Terlalu Khawatir

1 0 0
                                    

Hari terus berlanjut. Tiba ketika mereka kembali ke Indonesia. Mereka sudah sampai di rumah Meli dan ada di ruang tamu. Mereka masih ingin bersantai ria dengan duduk berdekatan. Sebelumnya mereka sudah menikmati kebersamaan di beberapa tempat.

"Aku ingin menemui Pak Bayu"

"Sekarang?"

Grow melihat Meli dan mengangguk.

"Aku harus pamit"

"Tidak masalah tanpa aku?"

"Tidak masalah karena sebelumnya kita sudah mengadakan perpisahan. Aku cuma ingin bicara khusus dengan Pak Bayu sebelum benar meninggalkan PT. Tiga Seni"

"Titip salam ya?"

"Aku akan menitipkan salam dari kamu" kata Grow dengan tersenyum.

Meli mengangguk dan mereka melepaskan pelukan lalu Grow mencium kening Meli dan berdiri.

"Hati hati"

Grow mengangguk dan berjalan pergi. Meli melihat sebentar kepergian Grow dan akan menata bajunya untuk persiapan kepindahan. Pukul 17.10. Grow sampai di PT. Tiga Seni dan berhenti menyetir lalu keluar dari mobil dan berjalan masuk. Siti segera menyapa sehingga terjalin sedikit percakapan lalu Grow berjalan pergi dan beberapa staf menyapa. Akhirnya mereka cukup lama saling bicara hingga Bayu datang. Grow dan Bayu saling berjabat tangan dengan tersenyum.

"Gimana kabar Pak Grow?"

"Baik. Seperti yang kamu tahu sekarang" kata Grow dengan tersenyum.

Bayu mengangguk hormat. Sedikit saling bicara akhirnya Bayu mengantarkan Grow ke ruang kerjanya. Sampai di sana Grow cukup merindukan tempat kerja itu. Dulu merupakan tempat kerjanya.

"Pak Grow tidak bersama Meli?"

"Kebetulan tidak"

Grow duduk.

"Dia masih harus mempersiapkan semuanya tapi Meli menitipkan salam untuk Pak Bayu" lanjut Grow dengan tersenyum.

Bayu berpikir sebentar.

"Pasti sulit untuk Meli"

"Jadi semakin sulit kalau Meli tidak bersama saya" kata Grow dengan tertawa pelan.

Bayu tersenyum.

"Hal ini sungguh diungkapkan Meli terhadap saya. Ya..."

Grow berhenti tertawa lalu mengingat kejadian ketika terjadi percakapan antara dirinya dan Meli.

"...Meli memang merasa kesulitan. Dia sempat ragu. Apa bisa? Apalagi penggunaan bahasa di sana. Belum lagi harus berpisah negara dari keluarganya tapi di akhir kalimat dia bisa bicara begitu. Gimana saya tidak terharu?" kata Grow sumringah.

Bayu mengangguk tanda mengerti.

"Memang Meli harus melalui itu. Adaptasi" lanjut Bayu.

"Saya juga mengatakan dia tidak sendiri. Nantinya ada saya"

Bayu mengangguk.

"Bagaimana dengan karir Meli?"

"Meli akan tetap melukis. Seperti sebelumnya. Saya juga sebagai pembimbingnya. Gaya lukisan di sana tidak sama dengan di sini jadi dia harus tetap dilatih. Saya mengatakan kepadanya bersama dengan saya tidak akan membuat karirnya hancur bahkan sampai menjauh dari keluarga di ndonesia"

"Jadi memang Pak Grow sudah memikirkan semuanya?"

Grow mengangguk.

"Jauh sebelum saya melamar Meli" lanjut Grow dengan tersenyum.

Painting Love (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang