7

338 10 0
                                    


"Dokter!" Kawaki mengulurkan tangannya. Hiashi terpaksa menurunkannya. Dan Kawaki berlari memeluk kaki Hinata.

"Apakah Haru sudah siap operasi?" Tanya Hiashi

"Ya, dia masih ada di kamarnya. Ehm... dia ada tamu."

"Siapa?"

"Ayah, kenapa kepo banget sih."

Hinata terkekeh. Hiasi mengibaskan tangan.

"Dokter, Kawaki ingin bertemu ibu."

"Iya, tapi tunggu dulu, ya? Ibumu sedang ada tamu."

'Uhm," Kawaki mengangguk.

Dia tersenyum. Persoalan Haru sebentar lagi selesai. Selesai karena pada akhirnya, Haru bersatu lagi dengan Nagato, yang ternyata ditahan karena kasus penipuan.

Nagato mengelus perut Haru. Pria itu mengenakan seragam tahanan. Dia menangis karena Haru mempertahankan anaknya walau pun mengalami penyakit serius.

"Aku senang, kau datang. Anak kita akan segera lahir."

Nagato semakin tergugu. Haru mengusap air mata di pipinya. "Aku akan membawanya ke tahanan jika dia lahir nanti."

"Iya... dia pasti sangat lucu."

"Kau akan menikahiku setelah keluar dari penjara, bukan?"

Nagato mengangguk. Air matanya semakin deras. "Maafkan aku.. . Maafkan aku."

Profesor Tsunade memasuki kamar. Keduanya menoleh.

"Sudah waktunya, Haru."

Haru mengangguk. Dia menatap mata Nagato dan berkata,'Tunggu aku, ya?"

Nagato mengangguk. Perawat memindahkan Haru dari ranjang ke belakar. Hiashi yang menggendong Kawaki mendekati belakar saat keluar dari kamar. Kawaki didekatkan dengan Haru. Haru segera memeluk bocah itu dan menciuminya.

"Tunggu di sini. Adikmu akan segera lahir."

"Eum," Kawaki mengangguk.

---*---

Hinata menyentuh pundak Naruto. Naruto menoleh dan tersenyum. Hinata membalas senyumnya dan duduk di sampingnya. Mereka menikmati senja di taman belakang Asylum.

"Haru sudah dioperasi. Bayinya perempuan. Kawaki sangat senang. Dia merasa punya adik perempuan." Hinata mengabarkan.

"Haru dan Kawaki sangat dekat. Aku akui itu."

Hinata mengamini."Dia akan segera sembuh. Profesor Orochimaru telah mendapatkan donor yang cocok untuknya."

"Syukurlah," Naruto menghela nafas lega.

"Lalu... kapan kau akan sembuh? Aku tidak bisa mengunjungimu terus. Aku, Haru dan Kawaki harus kembali ke desa."

Naruto menunduk. "Aku... aku tidak tahu. Bisa saja... aku kumat lagi."

"Aku rasa, kau akan baik-baik saja di desa. Kau meninggalkan lingkungan yang membuatmu depresi menuju lingkungan yang membuatmu bahagia. Bukankah itu bagus?"

"Mau kerja apa aku di sana?"

"Di sini, kau juga kerja apa coba? Jadi pasien asylum?"

Naruto menunduk lagi. Hinata menggenggam tangan Naruto. Naruto tersadar dan menatap wajah Hinata.

"Naruto, aku sudah memikirkan ini. Aku memaafkanmu."

Mata Naruto melebar seketika.

"Aku memaafkanmu. Kau dulu meminta padaku agar aku menunggumu. Kau selalu minta itu terus-terusan dan aku tidak bisa melupakannya. Tapi, aku tidak bisa menunggu lagi. Bagaimana jika kita menikah?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

it's easy to say loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang