Chapter 20 Serangan Kecil

48 4 0
                                    


Hari demi hari berlalu dengan baik. Kini Scarlet sudah bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat meskipun terkadang gerakan jarinya masih menujukkan maksud yang tidak tepat, namun Violet bisa memahaminya.

Ini sudah hari kedelapan Violet bersekolah dan sudah lima hari dia berani berangkat ke sekolah sendirian tanpa ditemani Scarlet. Awalnya Scarlet ragu karena takut Violet bisa tersesat, akan tetapi Violet dapat menyakinkan Scarlet kalau dia bisa melakukannya sendiri. Bahkan untuk mempertegas hal yang Violet bisa, yaitu dia pulang tepat waktu.

Sering kali Scarlet juga datang menjemputnya dengan selisih waktu lebih awal karena dia ingin berbincang dengan Mr. Pyke yang menawan itu, lalu mengembalikan buku yang pernah dipinjaminya. Terkadang Mr. Pyke juga mengajak Scarlet ke kafetaria yang berada tak jauh dari sekolah Violet.

Hari terus berlalu. Kedekatan dan ikatan semakin terlihat jelas antara Mr. Pyke dan Scarlet. Terlebih lagi kini bahasa isyaratnya makin baik berkat bantuan dari Mr. Pyke. Sekarang Scarlet bisa berbincang dengan Violet lebih sering karena bahasa isyarat yang menghubungkan mereka.

Hingga suatu hari Mr. Pyke menemukan sesuatu. Dia melihat benang merah yang amat jelas, seolah hal itu sangat menarik untuk ditelusuri. Jelasnya, dia tertarik dengan Violet yang tak lain adalah muridnya sendiri.

Setiap pagi Mr. Pyke selalu memperhatikan Violet semenjak gadis itu turun dari bus di halte yang tak jauh dari Sekolah Khusus. Dia mengawasinya dari mobil yang terparkir dekat penjual koran yang berada di trotoar yang masih dekat dengan area sekolah.

Violet selalu menyempatkan diri untuk membeli sebuah koran dari penjual itu. Sebenarnya sangat tidak tepat untuk disebut membeli karena Violet tidak pernah terlihat memberikan uang sepeser pun kepada penjual koran itu. Tapi, penjual itu selalu saja memberinya sebuah koran.

Setelah mendapat koran itu, Violet akan memasukkan koran itu ke dalam tas berwarna ungu miliknya dan masuk ke kelas. Setelah itu Violet benar-benar menjadi murid sama seperti teman sekelasnya.

Bagi Mr. Pyke, semua yang dilakukan Violet adalah kamuflase. Gadis itu seperti bunglon yang bisa berkamuflase untuk mengelabuhi musuhnya dengan mengubah warna kulitnya. Violet mampu mengelabuhi orang awam karena dia mudah sekali menyamarkan dirinya agar tidak mencolok untuk ditemukan oleh musuh.

Tapi, semua itu tidak bisa menipu mata Mr. Pyke yang mampu membedakan mana yang asli dan mana yang dipenuhi oleh kepalsuan.

Penelusuran benang merah Violet menjadi pekerjaan sampingan yang menarik perhatiannya. “Aku akan membongkar identitasmu, Violet Crimson.”

Dalam delapan hari ini, Mr. Pyke telah mencatat semua kegiatan yang dilakukan Violet. Di jam pelajaran, gadis itu akan mengikuti mata pelajaran yang sudah dijadwalkan. Dia juga berinteraksi dengan Samantha, teman sebangkunya.

Lalu, di jam istirahat pertama Violet selalu datang sendirian ke perpustakaan, sambil membawa koran yang dibelinya. Petugas perpustakaan tidak melarang itu, dia membebaskan murid-murid membawa alat tulis ke perpustakaan. Selain itu, sudah pasti dilarang.

Violet akan duduk disalah satu dari deretan bilik yang berisi lima unit komputer itu, lalu memilih paling pojok yang jika ditempati apapun yang dia lakukan pasti tidak terlihat dari sudut manapun. 

Dalam waktu lima belas menit jam istirahat, Violet akan menandai beberapa kata di koran itu. Ketika jam istirahat sudah habis, Violet langsung bergegas ke kelasnya sambil membawa koran yang telah dia tandai, dan memasukan koran itu ke dalam tasnya.

Mr. Pyke pernah bertanya kepada Violet seperti ini dalam bahasa isyarat, “kenapa setiap hari kau membawa koran, Violet?”

Dan Violet menjawab dalam bahasa isyarat, “aku suka mengisi jawaban pada teka-teki silang yang biasa ada di halaman belakang koran. Terkadang aku berharap bisa mendapat hadiah jika semua kotak jawaban terisi dengan benar.”

Jika guru biasa mengetahui penuturan ini, sudah dipastikan merasa bangga karena memiliki satu murid yang punya kebiasaan unik. Akan tetapi, berbeda dengan Mr. Pyke. Dia tahu jawaban Violet hanya omong kosong belaka.

Yang Mr. Pyke tahu, Violet tidak pernah mengisi jawaban pada teka-teki silang. Ketika pulang, koran yang tadi Violet bawa pasti akan dibuangnya ke tempat sampah yang kebetulan hanya berjarak beberapa langkah dari penjual koran tersebut. Itu menggelitik Mr. Pyke.

Mr. Pyke pernah menunggu seseorang yang akan memungut koran yang telah dibuang oleh Violet. Dan benar saja, penjual koran itu yang memungut koran di tempat sampah.

Sebagian orang mungkin mengabaikan semua yang dilakukan Violet, atau mungkin tidak menyadarinya sama sekali. Tapi, bagi Mr. Pyke itu adalah tipuan murahan yang sering digunakan seorang calon pasukan tier B untuk berkomunikasi.

“Sepertinya kau harus diberi serangan kecil, Violet.” Mr. Pyke tersenyum di dalam mobilnya. Isi kepalanya telah tersusun rencana yang cukup untuk menjadi serangan kecil kepada gadis itu.

Keesokan harinya Mr. Pyke berniat untuk mencuri koran yang biasa dibawa oleh Violet. Seperti biasa, gadis itu akan membawa korannya ke perpustakaan selama jam istirahat.Itu tandanya koran itu sudah dipenuhi pesan tersembunyi. Tepat ketika masuk ke kelas, Mr. Pyke akan mencurinya.

Mr. Pyke telah mempersiapkan hari ini, karena salah seorang teman sekelas Violet berulang tahun. Orang tua murid itu ingin mengadakan pesta ulang tahun singkat saat jam pelajaran Mr. Pyke. Tentu saja pria berkulit eksotis itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan.

Dia adalah seorang yang lihai dan gesit. Hanya untuk mencuri sebuah koran, itu adalah hal remeh. Dia mampu melakukannya dalam hitungan detik dan momen itu harus pas ketika kewaspadaan Violet sedang teralihkan.

“Mr. Pyke bolehkah semua teman sekelas Tirta berfoto di lapangan taman sekolah itu?” Ibu dari Tirta menujuk sebuah taman kecil yang memang sering dirawat oleh tukang kebun sekolah.

“Boleh.” Langsung saja Mr. Pyke mengumumkan kepada semua murid di kelasnya kalau ada sesi foto bersama dengan ibunya Tirta. Tentu saja dia menggunakan bahasa isyarat. Dan kesempatan ini tidak mungkin dilewatkan oleh Mr. Pyke.

Setelah semua murid keluar, Mr. Pyke senjaga keluar paling akhir. Dia segera mengambil koran yang ada di tas milik Violet. Tidak sampai tiga menit, koran itu sudah ada di tasnya. Dia mengembalikan tas Violet seperti semula dan berjalan keluar kelas untuk berkumpul dengan murid-muridnya, seolah tidak terjadi apa-apa.

“Nantikan serangan kecilku, Violet.” Mr. Pyke telah membayangkan bagaimana wajah Violet yang berbeda dengan biasanya.

***

Violet telah membereskan bukunya karena jam sekolah telah selesai. Satu per satu teman sekelasnya berhamburan keluar untuk pulang. Hari ini tasnya terasa penuh karena ada bingkisan dari ulang tahun Tirta, teman sekelasnya. Rasanya dia ingin membuang bingkisan itu agar perjalanan pulangnya tidak terbebani tas yang menggelembung dan berat.

Sepertinya aku harus menata ulang tasku, batinnya.

Setelah Samantha, teman sebangkunya pergi, barulah Violet mengeluarkan semua isi tasnya dan mulau menata ulang agar tidak tumpang tindih. Namun, sedetik kemudian Violet baru menyadari sesuatu. 

Koran yang sudah dia tandai tidak terlihat di antara barang-barang miliknya. “Ini petaka.”

Bersambung ....

Sang Primadona Rumah MerahWhere stories live. Discover now