29. Kabar buruk

26 8 11
                                    

Setelah satu bulan lalu diriku koma dan dirawat di rumah sakit, akhirnya sekarang kami sedang berada di dalam rumah milik kami berdua.

Namun ketika diriku hendak bangun dari tidurku, aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh dahiku. Setelah aku lihat ternyata tangan suamiku yang sedang mengecek suhu tubuhku.

"Udah mendingan? Masih sakit?" Tanyanya dengan tatapan khawatir.

"Alhamdulillah sekarang udah agak mendingan, rasa pusingnya juga udah mulai berkurang dibanding kemarin" jawabku jujur sambil tersenyum untuk meyakinkannya bahwa keadaan diriku saat ini baik-baik saja.

"Oh syukurlah kalau memang udah sembuh penyakitnya" ucapnya sambil mengusap kepalaku lembut.

Lalu sesaat kemudian kami saling beradu pandang.

"Sepertinya sekarang waktu yg tepat untuk membicarakan hal ini" batinku bermonolog.

"Hmm, kemarin aku mimpi ke surga" ucapku sambil mengetuk-ngetuk daguku dengan telunjuk.

"Teruss?" Tanyanya yang penasaran dengan kelanjutan kalimatku.

"Aku jadi pengen kesana lagi deh, tapi yg aslinya bukan dimimpi" ucapku dengan pandangan berharap.

"Jangan ngawur deh kamu!" Sarkasnya tidak suka.

"Hehe" tawaku sambil menyengir kuda.

"Oh iya kata umi kemarin selama aku pingsan kamu tolakkin semua undangan acara ceramahanmu ya?" Ucapku ketika teringat perkataan umiku kemarin.

"Iya" jawabnya jujur.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Ya kamu mikirlah masa suaminya cuek kerja gitu aja sedangkan istrinya lagi dirawat dirumah sakit, berarti ga ada perhatiannya dong suaminya" jawabnya dengan panjang lebar.

"Aku bukan tipe suami yg seperti itu" sambungnya lagi dengan wajah cemberut yang membuatku gemas.

"Iya iya makasih karena udah perhatian sama diriku" ucapku sambil mengacak-acak rambutnya gemas walaupun kakiku sedikit jinjit untuk menyamakan tingginya.

"Yaudah sekarang kamu mandi dulu abis itu mulai berangkat kerja oke" sambung ku lagi menyuruhnya untuk bekerja.

"Tapi—" ucapnya dengan tatapan sedih.

"Ga ada tapi-tapian, emangnya kamu mau bayi yg berada di dalam kandunganku jadi anak pemalas?" Tanyaku padanya.

"Ya engga mau lah" jawabnya.

"Makanya semangat!" Omelku.

[Flashback On]

Jadi ketika kami ingin pulang dari rumah sakit sebelumnya aku dinasehati oleh umiku secara empat mata didalam kamar rawat inapku.

"Syifa umi mau ngomong sebentar boleh?" Tanyanya padaku yang sedang duduk senderan di brangkar rumah sakit.

"Lama pun boleh mi" jawabku sambil tersenyum.

"Ada ada aja kamu ini, kalau lama ngobrolnya berarti ga jadi pulang ke rumah dong" ucap umiku sambil bercanda juga.

"Kan bisa dilanjutin di rumah, umi" ucapku sambil bercanda juga.

"Ya kan beda suasana kalau dirumahmu atuh" ucap umiku yang keluar logat sundanya.

"Emangnya umi mau ngomong apa sama Syifa?" Tanyaku pada umiku.

"Gini umi sempet kaget lho dengan kelakuan suami kamu itu ternyata bucin banget ya sama kamu" ucapnya sambil tertawa kecil.

"Ya gitu deh" jawabku singkat.

Menikahi Sahabat Sendiri [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora