Bagian 1

40 9 3
                                    

Selamat Membaca

4 Juni 2023, Senin.

Mungkin bagi sebagian orang, hari Senin adalah hari paling ngeselin diantara hari-hari lainnya. Begitu pun bagi Zoya Kirania Wijaya. Putri Bungsu dari Al-Gaffar Wijaya.

Pagi ini adalah pagi pertama Zoya menjadi siswa menengah atas. Sekolah adalah hal yang paling dia benci sepanjang masa. Cara guru dalam mengajar dan teman-temannya yang selalu saja semangat dalam belajar bagaikan penjara baginya. Hobi Zoya adalah baking, dan pikirnya, untuk apa belajar sedangkan basic dari baking adalah keahlian dan ketelatenan. Tapi Ayahnya tidak ingin dia menjadi baker, dia ingin anak perempuannya menjadi dokter pertama di keluarga besarnya. Padahal dia mempunyai saudara lelaki --Arfa Alister Wijaya, putra sulung Al-Gaffar Wijaya-- yang dibebaskan untuk mengekspresikan dirinya yang mempunyai masa depan sebagai pelukis terkenal bak Michelangelo, Salvador Dali, Raphael, Pablo Picasso dan rekan-rekannya yang lain.

Zoya turun dari kamarnya menuju ruang makan. Disana sudah menunggu Bang Ali dan Bunda. Bunda masih sibuk membuat sarapan sedangkan Bang Ali sibuk berkutik dengan ponselnya.

"Ngapain, Bang?" tanya Zoya sambil meletakkan tas ungunya ke kursi disebelahnya.

"Search museum lukisan di Paris." jawabnya.

"Emang ada?" tanya Zoya lagi.

"Ya ada lah. Makanya di search ini."

"Emang lo mau ke paris?"

"Kalau Bunda bolehin."

"Boleh bun?" tanya Zoya kepada Bundanya. Bunda sedikit berbalik kebelakang melirik anak-anaknya.

"Coba tanya Ayah. Kalau Ayah bolehin, kita pergi sama-sama. Kalau nggak, ya nggak." jelas Bunda.

Bang Ali melihat Bunda penuh, "Tapi Abang mau pergi sendiri, Bun." ujarnya.

"Kalau sendiri mending gausah. Abang nggak tau seluk-beluk Paris gimana. Nanti kalau ada yang jahatin Abang, Abang bisa apa? Emang Abang kenal sama orang-orang disana? Kalau kenal gapapa." jelas Bunda lagi sampai menatap dalam manik mata Alister yang berbinar.

"Yaudah deh, Abang izin ke Ayah ya Bun." ucap Bang Ali.

"Iya." jawab Bunda singkat sambil menyusun sarapan kedua anaknya ke piring.

Zoya melihat ke sekeliling rumahnya. Mencari keberadaan Ayahnya yang entah dimana, "Ayah belum pulang Bun?" tanyanya.

"Belum. Ayah masih bertugas. Katanya ada kasus penyelundupan senjata api disekitar kota kita. Itu yang dia selidiki sekarang."

"Ohh." jawab Zoya.

Bunda meletakkan sarapan diatas meja. Zoya makan dengan lahapnya. Begitupun Bang Ali. Namun mata dan tangannya tidak ada habis-habisnya dengan ponsel digenggamannya. Masih mencari-cari museum lukisan.

15 menit berlalu, mereka sarapan sambil beberapa kali bersenda gurau tentang hari kemarin dan hari ini.

"Oh iya dek. Rumah didepan kita itu ada anak seumuran kamu lho. Kayanya dia satu sekolah juga sama kamu." kata Bunda.

Aksara Ghaisan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang