30. Baby Girlnya Sastra

156 21 0
                                    

**

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

**

Kunci pintu otomatis terdengar ditekan dari luar.

Aku tergesa melangkah ke depan dengan jantung berdetak kencang.

Sosok Sastra muncul dengan rambut berantakan, ia menatapku dengan dua lesung pipi di kedua pipinya.

Tangannya penuh dengan bungkusan plastik. Aku membantu membawakannya.

"Jam berapa lo nyampe bandara?"

Aku melirik ke arah jam. "Hmm jam tujuh deh kayaknya," jawabku.

Sastra langsung merengkuhku setelah menaruh bungkusan plastik di atas meja makan.

Ia membeli banyak cemilan dan sekotak ayam goreng dari restoran langgananku.

"Kangen," lirihnya sembari menggesek hidung di ceruk leherku.

Aku tersekat, tak mampu bernapas.

Kenapa Sastra jadi clingy begini?

"Kakak udah gak marah?"

"Gue gak marah."

"Masa? Muka Kakak waktu itu keliatan mau nonjok orang."

Sastra meregangkan pelukannya, tetapi tidak melepas lingkaran tangannya di pinggangku.

"Waktu itu iya, gue nahan diri mau nonjok tu cowok karena udah berani mau cium cewek gue."

Usai berkata begitu, Sastra mencium kedua pipiku.

"Kata Joshua, budaya barat emang bebas cium-cium begitu. Gue juga sadar dia itu salah satu investor perusahaan. Makanya gue nahan diri mau nonjok dia."

"Maaf Kak. Lain kali dia gak akan begitu lagi."

Tanganku terulur menyentuh pipinya. Aku mencubit pelan dan merasa pipi Sastra seperti squishy. Aku jadi ingin menggigitnya.

"Maaf karena aku belum sempat minta maaf ke Kakak dan malah tiba-tiba pergi."

Pipi Sastra kenyal. Sungguh, aku ingin memakannya.

Sastra lalu mendekatkan wajahnya, ia mengecup bibirku sekilas.

"Kalau lo bener-bener ngerasa bersalah, gue pengen di sini semalaman."

"Sampai besok juga boleh."

Sastra nyengir.

"Jangan, ntar gue diamuk Wira."

Sastra lantas menggendongku seperti koala dan melangkah menuju sofa.

Aku melirik pintu kamarku yang terbuka. Sastra ikut melihat apa yang aku lihat.

"Udah pengen ke kamar aja?"

Aku tergelak, menutupi rasa malu karena sudah ketahuan.

Aku bukanya hendak melakukan hal yang tidak-tidak di kamar. Hanya saja aku ingin berbaring karna, sungguh perjalanan 17 jam di pesawat sangat melelahkan.

Sastra mengusap kedua pipiku lembut, lalu beralih mengusap punggungku. Kemudian ia mendekat, lantas mencium bagian bawah telingaku. Bermain-main di sana cukup lama hingga ia kembali menatap mataku lamat dan meraup bibirku.

"Lo cuma punya gue Hana," ucapnya seduktif.

Aku terperangah sesaat mendapati sorot matanya yang tampak berbeda. Seolah apa yang ia ucap adalah perintah multak dan tidak ada yang bisa mengubahnya.

Aku lantas membalasnya dengan satu kecupan di puncak hidung.

"I love you Kak Sastra."

"Love you too baby girl."

"Baby girl?"

"Yeah, lo baby girl gue."

"Tapi aku bukan bayi."

Sastra tertawa renyah.

"Kalau bukan bayi terus apa dong?"

"Pacarnya Kak Sastra," jawabku dan cepat-cepat bersembunyi di dadanya. Aku rasa wajahku memerah dan rasanya panas.

Tawa Sastra kembali pecah, ia menarikku menjauh dari dadanya. Namun, aku makin mengeratkan pelukan.

"Heh! Kamu yang ngomong sendiri kok malah salting?"

"Tau ah!"

Sastra cekikikan. Ia lantas mengusap punggungku dalam gerakan lambat.

Usapannya tersebut membuatku mengantuk. Aku menggesek pipi ke kaus depan yang dikenakan Sastra dan melingkarkan tangan di pinggangnya. Rasanya nyaman.

Lalu, beberapa menit kemudian aku jatuh ke alam mimpi.

**

**

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Date : 27 Juni 2023

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Date : 27 Juni 2023

Lost You Again! (REVISI)Where stories live. Discover now