42. M | 3 H A R I L A G I

111 11 1
                                    




01.00

Sesampainya di kediaman keluarga Geovandra mereka berdua menuntun Leon menuju kamar nya. Di sana sudah ada Rara yang panik setengah mati dan Govan menahan tawanya, jika saja anak nya itu sadar mungkin akan ia ejek habis-habisan.

"Makasih ya Devran, Ravan. Tadi Tante udah tanya anak-anak yang di markas katanya Leon gak ada di sana, di RS juga sama aja. Makanya Tante langsung telfon kalian buat cari Leon," ibu nya ini sangat rajin menelfon atau mengirim pesan ke Leon dalam waktu 5 jam sekali, jika tidak membalas atau mengangkat nya berarti ada yang sedang terjadi pada diri Leon.

"Gapapa Tante, yang penting Leon nya udah di rumah sekarang."

"Kalo boleh tau kalian nemuin Leon dimana? Kok dia sampai kayak gitu?"

"Tadi kita liat motor Leon di parkiran clu...-"

"Oh biasa lah Tante, ada tempat lain yang biasa kita jadiin tongkrongan selain markas," sahut Ravan cepat.

"Mama kayak gak tau aja tempat godaan anak muda," ucap Govan jengah.

"Kita langsung pamit aja ya Om, Tan. Udah malem banget kita juga mau pulang," ucap Ravan lalu di angguki oleh kedua nya.

-

08.00

Leon membuka matanya perlahan, kepala nya terasa sangat pusing. Laki-laki itu duduk di tepi ranjang sembari memulihkan pikiran nya.

Ceklek!

"Kamu udah bangun? Tadi subuh Mama mau bangunin kamu buat sekolah tapi Mama gak tega."

Leon melirik sekilas sang Mama yang ikutan duduk di samping nya. "Kamu ada masalah? Cerita aja ke Mama," sambung nya.

"Gak ada yang perlu di ceritain, semua nya udah selesai Ma..." lirih nya dengan pandangan kosong.

Rara mengelus punggung anak laki-laki nya, sebenarnya ia sudah dengar semua nya dari Lea, tapi Rara ingin Leon sendiri yang menceritakan nya.

"Mama gak pernah ngajarin anak Mama buat putus aja, kenapa sekarang kamu nyerah gitu aja? Ini pasti bukan Leon."

"Udah berulang kali Leon usaha tapi selalu gagal, bahkan sekarang Mecca udah gak mau lagi ketemu sama Leon."

"Mecca cuma perlu waktu buat adaptasi lagi, Mama tau kalo dia itu bukan anak yang pembenci apalagi sampe setega itu."

"Tapi kenyataan nya? Dia berubah, ini juga salah Leon yang udah buat dia berubah jadi kayak gini."

"Kamu bukan anak kecil lagi, pikirin jalan keluar nya. Mama mau ke rumah sakit dulu jenguk Mecca, kamu mau ikut?"

"Mama pergi aja, kalo Leon ikut yang ada bikin ribut suasana."

"Kalo gitu Mama pergi dulu, Mama gak mau pas Mama pulang kamu belum mandi trus kamar harus udah rapih lagi, oke?"

Leon mengangguk lalu membiarkan Mama nya pergi. Ia mengusap wajah nya frustasi, lalu menutup pintu dengan kasar.

"Argh! Kenapa semua nya berantakan, sialan!" maki nya.

Suara cermin pecah memenuhi isi ruangan, serpihan nya berserakan kemana-mana. Kamar yang seharusnya di bereskan sesuai dengan ucapan Rara, kini menjadi tambah berantakan.

Di sisi lain...

"Udah ya Kak, gue gak mau lagi denger cerita apapun tentang Kak Leon," ucap Mecca pada Devran.

"Gue gak berniat buat lo marah, lagian gue cuma cerita doang kok."

"Assalamu'alaikum, Tante punya kabar gembira buat kalian!" seru Rara seraya melangkah masuk ke dalam lalu menutup pintu.

MECCALINEWhere stories live. Discover now