6

188 9 4
                                    

Haru menjalani pemeriksaan ulang di rumah sakit ibu kota. Hinata merasa bersyukur karena dia bertemu dengan Profesor Orochimaru di sini. Profesor favoritnya waktu kuliah. Profesor Orochimaru sebagai spesialist hematalogi dan onkologi bahkan bekerja sama dengan Profesor Tsunade Senju, spesialist Obsgyne untuk menangani Haru.

Orochimaru keluar dari kamar pasien Haru. Tsunade masih mengobservasi Haru di dalam. Pria itu tersenyum pada Hinata dan Hinata berajoji.

"Kamu masih dengan misi kemanusiaanmu, Hinata."

"Profesor, bagaimana dengan Haru?"

"Kau sudah mempelajari ini. Apa pendapatmu?"

"Terminasi kehamilan lalu kemoterapi."

Orochimaru menghela nafas. "Ya, itulah. Tapi aku yakin pasien terlalu mencintai bayinya dan menolak melakukan itu."

'Ya, Shizune sudah meyakinkannya tapi dia tidak mau."

"Oke, kita tunggu komentar Tsunade dulu."

---*---

Hinata mengamati Haru yang tidur. Wanita itu telah menerima khemoterapi pertamanya. Orochimaru dan Tsunade sudah memutuskan terapi yang dianggap terbaik. Mereka memutuskan rawat inap. Dan Hinata menyetujuinya.

Tsunade mengetuk pintu. Hinata tersadar. Dia mempersilahkan dokter itu masuk. Tsunade masuk dengan beberapa residen Dan Tssunade segera memeriksa Haru.

"Syukurlah tidak ada reaksi merugikan yang muncul, Orochimaru benar, kadang khemoterapi yang sudah tua, aman untuk wanita hamil." Kata Tsunade sambil menulis kondisi Haru di rekam medis.

"Profesor, saya sangat berterima kasih."

Tsunade tersenyum, "Kita bicara sebentar di kantin."

Hinata mengangguk. Dia menyuruh Udon menjaga Haru dan mengikuti Taunade ke kantin.

Tsunade menawarinya kopi dan hinata memilih teh. Akhirnya Tsunade mentraktir teh dan membeli kopi untuk dirinya sendiri. "Aku dengar dari Sakura, kau mendirikan rumah sakit di desamu."

"Iya."

"Hah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Kau dan orang tuamu sama saja. Sama-sama orang baik."

"Masih banyak kekurangan. Untuk peralatan, kami bisa mengusahakan. Tapi, untuk tenaga kesehatan yang mau mengabdikan diri di desa, jarang sekali."

Tsunade menggedikan bahu,"Ya... begitulah. Padahal desa itu memiliki banyak obyek wisata yang bagus. Tapi, orang-orang tetap menganggap kota sebagai ladang rejeki."

Hinata mengamini itu.

"Jika kau mau, kau bisa kerja sama dengan kampus. Jadikan rumah sakitmu sebagai lahan praktek kerja bagi koas dan residen. Aku rasa itu akan menguntungkan."

"Apakah itu bisa, prof?"

"Ya, tentu saja bisa. Sekaligus menarik minat residen-residen itu. Siapa tahu ada yang mau praktek di desamu setelah lulus nanti."

Hinata mengangguk."Iya, Prof. Terima kasih atas sarannya."

Hinata segera menindak-lanjuti ide itu. Dia menelphon Shizune, memintanya mengirimkan proposal kerja sama untuk kampus. Shizune menyambut ide itu dan semua segera berproses. Satu pintu membuka pintu yang lain. Satu kebaikan membuka kebaikan yang lain. Ya, itu yang selalu dikatakan Ayahnya. Hinata mengingat itu dan semua itu benar.

Haru semakin membaik. Orochimaru bilang akan mencarikan pendonor sumsum tulang belakang untuk dicangkokan ke Haru setelah bayinya lahir. Hinata terpaksa mengontrak rumah dekat rumah sakit untuk dia tinggal bersama Udon. Mereka bergantian menjaga Haru. Hinata bahkan akhirnya berpraktek di rumah sakit itu.

it's easy to say loveWhere stories live. Discover now