Chapter 24 Dasar Mesum

106 3 0
                                    

“Untuk apa kau menanyakan hal seperti itu, Bocah?” Kini tatapan mata Mr. Pyke terlihat mengerikan, sampai-sampai Violet bergidik ngeri.

Namun, Violet masih berusaha terlihat pemberani meskipun tatapan Mr. Pyke membuatnya risih. “Umurku sudah 15 tahun lebih 6 bulan, aku tidak suka disebut bocah! Aku juga sudah tahu apa itu rasa suka dengan lawan jenis. Tatapanmu saat melihat Scarlet itu seperti tatapan rasa suka. Kau melihatnya seperti perempuan paling istimewa di muka bumi.”

Mr. Pyke menghentikan mobilnya dengan mulus di lahan parkir yang semakin ramai. “Apakah kau juga tahu arti dari rasa cemburu? Kurasa kau menanyakan hal itu karena cemburu.” Mr. Pyke menarik rem tangan mobilnya. “Aku tahu, kok kalau aku ini tampan dan menawan.”

Seketika Violet menyangkal dengan tatapan jijik dan sedikit berjengit menjauhi Mr. Pyke. “Asal kau tahu, kau bukan seleraku. Kau terlalu tua untukku. Lagi pula ada anak laki-laki yang aku sukai di Akademi.” Violet menjulurkan lidahnya seolah mengejek pria di sampingnya.

“Anak jaman sekarang memang selalu blak-blakan kalau berbicara.” Mr. Pyke sedikit menggeser posisi duduknya condong ke arah Violet. Perlahan tubuhnya mendekati gadis itu. 

Tatapan menawan dari Mr. Pyke seolah menjadi tatapan magis yang mengunci diri Violet. Sepasang mata mereka bertemu dan saling mendekat. Violet merasa tubuh Mr. Pyke yang bidang dan besar merangsek untuk lebih dekat. Dia juga mendengar deru napas dan detak jantung Mr. Pyke dari jarak sedekat ini.

Violet berpikir Mr. Pyke akan menciumnya. Pria itu adalah manusia dewasa yang mungkin sudah pernah melakukan ciuman puluhan kali atau bahkan ratusan kali, bisa saja sudah pernah melakukan lebih dari sekedar ciuman.

“Mr. Pyke ... Anda terlalu dekat.” Violet menggigit bibir bawahnya. Dia tidak tahu harus melakukan apa, jadi dia memilih untuk menutup mata karena selama lima belas tahun lebih enam bulan dia belum pernah berciuman dengan pria asing!

“Diamlah sebentar. Ini tidak akan menyakitkan. Percayalah padaku.” Mr. Pyke makin berani untuk mendekat. Lalu dua detik kemudian Mr. Pyke langsung menjauh dari tubuh gadis itu.

Violet merasakan tubuh  Mr. Pyke yang menjauh secara tiba-tiba. Dia tidak merasakan sensasi apapun di bibir ataupun pipinya. Kemudian, dia membuka mata dan menatap Mr. Pyke.

“Taadaaaa! Aku berhasil melepaskan belatimu dari tempatnya,” ucap Mr. Pyke antusias sambil memperlihatkan pisau belati milik Violet yang disiapkan untuk berjaga diri.

Dua detik kemudian Violet baru menyadari, jika belati yang diperlihatkan itu adalah milihnya. Tangannya merogoh bagian dalam rok. Pahanya mulus tanpa pisau belati yang sedari tadi mengganjal di sana. 

“Bagaimana bisa Mr. Pyke melakukannya! Anda memegang pahaku?” Violet terpaku. Otaknya masih mencerna kejadian ini.

“Apa kau merasakannya? Padahal aku melakukannya dengan hati-hati. Tapi, harus kuakui kau gadis yang unik Violet. Bahkan kau sampai mempersiapkan ini.” Mr. Pyke masih memperlihatkan belati milik Violet dengan menetengnya.

“Jadi, tadi pendekatan yang kau lakukan tadi semata-mata untuk mengambil belatiku?” Violet masih tidak percaya dengan semua ini. “Bagaimana bisa?” Seketika Violet langsung berteriak dan tersentak hingga membuat mobil yang ditumpanginya terguncang. Dia bisa melihat tatapan orang-orang di sekitar mobil yang memandangi mobil yang berguncang ini.

Beruntung kaca jendela mobil Mr. Pyke sedikit gelap hingga tidak ada orang dari luar yang bisa melihat apa yang terjadi di dalam mobil.

“Dasar mesum! Guru mesum! Si brengsek Pyke itu orang yang mesum!” Violet berteriak.

“Hei, tenanglah! Jangan berteriak, Violet. Aku hanya mengambil belatimu, tidak lebih,” sanggah Mr. Pyke.

“Tidak lebih? Kau memegang pahaku! Kau mendekatiku dan melakukan itu. Dasar Pyke yang mesum!” 

Mr. Pyke tersenyum nakal. “Sepertinya kau berimajinasi kalau aku akan menciumu?”

Pertanyaan itu membuat Violet terkejut, seolah Mr. Pyke bisa membaca pikirannya. 

“Tidak! Aku hanya ... aku hanya,” suara Violet tercekat. Dia tidak punya alasan untuk pertanyaan dari Mr. Pyke.

Seketika tawa Mr. Pyke meledak hingga memegang perutnya. “Kau lucu sekali, Violet. Aku yakin kau belum pernah melakukan ciuman. Kau tahu, tadi kau sangat kaku dan sedikit ketakutan.”

Violet tidak menampik pernyataan Mr. Pyke. Semua itu benar. Dia adalah gadis baik-baik yang sedang berkamuflase menjadi gadis tunarungu dan tunawicara demi menjalankan ujiannya yang seharusnya bisa dijalankan ketika dirinya berumur lebih dari enam belas tahun.

“Kau tahu, aku bukan seorang pedofil. Aku hanya mengambil belati ini darimu agar ketika masuk ke festival itu, kau tidak akan dicurigai. Aku tidak mau mencolok di depan umum apalagi alat pendeteksi benda logam berbunyi jika kau masuk. Itu sangat merepotkan sekali, pastinya,” jelas Mr. Pyke yang sudah melepas sabuk pengamannya.

Violet bisa membayangkan kejadian itu seandainya belati itu masih melingkar di paha kananya. Petugas yang berjaga akan langsung mencurigainya. Seorang gadis yang membawa belati di balik roknya. Jika itu terjadi bukan saja dia yang ditangkap, tapi ujian kelulusannya akan dibatalkan. Dan pengorbanan yang sudah dia jalanin akan berakhir sia-sia.

Violet tidak mau itu terjadi.

“Kau tahu, Violet. Aku tidak suka menjalin hubungan asmara dengan gadis muda yang masih polos yang ciuman saja belum pernah,” ujar Mr. Pyke yang merapikan pakiannya. Sepertinya dia akan bersiap-siap untuk turun dari mobil.

Violet sedikit tersinggung dengan ucapan itu. Lalu dia membalas, “aku memang masih polos. Hanya belum pernah berciuman, bukan berarti aku tidak tahu apa itu ciuman.” Dia mengendus kesal sambil melepaskan sabuk pengamannya.

“Ya, bisa dilihat dari wajahmu.” Mr. Pyke menjawab sekenanya. “Cobalah untuk menghadiahkan ciuman pertamaku untuk pria yang benar-benar kau sukai. Agar kau tidak menyesalinya di kemudian hari.”

Violet mengangguk pelan. Sebenarnya setelah ujiannya selesai dan kembali ke Kota Blanche, dia ingin mencium teman laki-lakinya yang selalu mendukungnya. Hanya saja dia bingung harus mulai dari mana.

Mr. Pyke langsung mengulurkan tangannya seolah ingin meminta sesuatu. 

“Apa?” Mata Violet menyipit dan berpikir apalagi yang diinginkan pria bresngsek ini?

“Berikan pisau dan alat kejutmu yang kau simpan di tas itu.” Mr. Pyke menujuk tas ransel yang sedari tadi belum dilepaskan dari pundaknya.

Violet mengerti tentang penjaga pintu masuk festival yang membawa alat pendeteksi logam. Dia kagum dengan kejelian pria yang usianya tak jauh beda dengan usia kakaknya. Kemudian dia memberikan pisau dan alat kejut listriknya kepada Mr. Pyke.

“Ayo turun. Aku yakin festival ini akan menghiburmu.” Mr. Pyke sudah turun dulunan setelah menyimpan alat-alat milik Violet untuk bertahan diri.

Violet yang tidak mau tertinggal kemudian menyusul Mr. Pyke. Sesaat setelah dia turun dan menutup pintu, Mr. Pyke memberikan sebuah jaket dengan potongannya agak kuno dan berwarna sedikit pudar kepadanya.

“Pakailah. Setidaknya tutupi logo sekolahmu itu.” Mr. Pyke menunjuk badge yang terpasang di lengar Violet. “Aku tidak mau kalau ada orang yang tahu salah satu murid Sekolah Khsusu sedang jalan-jalan berasama gurunya.

Violet mengangguk, kemudian memakai jaket itu tanpa protes.

“Mr. Pyke ....”

“Iya, ada apa Violet?”

“Jika aku adalah Scarlet dan satu mobil denganmu, apakah kau akan tetap menciumnya?”

Bersambung .....

Sang Primadona Rumah MerahWhere stories live. Discover now