Sebenarnya....

32 15 4
                                    

Author POV

Setelah kejadian di kantin, Chakra merangkul Salsa menuju toko pakaian dekat kampus. Salsa masih terkejut dengan apa yang dia alami beberapa waktu lalu sedangkan Tamao terlihat diam tak banyak bicara seperti biasanya, dia sangat geram melihat perbuatan Feni tadi di kantin. Dia jadi ingat kejadian beberapa tahun lalu saat mereka masih duduk di bangku sekolah.

"Chak, Lu aja deh yang temenin nih cewek. Gua ada urusan penting banget"

"Eh Tam jangan pergi ninggalin gua!"

Tamao memisahkan diri dari Salsa dan Chakra. Dia merasa kejadian ini harus benar-benar di selesaikan agar tidak akan ada kejadian serupa kedepannya.

Lelaki itu pergi ke setiap sudut kampus, Mencari keberadaan Feni. Setelah beberapa saat akhirnya Tamao berhasil menemukan wanita yang dia cari. Segera Tamao menghampiri wanita tersebut dan menarik tangan mungil Feni.

"Ikut gua sekarang!"

"Ihh Tam lepasin!"

"Mau lu apain sahabat gua? Lepasin!" Marah Rossa.

"LU DIEM GAK USAH IKUT CAMPUR! KALO LU GAK MAU HIDUP DENGAN SATU TANGAN SEUMUR HIDUP LU"

Rossa seketika gemetar ketakutan, Dia tau betul pria di depannya akan berbuat nekat jika sudah marah. Tamao menarik Feni ke tempat yang cukup sepi dan mendorong tubuh wanita itu ke dinding dengan kasar. Matanya menatap tajam ke arah Feni tanpa melepaskan pandangan dari wanita itu sedikitpun. Dirinya terlihat sangat geram namun dia masih mampu menahan emosinya.

"Kenapa lu usik Salsa? JAWAB JALANG!"

"Bu...Bukan urusan lu anjing penjaga!" Wajah Feni memalingkan pandangan dari Tamao.

"KALO LU DI AJAK NGOMONG TATAP MATA GUA!"

"Awas aja lu nanti! terima akibatnya udah lakuin ini semua ke gua!"

"GUA GAK TAKUT ANCAMAN DARI GADIS MANJA KAYA LU!" Bentak Tamao sembari menjambak rambut Feni.

"Aw! Lepasin! SAKIT BRENGSEK!"

"Apa salah dia sampai lu berani usik dia?"

"Salah dia yah karena dia terlahir miskin! Dia gak pantas duduk semeja dengan Chakra yang levelnya jauh di atas dia"

Tamao semakin geram mendengar ucapan Feni. Nafasnya terdengar jelas bahwa dirinya saat itu sangat emosi. Dia menatap lebih tajam memberikan aura yang cukup mengintimidasi Feni.

"Berani lu usik hidup Salsa apalagi Chakra, Gua gak segan-segan untuk patahin semua jari tangan lu!" Ancam Tamao.

"Apa yang bisa lu buat ke gua kalau lu aja gak ada power yang akan mendukung lu nanti! Lu tuh cuma anak Haram"

Tiba-tiba Tamao memukul tembok persis di sebelah kepala Feni. Suara pukulan itu membuat Feni diam mematung dan tangan Tamao saat itu berlumuran darah segar akibat dari apa yang dia lakukan barusan.

"SEKALI LAGI LU SEBUT GUA ANAK HARAM, LU HARUS MULAI BELAJAR MAKAN BUBUR SEUMUR HIDUP KARENA GUA CABUT GIGI LU SATU-PERSATU. PAHAM?"

Tamao akhirnya meninggalkan Feni begitu aja lalu Rossa baru berani mendekati sahabatnya setelah lelaki menyeramkan itu pergi.

"Lu gapapa Fen?"

"Gapapa Cha, Awas aja tuh orang! Gua buat hancur hidupnya"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Di lain tempat, Tepatnya di SMA 3 Karya Pemuda. Tampak seorang gadis yang terlihat sangat urakan dan tomboi. Dia tampak risih melihat pria di depannya itu terus jalan bolak-balik mengganggu pandangannya. Gadis itu bernama Khayra, Teman satu kelas Pandu dan juga Theo. Khayra langsung melempar botol bekas tepat ke arah kepala pria itu dan berhasil mengenainya.

"Duh sakit Khay!"

"Lu ganggu pandangan gua!" Kata Khayra dengan santai.

"Udah jangan ribut, Khay jangan lakuin itu lagi ke Pandu"

"Hmm" jawab Khayra malas.

"Kenapa sih lu Ndu bolak-balik terus?" Tanya Theo penasaran.

"Besok kakak gua balik ke rumah cuy"

"Terus lu kenapa panik gitu hah?" Tanya Khayra dengan acuh.

"Masalahnya tabungan dia yang di kamarnya gua ambil, Kan lu tau sendiri Bilisan kemarin sakit jadi uangnya gua pake"

"Yaelah santai aja, Kakak lu pasti gak bakal marah" kata Theo dengan santai.

"Kok lu bisa ngomong gitu? Kan lu belum pernah ketemu kakak gua"

"Hmm...i-iya prediksi aja Ndu" jawab Theo gugup.

"Lu laki bukan Ndu? Berani tanggung jawab sama kakak lu, Jawab aja yang jujur! Kalo gak ada nyali potong aja tuh batang lu kasian cuma jadi pajangan doang"

"Sembarang lu kalo ngomong Khay!"

Sebenarnya Pandu tau kakaknya tidak akan marah hanya karena hal itu tapi dia memang merasa sangat tidak enak dengan sang kakak karena memakai uangnya tanpa izin.

Tak lama bel masuk berbunyi, Mereka bertiga kembali ke kelasnya masing-masing dan mengikuti kegiatan belajar mengajar.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Setelah menegur Feni, Tamao pergi menuju toilet umum kampus. Tangannya memegang wastafel dan matanya menatap ke arah cermin dengan tatapan kosong.

Pikiran Tamao saat itu sedang kacau. Semua kenangan buruk masa sekolah kembali datang. Beberapa saat kemudian Tamao batuk begitu hebat dan mengeluarkan banyak darah. Dirinya membersihkan kedua telapak tangan dan menyeka darah yang tersisa pada bibirnya. Dadanya masih terasa begitu sesak. Tak lama telepon miliknya berdering, Panggilan telepon dari Chakra.

"Kenapa Chak?"

"Lu dimana biar gua jemput? Salsa udah balik ke Asramanya tadi di anter temennya"

"Gua masih di kampus, Janjian aja di parkiran. Lu udah gak ada kelas kan?"

"Iya gak ada, Yaudah yuk balik"

"Ok"

Panggilan telepon akhirnya dimatikan. Tamao menundukkan kepalanya sejenak dan kembali tersenyum menutupi apa yang dia rasakan saat itu. Dirinya lalu bergegas pergi ke parkiran untuk bertemu dengan Chakra.

Di lokasi yang berbeda, Feni masih saja menggerutu atas perbuatan Tamao padanya tadi. Dia memutuskan untuk menghubungi sang ayah untuk mengadukan perbuatan pria tadi.

"Tunggu pembalasan gua brengsek!"

"Eh Fen, Liat Shanju gak? Dari tadi gua gak liat dia loh"

"Oh iya Cha, Kemana tuh anak?"

Tanpa mereka sadari, Shanju masih menunggu mereka berdua di kantin karena gadis itu berfikir pasti kedua sahabatnya akan datang menemui dia kembali di kantin itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hallo guys!

Terimakasih untuk kalian yang sudah mampir dan vote favorit cerita buatan Nthor ya~

Gimana menurut kalian cerita chapter ini? Terlalu pendek ya? Nthor minta maaf ya hehehe semoga chapter selanjutnya lebih panjang ceritanya dan lebih menarik! Sampai jumpa di chapter berikutnya guys~

Trauma (On Going)Where stories live. Discover now