The Academy Awards. Magnus Harr adalah peminum yang baik. Dua gelas Tequila tidak akan pernah membuatnya kehilangan kesadaran. Akan tetapi, Magnus merasa kepalanya terasa berat sekarang. Pandangannya juga telah berganti. Pesta yang gemerlap telah berubah menjadi angkasa gelap yang ditaburi bintang-gemintang.

"Ruelle?" gumam Magnus lirih, tetapi manajer perempuannya itu sama sekali tidak menyahut. Hiruk pikuk pesta pun terasa memudar dalam sekejap mata. Magnus pun tak tahu pasti, apakah dia telah berpindah ke tempat lain tanpa sadar?

Kemudian, dari kejauhan sesosok lelaki tua mendekat dengan langkah gegas ke arah Magnus. Langkah-langkah cepat tanpa suara, atau barangkali gerak teleportasi yang pernah dilakukannya, hingga dalam hitungan detik, sosok lelaki tua bertubuh besar itu telah berdiri tepat di hadapannya.

Magnus tidak mengetahui secara pasti, tetapi seberkas cahaya terlihat menyorot dari belakang sosok itu, sehingga wajahnya tak terlihat jelas, terhalang bayang-bayang. Magnus tidak dapat mengenalinya, tetapi sosok itu memiliki satu mata yang menyorotnya tajam. Sepasang gagak hitam terlihat bertengger di bahu kanan dan kiri sosok itu.

"Siapa kau?" bisik Magnus dengan isi kepala yang kacau.

Alih-alih menjawab, sosok bermata satu itu lantas menyeringai. Lalu, gagak-gagak di bahu kanan dan kiri makhluk itu berkoak kencang dan lantang, hingga mengganggu pendengaran Magnus. Suara koakkan itu seolah berdenging kian tinggi. Magnus refleks menekan kedua telinganya dengan telapak tangan, tetapi suara-suara itu tak sedikit pun berkurang volumenya. Di penghujung kekacauan itu, sebuah tanya menggantung dalam suara berat nan parau. Suara yang entah berasal dari mana.

"Kau akan segera mengenalku, Loki. Kita akan segera bertemu!"

***

"Tuan, Anda melamun."

Suara teguran serak sontak menarik kembali Magnus dari dunia gelap penuh taburan bintang dan koakan burung gagak yang memerangkapnya barusan. Ternyata, Magnus masih di tengah-tengah keramaian pesta, di depan meja bar VVIP. Gelas Tequila kosong masih tersaji di hadapan dengan beberapa bongkah es batu yang mulai mencair.

"Tuan Baron ingin bertemu dengan Anda," bisik Ruelle di telinganya. Napas hangat sang manajer yang beraroma Citrus membelai leher Magnus yang dingin dan kaku, membuat sang aktor bergidik. Kesadarannya telah kembali dan kejadian aneh itu telah hilang sepenuhnya tanpa jejak. Apakah ia berhalusinasi lagi?

Magnus menatap mata besar Ruelle dengan ekspresi tak acuh yang telah diaturnya. "Tidak. Aku tidak melamun," bantahnya cepat, berusaha agar terdengar semeyakinkan mungkin. "Aku sedang memikirkan peranku, berkontemplasi, kau tahu? Besok pembacaan naskah yang bertama, bukan?"

Namun, Ruelle tentu saja tidak percaya. Mata besarnya yang indah sedikit memicing ketika mendengar dalih Magnus. "Yah, tentu saja, Tuan. Tuan Baron ada di belakang Anda sekarang," sahur Ruelle sepenuhnya mengabaikan dalih Magnus.

"Tentu saja." Magnus mengangguk, kemudian menoleh ke arah sosok lelaki tambun yang telah berada di belakangnya sejak beberapa saat yang lalu. Lelaki tambun yang diejeknya dari atas panggung, setelah menutup pidato kemenangan The Academy Awards. "Baron Van Imhoff, teman lamaku, bagaimana kabarmu?" sapa Magnus kelewat antusias. Kedua lengannya terentang menanti pelukan, sementara senyum palsu mengembang di bibirnya.

Baron Van Imhoff, aktor senior kenamaan yang bertubuh tambun dengan rambut plontos itu menyeringai, tetapi sama sekali tak menyambut pelukan Magnus. "Berhentilah bermulut manis Magnus Harr. Kau mengejekku di panggung malam ini!"

LOKI; The Actor of Mischief (END)Where stories live. Discover now