6

1.1K 36 0
                                    

"Itu cerita yang menyebalkan tapi juga membuat aku ingin memelukmu lebih banyak. Kau seharusnya teriak dan membuat semua orang bangun. Agar semua orang tahu kebejatannya."

Aku menatap Delima. Dia tengah bersungut marah. Aku baru saja menceritakan secara detail bagaimana hidupku lima tahun yang lalu.

"Lalu, bagaimana kau lolos darinya?"

Aku mengetuk meja. Menatap cukup lama dalam diam pada Delima yang penasaran.

"Ayo ceritakan. Kau akan menggantungku?"

Kekehan geliku membuat dia semakin sebal. "Seorang teman membantuku. Setelah Archer selesai melakukannya padaku. Aku berusaha bangun dan berlari meninggalkannya. Aku menghubungi temanku. Meminta dia membantuku. Dan entah bagaimana temanku ini bisa masuk ke kamarku dan memindahkan Archer dari kamar itu ke kamarnya. Segalanya bersih tanpa ada jejak."

"Kalau memang seperti itu, kenapa kau tetap pergi? Bukankah hari itu ayahmu akan melepaskan mesin kehidupan di tubuhnya? Kenapa kau memilih meninggalkan semuanya?"

"Karena aku tahu, aku tidak dibutuhkan di sana."

"Tidak dibutuhkan?"

"Ibuku juga ingin aku pergi. Dia tidak mau aku mendapatkan apa yang harusnya aku dapatkan dari ayahku. Aku tidak sengaja mendengar percakapannya dengan pelayan pribadinya. Ibuku ingin aku segera meninggalkan rumah bahkan sebelum papa di makamkan. Karena kalau aku tidak ada untuk mendapatkan warisan, mama akan menjadi waliku sampai aku mengklaimnya."

Delima mengelus pundakku lembut. "Kau sangat menderita, Megan. Kalau aku jadi kau. Aku mungkin sudah gila. Untung kau masih memilih teman yang bisa kau andalkan saat itu."

"Kau tahu kenapa aku memanggilnya teman dan bukan sahabat?" tanyaku dengan suara pelan beserta senyuman manis.

"Kenapa?"

"Karena dia bukan sahabatku. Dia hanya teman."

"Kalian tidak berakhir dengan baik?"

"Dia akan menjadi istri Archer. Dia yang akan menjadi ibu tiri dari anakku."

Delima tersedak minumannya. Dia harusnya tidak minum dulu sampai aku selesai bicara. "Dia—"

"Ya. Dia mengambil apa yang seharusnya menjadi penderitaanku. Dia berpura-pura kalau dialah yang tidur dengan Archer. Dialah yang disiksa dan diperkosa. Aku tidak tahu kalau rupanya sudah sejak lama dia menginginkan Archer. Itu makanya dia mengambil kesempatan itu."

"Dia benar-benar jalang!"

"Tenangkan dirimu, kau akan membuat bayi dalam kandunganmu tidak tenang juga. Dan kau seharusnya tahu masalah itu sudah berlalu. Aku tidak menyimpan dendam apa pun pada Mia. Dia membantuku dan kurasa itu balasan untuknya. Dia berhak mendapatkan Archer. Aku menyerahkan masalaluku padanya."

"Kau begitu baik."

"Bukan baik. Aku hanya menerima kenyataan. Toh dari pada Archer tahu akulah yang dia perkosa malam itu, lebih baik orang lain. Mana bisa kami bersikap setelah tahu apa yang terjadi malam itu. Archer juga tidak akan menerimanya."

"Kau benar juga. Seperti aku yang menyembunyikannya dari Al. Kau tampaknya melakukan dengan cara lebih rapi. Aku salut padamu."

"Hal yang seperti itu membuatmu salut?"

Delima menyentuh tanganku, menggenggamnya dengan lembut. "Kau perempuan hebat, Megan. Kau pantas mendapatkan kebahagiaan. Lebih dari yang seharusnya."

"Terima kasih, Del. Terima kasih."

Suara ketukan pintu mengalihkan fokusku. Aku berdiri dan bergerak ke arah pintu. Kubuka pintu dan menemukan Alatas—suami Delima—berdiri di depanku. Dengan senyuman berbunga ke arah istrinya yang sudah datang menghampirinya.

"Mari pulang, sudah mau malam," ucap Alatas.

Delima meraih tangan Alatas yang sudah terulur. Aku menatap mereka dengan bahagia.

"Oh, Megan?" panggil Alatas.

"Ya?"

"Papa William mau kau hadir besok di rapat pagi hari. Dia tahu kau dan Delima sibuk dengan gosip kalian. Dia sudah coba menghubungi dan kau tidak menjawabnya. Jadi, papa menyampaikan pesan padaku. Ingat untuk membawa berkas-berkas yang kemarin sudah kau rubah."

"Baik."

Delima melambai dan aku membalas.

Hamil Anak Kakak Tiri Where stories live. Discover now