#13✓

153 13 0
                                    

Alicia tidak berhenti memanah tapi karena jumlah musuh yang terlalu banyak, di tambah lagi dia kekurangan anggota karena cedera yang didapat Moon cukup parah.

"Arggh, Iman. Hiks sakit." keluh Moon yang sudah terisak karena luka tembak di bahunya.

"Sabar Moon, kejap lagi kita balek." ucap Iman sambil mengusap kepala Moon untuk menenangkan dia.

"Macam mana ni, Alicia?. Kita dah terpojok." ucap Rahman.

Alicia mengunakan iris untuk mencari sesuatu yang bisa membuat semua penjahat itu berhenti menyerang, saat melihat keatas Alicia segera memanah kayu yang menahan atap bangunan tersebut.

Semua pondasi atap berhasil dihancurkan, Alicia menarik Rahman untuk ikut bersembunyi dibalik tembok, sedetik kemudia atap pun roboh dan menimpa semua orang dibawanya.

"Wuih, brilian juga ide kau ni, nasib baik ni bangunan terbengkalai." ucap Rahman.

Alicia menghela napas lega, untuk sementara mereka sudah aman sekarang yang harus mereka lakukan adalah membawa Moon kerumah sakit secepatnya.

Saat Alicia ingin duduk bersantai menunggu tim lain, iris menunjukkan tanda adanya bahaya yang mendekat.

"Elak!" teriak Alicia.

Tapi terlambat, mereka semua terpental karena hantaman bola besi berukuran sedang yang menghancurkan dinding persembunyian mereka.

"Di situ korang rupanye, jangan la main hide and seek, aku tak de masa tau." ucap Rin sambil menarik bola besinya.

"Oy, jangan la bunuh dulu, aku belum main lagi." tegur Lance tepat sebelum Rin mengayunkan bola besinya lagi.

"Oops, sorry." ucap Rin.

"Iman... Iman...TIDAK!!!" Moon histeris saat melihat tubuh Iman tertimpa reruntuhan sebab menolongnya.

"Eh, masih hidup lagi rupanye." ucap Rin sedikit terkejut.

"Bagus, sekarang aku boleh main." girang Lance.

Rahman yang masih sadar segera menyerang kedua orang asing itu, dia mengaitkan kailnya pada reruntuhan lalu melemparkan nya.

"Waaah, hujan batu." pekik Rin berlari sambil menutupi kepalanya dengan kedua tangan.

"Huhh, serangan lemah macam ni mana bisa hibur aku." ucap Lance sambil meninju semua bata hingga hancur.

"Fuyooo, jaya la Lance. Tapi lagi hebat kalau kau tak guna Brass knuckle kau tu." ucap Rin.

"Kalau tak guna, lecet la tangan cantik aku ni." ucap Lance sambil mencium Brass knuckle di tangan kanannya.

"Hm, buang tabiat ke." cibir Rin menatap jijik rekannya.

Alicia yang terbangun sebab suara dentuman keras dari serangan Rahman segera memeriksa Moon dan Iman, betapa terkejutnya dia ketika melihat tangan Iman dibawah reruntuhan dan Moon yang berusaha mengeluarkan dia dari sana.

"Iman!?" panik Alicia.

"Alicia, tolong Iman." pinta Moon.

Mereka berdua tidak berhenti menyingkir kan reruntuhan dari atas Iman hingga setengah tubuh Iman terlihat, Alicia dan Moon memegang tangan Iman lalu menarik dia keluar.

"Iman, bangun Iman." tangis Moon semakin menjadi saat melihat kepala sahabatnya mengeluarkan darah.

"Dia masih hidup, tapi sekarang ni dia kritis, kita kena bawa Iman ke hospital secepatnya." ucap Alicia.

"Alicia, hubungi mentor cepat!" ucap Moon.

"Maaf, komunikasi kita terputus dengan markas MATA." ucap Alicia.

Misi Pelengkap (Tiga)Where stories live. Discover now