Bagian 4

4 1 0
                                    

Selamat Membaca

Angin Yogya berhembus lembut dihelaian rambut Zoya. Sedikit menggenggam kemeja kotak-kotak yang dikenakan Ghaisan, senyuman manis terpancar di wajahnya.

Ghaisan mengintip dari kaca spionnya, "Bahagia banget." ucapnya.

Zoya ikut menatap spion, "Haha, gue paling seneng kalo jalan-jalan sore gini. Biasanya juga gue jalan-jalan sore sama bang Ali." Ghaisan menanggapinya dengan senyuman.

Mereka diam setelahnya. Hanya berkeliling dan menikmati angin sore sambil melihat terbenamnya matahari dibalik gunung.

"Kita baru deket pas kita chatan tadi kan? Kok lo langsung ngajak gue jalan sih?" tanya Zoya dibalik punggung Ghaisan.

"Lo ga suka gue ajak jalan?" tanya Ghaisan balik.

"Ya ga gitu, gue kan cuma nanya." jawab Zoya.

"Ga ada sih. Kemaren kan lo udah ngebalikin obat gue. Gue bergantung banget sama obat itu. Jadi gue rasa ada hutang aja. Makanya sekarang gue ajak jalan." jelasnya.

"Lo sakit emang? Sampe bergantung sama obat?" tanya Zoya lagi.

"Ya kalo gue sehat, gue ga akan minum obat asal lo tau." jawab Ghaisan.

"Iya sih. Jadi sekarang kita muter-muter aja nih? Gaada niatan makan gitu?"

"Iya. Gue sekalian mau beliin makanan buat Yanda. Gue ga masak tadi."

"Okey."

Kini mereka sudah berada di salah satu restauran terkenal disekitaran salah satu universitas terkenal Yogyakarta. Duduk bersebelahan dimeja paling belakang dekat jendela. Zoya masih terkesan dengan semburat langit jingga itu. Ghaisan menatap kedua manik mata gadis itu. Bola mata yang sangat indah persis seperti yang dimiliki Ibundanya, pikirnya.

Zoya mengeluarkan ponselnya. Memotret langit jingga dihadapannya. Lalu terkesiap dengan hasil yang baru saja didapatkannya.

"Bagus ga?" tanyanya sambil menunjukkan foto itu kepada Ghaisan.

Ghaisan mengangguk pertanda mengiyakan.

"Yaiyalah, gue kan fotografer handal." sombongnya.

Tak berselang lama, satu piring nasi goreng, satu piring kulit ayam goreng tepung, dan satu piring spaghetti carbonara diantarkan seorang pelayan restoran. Tak lupa minuman yang mereka pesan.

"Silahkan." ucap pelayan dengan ramah.

"Iya, mbak. Makasih." ujar Zoya dengan senyum.

Zoya tertawa ringan melihat makanan didepan matanya. Bercahaya melihat setumpuk kulit ayam goreng dihadapannya.

Ghaisan melirik, "Lo mesen kulit ayam? Kok ada? Tadi gue liat kok ga ada?" tanyanya.

"Ada kok. Dibawah menu nasi bawang. Kenapa? Lo mau?" jawab Zoya.

"Mau." jawabnya dengan mata yang masih menatap tumpukan lezat itu.

"Ga boleh. Gimana dong? Beli sendiri sana. Ini punya gue, jangan ambil kulit ayam gue."

"Pelit." ejek Ghaisan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 12 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aksara Ghaisan Where stories live. Discover now